Minggu, 25 Juli 2010

Adab Malam Pertama (Zafaf)

Oleh Fir'adi Abu Ja'far, Lc

Khalid bin Walid pernah bertutur, "Ada dua hal yang paling aku sukai dalam hidupku: mengayunkan pedang di medan perang dan menghabiskan malam pengantin bersama istriku."

Ingatkah anda saat-saat melewati malam pengantin (zafaf) dahulu? Sesudah akad nikah terlaksana dan disaksikan oleh karib kerabat, keluarga dekat, para tamu dan undangan, maka kita telah memasuki saat yang paling peka. Hari itu seorang remaja yang melepas keperjakaannya menjadi seorang suami. Seorang gadis telah menutup masa lajangnya dan membuka lembaran hidup baru dengan corak dan mode yang serba baru. Iapun menjadi seorang istri pendamping sang suami. Teman setia dalam pelayaran hidup di dunia ini. Perasaan keduanya sangat sensitif ketika pertama kali bertemu dan berdekatan. Ada salah tingkah, tapi ada perasaan ingin selalu merapat. Hati berbunga-bunga, namun rasa gugup juga tak terkira. Ada rasa getar tapi penasaran juga tak terbendung.

Ada keindahan-keindahan yang mengalir deras dari salah tingkah di malam itu. Salah satunya adalah pasangan suami-istri (pasutri) saling menerima dan tidak saling menuntut ketika pertama kali biduk rumah tangga berlayar di malam zafaf. Yang terpikirkan saat itu adalah bagaimana seorang suami dapat memberikan bunga hati kepada istrinya. Juga sebaliknya seorang istri berpikir maksimal untuk memberikan pelayanan yang paripurna kepada pasangannya. Maka salah tingkah tak perlu ditakuti oleh pasangan baru, tetapi semestinya ia disyukuri hingga sampai ke dasar hati.

Adapun rambu-rambu pelayaran jangan diabaikan. Ingat, kekecewaan dan kegagalan di malam itu, menjadi lampu kuning bagi kehidupan selanjutnya. Dan bahkan bisa menjadi prahara dan bencana dahsyat dalam rumah tangga, yang lebih dahsyat dari gempa bumi biasa. Menikmati pelayaran dengan sentuhan perasaan yang dalam sangat membantu keduanya untuk bergandengan tangan, berjalan seiring menuju keluarga yang penuh berkah. Keindahan malam itu menjadi jalan untuk saling menerima, saling memberi dan saling mempercayai yang dibingkai kerinduan-kerinduan halus yang menggema, memenuhi lorong-lorong hati. Adapun salah tingkah dan canggung menjadi warna tersendiri dan bahkan menambah indahnya suasana. Begitulah cara Allah SWT menaburkan rahmat-Nya bagi hamba-hamba-Nya.

Malam pengantin sangat membekas di sanubari. Ia menjadi memori paling berkesan dan memberikan makna yang paling dalam menembus lorong-lorong hati. Ternyata hal inilah yang menjadi rahasia berbinarnya kedua mata Khalid bin Walid RA saat mengenang keindahan malam pengantin, menjelang detik-detik terakhir kepulangannya menghadap Sang Pemberi Cinta. Ia masih sempat menyuarakan gemericik hatinya, "Tiada kenangan yang lebih indah dalam hidupku, dari pada malam pengantin yang amat mendebarkan hati bersama bidadariku tercinta, terlebih suasana bertambah syahdu, ketika Allah SWT mengguyur bumi ini dengan tetesan-tetesan air hujan perlambang turunnya rahmat dan kasih sayang-Nya."

Ada waktu-waktu untuk menikmati keindahan. Ada saat-saat untuk menghayati kebesaran Sang Maha pencipta, yang sangat luas kasih sayang-Nya kepada kita. Alangkah semerbaknya, bila malam pengantin ini diawali dengan shalat sunnah bersama dua raka'at. Memulai kehidupan sebagai pasutri dengan menyebut Asma-Nya dan bersimpuh pasrah di hadapan-Nya. Karena Dia-lah yang telah mengaruniakan kepada kita teman sejati, penyayang, pelindung, pengasih, dan pemberi ketentraman dan kedamaian. Dengan shalat dua raka'at, mudah-mudahan keburukan akan menjauh, berganti dengan rahmat Allah SWT. Shalat dua raka'at ini merupakan warisan generasi para sahabat kepada kita yang sepatutnya kita teladani. Karena menapak tilasi kehidupan orang-orang shalih, akan menetaskan kebahagiaan dan keberuntungan dalam hidup.

