Senin, 27 Juli 2009

Menyesalkah?

Adakah rasa sesal di hati dengan kondisi yang sekarang? skripsi telat, usia dah tua lum tamat-tamat? Masih adakah rasa sakit di hati?

Seakan rasa sesal itu berguna? lantas menyesalkah dah aktif dengan aktifitas selama ini?
Tak pantas. Tak pantas ada rasa sesal di hati dengan apa pun kini yang terjadi. Biarlah riuh angin berlalu dengan tenaganya dan biar burung berkicau dengan nadanya. Biarlah nereka dengan kebahagiaanya dan keceriaannya. Saatnya mereka belum tentu saatnya untuk diri.

Hidup adalah pilihan. Inilah pilihanku. Hidup sebagai seorang berusia mekar. Seharusnya aku bangga dengan karyaku. Yah, setidaknya itu yang dapat aku banggakan hari ini. Tidak semua yang mereka buat dapat aku buat. Karena kau memang bukan mereka.

Saatnya untukku belum tentu saarnya untuk mereka. Biarkan aku menjadi aku. aku juga akan menjadi seperti apa yang aku inginkan. Hanya butuh kegigihan dan keuletan untuk terus berkarya. Asa dan cita akan tercapai. Akan terwujud.

Sabtu, 11 Juli 2009

Tuhan

Wahai Tuhan yang maha mendengar, aku tak pandai bersujud panjang ditengah malam-Mu. Aku tak pandai mengurai doa panjang dengan tangan tengadah. Tuhan aku tidak pandai menyampaikan dengan bahsaku apa yang ingin dan sedang aku rasakan. Aku terlalu kerdil dan angkuh Tuhan.
Butiran air mata ini tidak pernah tumpah untuk mohon ampun dari-Mu. Mata ini juga tidak pernah letih dan hampir sakit hanya untuk bermunjat dan membaca kita-Mu. Tuhan, tangan inijuga tidak pernah terhinakan karena minta maaf pada orang-orang yang sudah tersakiti dengan perbuatanku. Tuhan, mata ini juga masih selalu lebih menikmati menatpa sesuatu dan berkomentar sehingga lisan ini berghibah. Tuhan, lidah ini tidak pernah merasa letih untuk membaca dan merenungkan kitab-Mu. Tuhan, aku masih pernah tertidur membaca buku, tapi tidak dengan Al quran. Tuhan kantong ini sering kehabisan isi untuk membeli konsumsi dan terkadang membayar biaya main warnet, tapi belum pernah ia kosong karena kusumbangkan untuk jihad di jalan-Mu.
Wajah ini lebih sering menjadi fitnah daripada menjadi penyejuk mata yang memandang. Tuhan, kaki ini juga tidak pernah bengkak berdiri dalam shalat malam atau duduk mengkaji kitab-Mu. kaki ini hanya bengkak karena letih main bola. meras berat kalu menjalani 300 meter menuju majelis taklim. hanya dengan alasan nagkot kakai ini membawa diri terlambat mengahdiri majelis dzikirmu. Tuhan, telinga ini sudah sekian tahun engkau berikan dengan kelebihan yang luar biasa, tapi tidak nyaris badan ini berdiri tatkala engkau dengarkan lantuna azan ke telinga ini. Masih saja bercanda, tidur-tiduran, dan akhirnya menjadi masbuk.
Tuhan, betapa cinta diri ini pada kemuliaan. sehingga terkadang hanya khawartir harga diriku runtuh dan wibawaku turun, aku harus berbohong dan membiarkan kemaksiatan. Tuhan, Aku tidak pernah melihat-Mu. aku hanya yakin Engkau melihatku.
tolong Tuhan, jangan berpaling dariku. Biarkan aku menjadi hamba-Mu yang taat dan takut hanya pada-Mu. jangan engkau semayamkan kesombongna dan keangkuhan di hati ini. Tuhan, Engkau tidak pernah kudengar membnetakku, tapi Tuhan aku takkan mungkin sanggup untuk menerima gertak-Mu di hari pembalasan nanti.
Tuhan,
Tuhanku, jadikan aku orang yang bertaubat. berubah Tuhan. Kuatkan diri yang lemah ini Tuhan, Kuatkan untuk berubah menjadi pendukung syariatmu tanpa mengenal hancurnya izzah maupun diri ini. tuhan jadikan ruh jihad itu subur di dadaku. Meski aku tdak hafal apa kemuliaan syahid di jalan-Mu, aku ingin menjadi syhuhada-Mu TUhan.
Kuakui banyak khilafku. banyak klaimat yang telah aku rangkai dan aku sebar melalu email, facebook, atau yang lain yang itun mendatang kan fitnah. bukan manfaat. maafkan lah aku wahai Tuhan.Biarlah semua orang tercengang, tertawa, atau apapun itu, tapi akau mohon Tuhan, jadikan aku berubah dalam tempo yang singkat ini. sebalum engaku takdirkan aku berselimut lima lapis kain putih dan di himpit bumi. Tuhan, izinkan aku membahagiakan wanita mulia yang aku sayangi. ibuku.