Setelah melaksanakan shalat dua raka'at bersama, maka suami memegang ubun-ubun istrinya seraya berdo'a, "Ya Allah sesungguhnya aku mohon kepada-Mu kecantikan dan keelokan perangainya, dan aku mohon perlindungan-Mu dari kejelekan dan keburukan perangainya." Hendaknya suami bersikap lemah lembut dan mengajak istrinya berbicara dari hati ke hati dengan tutur kata yang halus, lemah lembut dan menyenangkan. Karena yang demikian itu akan mencairkan segala kebekuan dan kekakuan. Walaupun wajah masih gugup dan tangan masih bergetar hebat, namun rasa cinta dan kedamaian berada di dekat suami mulai mengalir di hati, mulai terasa denyutnya di dada. Segelas susu dan beberapa butir kurma di awal pertemuan dapat mencairkan suasana dan menghadirkan keasyikan. Ada kemesraan dan kelembutan yang tumbuh. Ada jalinan perasaan yang mulai terajut. Ada sikap kikuk yang mencair perlahan-lahan seiring dengan susu yang diminum berdua dari gelas yang sama.

Janganlah tergesa-gesa. Ajaklah istri anda bercanda dan bergurau terlebih dahulu sebelum anda mengajaknya berlayar di samudera cinta, agar cintanya kepada anda mengembang dan perasaannya terbangkitkan. Ia bisa lebih terbuka dan tidak terhalang oleh gumpalan awan rasa malunya. Setelah mendaki ke puncak kenikmatan dan urat-uratpun telah melemah, tunggulah istri anda menemukan dirinya setelah beberapa saat melayang-layang di awan jingga. Jangan tinggalkan dirinya, ingatlah masih ada usapan pelan yang mesra dan kecupan lembut di kening, masih ada yang diharapkannya.

Setelah itu dekatkan telinga hati anda dalam pelukannya. Dengarkanlah suara hatinya. Rabalah perasaannya, kebahagiaannya, harapan-harapannya. Dan mungkin juga sedikit kekhawatirannya sekaligus keinginannya untuk mendapatkan suami yang memberikan perlindungan, rasa aman, ketentraman, ikatan bathin dan penerimaan. Masih ada kehangatan yang tersisa menuju peraduan malam yang indah. Kerlingan mata dan pembicaraan singkat dan sederhana bisa mengantarkan pasutri ke peraduan sebelum menutup malam zafaf dengan do'a dan memanjatkan rasa syukur kepada Allah SWT. Setelah melantunkan do'a, terkatuplah mata perlahan-lahan. Sedangkan tangan pasutri masih saling menggenggam erat. Ada ketentraman di sana. Seolah-olah keduanya tak ingin dipisahkan lagi. Lakukanlah mandi janabah bersama, guna melengkapi kemesraan di malam zafaf, seperti yang dicontohkan Rasulullah SAW bersama istri tercintanya Aisyah RA. Semoga ikatan hati semakin kuat, dan jalinan perasaan (al 'athifah) semakin tumbuh. Masih ada gurauan-gurauan kecil sewaktu mandi bersama.

Malam pengantin sejatinya bukan hanya sekadar milik pasangan baru. Tapi semestinya ia tetap lestari, subur dan tak boleh luntur meskipun usia pernikahan telah uzur. Tentunya dengan format, resep dan menu yang berbeda. Umur pernikahan boleh lapuk namun cinta dan kasih dalam keluarga tetap harus dipupuk. Di saat bahtera rumah tangga sedang dihantam badai konflik, kemelut yang cukup menegangkan persendian, maka mengenang keindahan malam-malam pengantin adalah satu solusi jitu untuk mengembalikan rumah tangga pada iramanya yang tenang. Agar kicauan burung-burung kembali terdengar, menyanyi dan bersenandung merdu. Di kala bunga-bunga cinta yang tumbuh di hati mulai kering dan layu, segeralah alirkan memori indah malam pengantin syahdu yang mendayu-dayu, agar ia bisa menjadi musim semi dalam taman rumah tangga. Kehadiran anak dalam rumah tangga, tidak menghalangi pasutri untuk menghidupkan kembali malam-malam pengantinnya, tentunya dengan mengatur tempat dan waktu yang tepat.

Bagi pasutri yang belum memiliki keturunan, jadikanlah malam-malam di awal musim panas ini menjadi malam-malam pengantin yang menyejukan hati dengan bumbu-bumbu yang serba baru. Belum hadirnya anak dalam rumah tangga, anggaplah sebagai bulan madu yang terus diperpanjang. Dan bagi yang masih hidup menyendiri, isilah malam-malam yang panjang dengan dzikir dan shalat malam. Perbanyaklah do'a di hadapan-Nya, agar sang bidadari atau sang arjuna yang dinanti dan didamba segera hadir menjelma di alam nyata. Jangan anda habiskan waktu luang untuk menghayalkan malam pengantin yang saatnya belum tentu. Karena keindahan yang anda bayangkan justru membuat anda semakin meradang dan menjerit pilu. Allahu A'lam bishawab.

silahkan lihat di: http://www.pks-arabsaudi.org/pip/?pilih=lihat&id=232

Kamis, 27 Mei 2010

Mengungkapkan isi hati

Hari ini, belum berapa lama mentari bersinar. Tapi hangatnya sudah terasa membakar diri. Gerah. Yang secara tidak langsung membuat marah. Tersinggung sedikit aja, langsung naik pitam. Gondok yang luar biasa.

Dekapan akan pekerjaan membuat hati semakin bosan. Ingin berlari meninggalkan semua. Bersepi tenang di alam segar. Menghirup udara sehat penuh ketenangan.Di iringi gemericik air yang berderak. Menguraikan semua bahan yang berani masuk ke arusnya.

Dentuman waktu belum mampu menggerakkan diri. Masih berbalut sungkan dan berbusana enggan. Menaikkan bilangan ketidakmampuan berbuat sebuah makna untuk kehidupan. Bosan dan takut. Bosan dengan kondisi yang ada namun takut berbuat sesuatu yang di luar kebiasaan. Ingin membungkam semua yang bersuara. Ingin mendiamkan semua yang ribut. Diam. Tenang. Itulah yang membawa senyum diam dan tanpa ekspresi. Tatapan kosong seolah tanpa beban. Perilaku diam seolah tidak peduli. Sebagai ungkapan hati yang resah dan gelisah menjalani hidup yang payah.

Semua hanya membawa pada detik keterlupaan dari sekian masalah pelik. Karena memang sudah diberhentikan dari berbagai kinerja dan fungsi. Kediaman itu harus dijalani dan mau tidak mau harus diikuti. Kelahiran semua keisengan boeh jadi hadir dari situ. Tapi, kini iseng yang tak seberapa itu membuahkan hasil ayng luar biasa.

Ketersingkiran dan keterasingan melingkupi semua jiwa dan paradigma. Pikiran semakin picik. Semakin sempit. Mendatangkan keengganan untuk berkarya dan beramal dakwah. Semua hal yang mengusik diri karena terasa tidak sesuai dakwah hanya didiamkan. Karena memang di lahan ijtihadi. Dan kini hubungan itu sudah diberhentikan.

Posisi yang aneh. Walaupun sebenarnya dalam dakwah tidak mempedulikan struktur dan jabatan. Yah, pemahaman itu harus dihunjamkan di hati. Bukan di mana sekarang yang penting. Tetapi peran apa yang dilakukan. sekarang, saat ini. Apa pengaruhnya bagi dakwah. Pertanyaan sejenis harus bertabur di benak. Agar bisa eksis walaupun dari tepi.

Yah, eksistensi sebagai kader. Itu yang harus dijaga.