Tuhan, sungguh Tuhan, kuatkn hati ini utuk taubat dan berubah total. kalau para shabat dulu berubah total setelah menganut Islam, maka jadikan aku sebagi generasi yang juga mengikuti jejak mereka. kuatkan hatiku meninggalkan semua canda yang membuatku kehilangan kendali. hilangkan rasa kecil dihadapan manusia, karena aku butuh anggapanmu. bukan yang lain

Jumat, 10 Juli 2009

sakit

musim terus berlalu
menepikan jiwa yang resah
masukan demi cahaya bersinar
pancarkan sejuta keinginan

tertawa dan tangis memburu
melahirkan kenikmatan dalam hidup
hanya satu yang dibutuhkan
kesabaran

meski kita sehat
ceria dan bahagia
juga sakit
dan gelisah

aku hanya butuh
butuh satu saja
satu saja tuhan
sabar


jadikan aku senantiasa sabar
dalam gembira dan resahku
dalam penantian untuk bertemu
dengan wajah-Mu yang mulia

tuhan
engkau tahu
aku bukan maha tahu
mana yang terbaik untukku
sabarkan diri ini
untuk mendapatkan yang terbaik dari sisi-Mu

Minggu, 05 Juli 2009

Apa kabar?

Langit cerah menyinari bumi. Menghangatkan alam yang menggigil karena malam. Masih seperti hari-hari sebelumnya, tidak ada yang menantang dan memberikan tuntutan. Makin lama terasa penat dan malas.

Sinar mentari masih kekar menatap bumi. Meskipun aku masih meringkuk di bawah naungan kelambu. Akankah mentari sendirian tanpaku? Terus terang aku ingin menyertai mentari yang tiada henti untuk bersinar. Sinar yang senantias membawa kehidupan. Sinar yang diharapkan dan dibutuhkan.

Harapan untuk kabar lebih baik selalu kuharapkan. Setidaknya aku harus berani untuk berharap dan mencoba berubah. Walaupun entah yang keberapa kali aku jatuh dan mengulang kesalahan serupa. Berkali-kali menyusun rencana dan sesaat kemudian gagal. Pagi hari baik sore hari jadi bandit. Sulit untuk difahami dan diceritakan.

Keangkuhan sering hadir di hati. Merasa berjasa dan pantas untuk dihormati. Berharap akan ada stabilisator yang mampu mengontrol jiwa. Berharap mampu menyesuaikan diri dengan usia dan waktu.

Lintasan asa selalu berterbangan melukis impian yang tak mau sepi dan diam. Bayangan beberapa waktu ke depan harus dapat apa dan menjadi apa.

Bosan sih terus begini. Mau pulang aja rasanya. Pulang ke kampung tercinta dan hidup di sana. Apakah aku sangant tertekan dengan manah yang dibrikan padaku? Ataukah pergerakan hormonalku yang memang sudah tak lagi aku kenali. apakah ini berhubungan erat dengan usia psikologisku?

I am so confuse. Bila bicara dengan tema idealis, maka akau akan senantiasa sok idealis. bila bicara dengan tema pahlawan, maka aku seolah-olah adalah aku adalah pahlawan utama. Bila bicara dengan tema ulama, maka aku seolah-olah ulama yang paling tawadhu'?

Tapi siapakah aku? Ulamakah? KAderisasikah? Seorang ideologkah? Seorang penghayalkah? Seorang pemimpikah?
Apa kabar? Aku ndak tahu. Semoga
Semoga aku bisa masih bisa menangis dan merenung untuk memperbaiki diri dan selalu menjadi motivasi setidaknya untuk aku tersenyum. Menyembunyikan kehancuran diri ini di balik senyuman. Biarlah tak sesiap yang tahu kecuali aku dan beberapa saja yang tahu.

Kutakmau bahkan dinding pun tahu kondisi jwa yang rentan ini. Saiful. Aku kehilanganmu. Maafkan aku Saif.