Lain lagi, pengaruh usia yang berkaitan dengan perkembangan biologis dan psikologis. Gerakan rasa fitrah itu menjadi lintasan yang tak kenal henti. Dan tak jarang membuahkan ketidakteratuaran amal bahkan kemaksiatan. Mengungkapkan isi hati adalah cara mengurangi tekanan lintasan itu. Lintasan itu harus dialihkan ke araah yang tidak salah. Setidaknya dilepaskan di daerah yang memiliki efek terkecil.

Semakin sensitif aja. Semakin aneh. semakin tertinggal.

Akankah ini menjadi kejadian yang direkamkan sejarah untuk diri? Melawan rasa itu tidak mudah. Mengaturnya juga tidak gampang. Ia berseifat bolak balik. Rasa itu erat dengan kondisi hati. Semoga saja beratubat dengan segera dan sungguh-sungguh.
Semoga sukses!!

Selasa, 18 Mei 2010

MENYIKAPI CINTA

Rasa itu hadir tanpa pemberitahuan. Ia merasuk ke dalam hati dan menjalar ke seluruh tubuh mengikuti aliran darah. Jika tersalah maka ia akan disusupi syetan. Maka, jadilah ia cinta yang dilandasi nafsu. Cinta itu pun akan berbunga syahwat yang kian membara mencari sasarannya. Dan ini lah yang sering menjadikan pemilik rasa itu melakukan, terkadang, hal-hal di luar hal yang dibenarkan.

Akan menjadi berbeda bila cinta itu mengalir seiring aliran darah dan ditaburi sinar hidayah. Maka ia akan menjadikan pemilik rasa itu semakin dewasa dan mendekat pada peciptanya. Boleh jadi kedu ahal ini silih berganti terjadi pada diri seseorang.

Rasa suka pada lawan jenis yang sering diidentikkan dengan cinta, sebenarnya adalah fitrah manusia. Allah sudah menyatakan yang demikian dalam surat Ali Imran ayat 14. Dan ia bukan dosa. Hanya saja penempatannya dan pengelolaannya bisa menjerumuskan ke lembah dosa jika tidak mengikuti rambu-rambu.

Sikap terbaik yang harus dilakukan untuk menyikapi rasa itu adalah:
1. Menyadari rasa itu adalah fitrah manusia dan tidak menyepelekannya.
Kehadiran rasa itu harus menyadarkan kita bahwa kita adalah hamba yang sangat lemah, sehingga untuk mengusir rasa itu pun kita tidak mampu. Ingatlah tata urutan cinta yang Allah paparkan dalam surat Attaubah ayat 24. Renungi ayat dan kandungannya dan sebarkan maknanya ke dalam hati. Rasakan cinta itu dalam hati. Di manakah posisinya? Sudahkah tepat sesuai surat Attaubah ayat 24?

2. Menjaga diri dari melanggar aturan pergaulan. Bahwa sebelum ijab kabul diucapkan, maka aturan syariat tentang hubungan lawan jenis masih berlaku. Jangan membuat orang yang kita cintai merasa bersalah dan berdosa. Karena boleh jadi, ketika dia tahu rasa itu ada di hati kita terhadapnya, dia akan merasa gagal menjaga hijabnya. Jangan siksa orang yang dicintai dengan perasaan bersalah. Tak perlu memberi sinyal-sinyal cinta sehingga dapat merusak komunikasi. Kata kuncinya adalah menjaga pandangan.

3. Menilai diri. Sudahkah layak dan sanggup untuk menyempurnakan agama? Karena rasa itu diberkahi dengan dijalinnya hubungan yang suci.Pernikahan.
Kalau belum, jagalah sikap dan adab terhadap orang yang dicintai. Sepatutnya kita memuliakan yang kita cintai bukan menghinakannya. Ingatlah, bahwa lelaki yang mengatakan rasa sukanya kepada seorang wanita tetapi ia tidak berani melamarnya seketika itu, maka ia adalah pendusta. Ia menjadi penggoda bagi orang yang dia sayangi.

4. Jangan berlaku keras terhadap rasa itu . Wajar sajalah. Semakin ia di tekan maka perlawanannya semakin kuat. Tapi jangan diikutkan. Sadari bahwa orang yang kita cinta itu juga manusia yang memiliki kekurangan. Kalaupun ia sempurna di mata kita, belum tentu ia yang terbaik dan tepat untuk kita. Karena hubungan itu bukan untuk pelampiasan keinginan saja. Tapi ada tujuan yang mulia yang harus ada ketika hubungan suci, pernikahan, itu dikibarkan. Banyaklah belajar ilmu tentangnya.

5. Isilah pikiran dan hati dengan hal yang bermanfaat. Memperbanyak zikir (membaca Al quran, shalat) dan mengadukan isi hati itu pada pemiliknya merupakan langkah utama yang tak boleh ditinggalkan. Luapkan rasa itu, mengadulah pada Allah, titiskan saja air mata itu dan rasakan kehinaan diri dan kekurangan diri. Ingatlah! Rasa itu adalah lintasan pikiran yang apabila tidak kita usik maka ia akan segera berlalu.Sama seperti oarang yang melintas di depan rumah kita. Jika ia kita sapa, maka ia akan berbicar banyak dan bisa mempengaruhi kita. Maka sapalah lintasan pikiran yang lain.

6. Jika rasa itu menuntut peluapan, maka luapkan saja pada media tulis alias buku diari. Jangan malu. Ungkapkan dan simpan rapi. Tetapi jangan dijadikan sebagai konsumsi umum dan jangan disebarluaskan kepada siapapun. Bahkan boleh jadi dengan begitu ada kesempatan untuk berkarya melalui tulisan. Bukankah dakwah dengan pena itu juga pernah dilakukan Rasul saw. Tapi jangan coba untuk menuliskan sesuatu dengan tujuan agar di baca si dia.

7. Hindari hal-hal yang mengingatkan kita pada si dia.

8. Berbenah diri. Siapkan diri untuk pantas dan dan layak untuk mendampinginya. Jalin komunikasi dengan orang tua dan pihak terkait (red: Murabbi). Jika sudah mantap maka majulah ke jenjang selanjutnya. Sempurnakan agama denga menikah, separuhnya lagi denga bertakwa.

9. Jangan ngotot. Jangan berpikiran picik, bahwa dia satu-satunya yang tepat. Maka tujuan memuliakan dan bertakwa juga dakwah harus dijadikan pokok pikiran utama dalam proses pernikahan. Tujuan kita adalah ridha Allah bukan sosoknya itu. Bukankah Allah maha tahu? Siapakah yang lebih tahu mana yang terbaik buat kita selain Allah azza wa jalla?

10. Jika masih harus menunda, bersabarlah. Perbanyak benteng diri. Berpuasa. Begitu kata Rasul saw dalam haditsnya. Dan teruslah berbenah diri untuk menjadi pantas dan mampu.

11. Senantiasalah menjalin cinta yang lebih kuat kepada Allah daripada selainnya. Buktikan cinta itu dengan mengikuti Rasul-Nya. Seperti apa yang Allah cantumkan dalam surat Ali Imran ayat 31.

Semoga Allah mudahkan semua orang yang memelihara dirinya dari kehinaan. Yang bersusah payah untuk menjadi manusia yang tidak sama dengan binatang. Fa'tabiiru yaa ulil albaab. Wallahua'lam bish shawab.

Senin, 17 Mei 2010

Saat Jatuh Cinta

Aku sadari bahwa rasa ini tidaklah dosa. Tetapi kesalahan menyikapinya bisa membuat jadi berdosa. Dan aku tidak bisa membohongi hatiku bahwa aku memiliki rasa simpati dan kekaguman pada seorang yang menawan di mataku. Aku tau dia tidaklah sempurna. Tapi tak tahu kenapa aku merasa dialah yang bisa membuat aku semakin berarti.

Untukmu yang kucinta
Perasaan ini tak akan aku utarakan padamu karena memang tak layak. Aku hanya akan sampaikan isi hatiku ini padamu jika memang takdir sudah nyata bahwa aku halal untukmu.
Aku mencintaimu. Tanpa sebab. Karena cinta ini hadir seketika dan tak pernah kuundang. Aku semakin sakit disaat ia kuusir. Aku sadar, cintaku tetaplah kuutamakan pada-Nya. Terus terang cintaku padamu tak sebesar cintaku padamu. Karenanya, rasa ini hanya akan membawaku pada kebaikan. Takkan aku tampakkan. Biarlah dirimu ada dihatiku sebagai rasa fitrah. Tak lebih. Semoga Dia kuatkan aku menjaga rasa ini agar tidak menjadi fitnah. Aku tahu ungkapan via tulisan ini akan menuai kontroversi. Tapi aku hanya menetralkan hati dengan mengungkapkannya. Walaupun semua terapi hati yang kuketahui sudah kulakukan, tetap saja ia menggelora dan sering menjadi bayangan yang dihiasi nafsu.

Aku mencintaimu. Aku tahu aku bukan seorang yang luar biasa. Aku juga tidak berharap engkau sempurna. aku hanya ingin engkau semakin berarti dengan kebersamaan yang tercipta, semoga. Aku ingin engkau menjadi penyokong kelemahanku. Dan aku berharap bisa meneguhkanmu dan menambah daya peranmu di dalam kebaikan.

Semoga pertemuan itu semakin nyata. Walaupun pada akhirnya, tidak bertemu, aku yakin perasaan ini akan berganti arah kepada yang Allah berikan. Rasa ini akan tetap ada dan akan memuliakanmu. Bukan salahmu.

Aku sungguh ingin menjadi pendampingmu. Memberikan apa yang aku mampu untuk membuatmu bahagia. aku cinta padamu.

Kamis, 22 April 2010

BILA HADIR RASA CINTA, JADIKAN IA CINTA YANG MEMBAWA KITA KE SURGA

Jatuh ....yang tak mengundang orang simpati ialah jatuh cinta.CINTA adalah fitrah dan karunia ILLAHI.Tidak ada siapapun yang dapat melarikan diri daripada mencintai dan dicintai.Namun demikian , puncak CINTA........ada orang masuk surga karena CINTA dan tak sedikit orang yang di hujam ke neraka gara-gara CINTA.CINTA yang bagaimana yang bisa membawa seseorang ke surga?

CINTA yang dialirkan oleh ALLAH kedalam hati, itulah CINTA yang benar, suci lagi murni.CINTA yang bukan diukur ikut pandangan mata,tapi ikut pandangan ALLAH.Ia ada karena ALLAH dan CINTA diberipun untuk dapat keridhoan ALLAH.CINTA begini tiada batasannya.Tidak pula kenal jenis kelamin dan kedudukan.Dan CINTA lahir hasil dari samaCINTA pada ALLAH.

CINTA ynag sesungguhnya ini bisa berlaku pada lelaki dan lelaki,perempuan dengan perempuan,lelaki dengan perempuan,antara murid dengan guru,suami dengan istri,sahabat dengan sahabat,rakyat dengan pemimoin, antara umat dengan Nabinya dan yang paling tinggi antara hamba dengan TUHANNYA.

CINTA KARENA ALLAH

Kalau berlaku antara lelaki dan perempuan yang tidak diikat oleh perkawinan , mereka tak akan memerlukan untuk berjumpa,berbicara atau melakukan apa saja yang bertebntangan dengan kemauan ALLAH.

CINTA mereka tidak akan tercela oleh nafsu birahi.Sebaliknya CINTA itu adalah tautan hati yang berlaku walaupun tak pernah berjumpa atau baru kenal tapi hati rasa sayang dan rindu.Hati sedih kalau orang yang kita cintai ditimpa susah,senangkalau yang dicintai itu senang.Sanggup susah dan korbankan diriuntuk senangkan orang yang dicintai.

CINTA yang begini diceritakan dalam hadist, yaitu seorang lelaki yang bertemu dan berpisah dengan sahabatnya karena ALLAH maka mereka akan mendapat perlindungan 'ARSY ALLAHdipadang mahsyar nanti,hari dimnan masing-masing orang mengharap sangat lindungan dari matahari yang sejengkal saja dari kepala.

Kalau bertlaku antara suami istri , maka istri akan meletakkan seluruh ketaatan pada suami,hormat dan melayani suami tanpa jemu.Baik ketika suami tunjukkan sayang atau ketika suami marah-marah.Baik ketika suami kaya atau miskin ,atau suami kawin lagi , CINTA istri pada suami tidaka akan terbagi.

Karena CINTANYA pada suami datang dari ALLAH hasil ketaqwaan istri.Biarpun datangtopan badai,melanda rumah tangga,istri tetap memberikan CINTAnya yang utuh dan teguh.

Begitu juga suami , CINTA pada istri tidak pandang itu istri tua atau muda.Terpatri pada hatinya.Selagi istri taat pada ALLAH,istri tetap dikasihinya.Kalau dia ada empat istri,tentulah istri-istri akan bertanya -tanya , istri yang manakah yang paling dicintai oleh suami?Kalau CINTA itu bersumber dari ALLAH , tentu istri yang paling bertaqwalah yang paling dicintai oleh suami lebih dari istri-istri yang lain.

CINTA ALLAH YANG UTAMA

Sumber CINTA yang datang dari ALLAH akan meletakkan ALLAHyang paling tinggi dan utama.Bila berlaku perseteruan antara CINTA ALLAH dengan CINTA pada makhluk maka CINTA ALLAH dimenangkan.

Misalkan seorang istri yang CINTA pada suaminya.Tiba-tiba suami melarang istri melakukan ketaatan pada ALLAH, dalam hal menutup aurat, padahal tutup aurat itu ALLAH wajibkan.Maka kecintaan pada ALLAH itu akan mendorong nya untuk tetap malaksanakan perintah-NYA walaupun suami tidak suka ataupun harus kehilangan suami.

Sanggup dilakukan sebagai pengorbanan CINTAnya pada ALLAH.Sebaliknya kalau dia turut kemauan suami artinya kata CINTA pada ALLAH hanya pura-pura,CINTAnya bukan lagi bersumber kan ALLAH tapi datang dari nafsu.

CINTA yang datang dari ALLAH menyebabakan seseorang cukup takut untuk melanggar perintah ALLAH yang kecil ,apalagi yang besar.Seseorang yang sudah dapat mencintai ALLAH ,CINTA ynag lain jadi kecil dan rendah baginya.

Sejarah menceritakan kisah CINTA Zulaikha terhadap Nabi Yusuf.Sewaktu Zulaikha dibelenggu oleh CINTA nafsu yang berkobar-kobar pada Nabi Yusuf , dia sanggup hendak menduakan suaminya ,yang seorang menteri.

Ketika Nabi Yusuf menolak keinginannya, ditariknya baju Nabi Yusuf hingga terkoyak.Akibat dari peristiwa itu ,Nabi Yusuf masuk penjara.Tinggalah Zulaikha memendam rindu CINTANYA kepada Yusuf.

Penderitaan CINTA yang ditanggungb oleh Zulaikha menyebabakandia berubah dari seorang perempuan yang cantik menjadi perempuan tua yang tidak cantik lagi.Matanya banyak menangis terkenangkan Yusuf,hartanya habis dibagi-bagikan karena Yusuf.Sehingga datanglah belas kasihan dari ALLAH terhadapnya.Lalu ALLAH mewahyukan agar Nabi Yusuf mengawini Zulaikha setelah ALLAH mengembalikan kesehatan dan kecantikannya.

Peliknya , ketika Zulaikha mengenal ALLAH,datanglah CINTAnya pada ALLAH sehingga waktunya lebih banyak di habiskan untuk bermunajat dengan ALLAH dalam ibadah dan dzikir.

Begitulah betapa CINTA yang dulunya datang dari nafsu dapat dipadamkan bila kenal dan CINTA pada ALLAH.CINTA ALLAH adalah CINTA taraf tinggi.Puncak CINTA ini ialah pertemuan yang indah dan penuh rindu di surga yang dipenuhi kenikmatan.

CINTA pada ALLAH akan lahir pada orang yang mengenal ALLAH.Karena CINTA lahir ada penyebanya.Kalau wanita CINTA pada lelaki karena kayanya,baiknya , tampan, dan sebagainya dan lelaki CINTA wanita jarena cantik,baik ,lemah lembut dan sebagainya maka bagi mereka yang berakal akan merasa lebih patut dicurahkan rasa CINTA pada ALLAH karena segala kenikmatan itu datangnya dari ALLAH.

Ibu bapak ,suami istri, sahabat, handai taulan dan siapa yang mengasihi dan mencintai kita , hakekatnya semuanya datang dari ALLAH.Kebaikan ,kemewhan dan kecintaan yang diberikan itupun atas rahmat dan belas kasih dari ALLAH pada kita.Sehingga ALLAH izinkan makhluk-NYA yang lain CINTA pada kita.

ALLAH yang menciptakan kita makhluk-NYA , kemudian diberinya kita berbagai nikmat seperti sehat,gembira dan lain-lain.Baik kita ingat pada-NYA ataupun waktu kita lalai , tetap diberi-NYA nikmat-nikmat itu.Begitulah , kebaikan ALLAH pada kita terlalu banyak sebagaimana firman-NYA, yang berarti:
"Kalau kamu hendak menghitung nikmat -nikmat ALLAH, niscaya tidak akan terhitung."

Besar sungguh jasa ALLAH dari menciptakan menghidupkan dan memberi rezeki, suami , istri, rumah dan macam-macamlagi yang dengannya kita melalui kehidupan dengan aman bahagia.

Alangkah biadabnya kita kalu segal pemberian ALLAH itu kita ambil , tapi lupa untuk bersyukur pada yamag Memberi.ALLAH bisa saja menyusahkan dan menyenangkan kita dengan Kehendak-NYA.

Oelh itu orang yang betul kenal dan beradab, dia malu pada ALLAH. malah karena malunya itu dia tidak nampak yang lain lebih hebat dari ALLAH.CINTAnya tertumpu pada ALLAH ,penyerahan diri pada ALLAH sungguh- sungguh.

Setiap saat menanggung rindu.lalu waktunya di habiskan untuk berbisik- bisik dengan kekasihnya.Bila CINTA ALLAH sudah penuh dalanm hatinya , maka tidak ada tempat lagi untuk CINTA selain dari itu.

Ada orang mengatakan :"JIKA KAU BERIKAN HATIMU ATAUPUN CINTAMU PADA MANUSIA NISCAYA CINTAMU NISCAYA DIA AKAN MEROBEK -ROBEKNYA.TAPI KALAU HATI YANG PECAH ITU DIBERIKAN PADA ALLAH NISCAYA AKAN DISATUKANNYA .ARTINYA CINTA DENGAN ALLAH PASTI TERBALAS. DAN ALLAH TIDAK MEMBIARKAN ORANG YANG DICINTAI-NYA MENDERITA DI AKHERAT."

Jadi seorang yang bijak dan beradap akan meletakkan kecintaan yang besar pada ALLAH, pada Rasulullah dan barulah pada makhluk -makhluk lain di samping-NYA.Itulah peletakan CINTA yang yang betul dan menguntungkan didunia dan di akherat. Itulah dia CINTA kita pada ALLAH SWT yang patut kita letakkan.

SEKALI RASA CINTA ITU HADIR..........
INGATLAH IA ADALAH KARUNIA ALLAH.............
HIDUP INI MENJADI INDAH KARENA CINTA............
CINTA YANG SUCI...............
BUKAN CINTA YANG MENYERET KE NERAKA.
SEKALI RASA CINTA ITU HADIR .....................
SAMBUTLAH DENGAN BENAR............
JAGA...................PELIHARA.....................
DAN JADIKAN IA CINTA YANG MENGHANTARKAN KE SURGA..................

{MUTIARA AMALY}.

Kamis, 18 Maret 2010

Taujih dari DR. Muhammad Badi, Mursyid Am Ikhwanul Muslimin, 04-02-2010

Penerjemah:Abu ANaS

Segala puji bagi Allah, Shalawat dan salam atas Rasulullah saw, dan orang-orang yang mendukungnya

Allah SWT berfirman:

مِنَ الْمُؤْمِنِينَ رِجَالٌ صَدَقُوا مَا عَاهَدُوا اللَّهَ عَلَيْهِ فَمِنْهُمْ مَنْ قَضَى نَحْبَهُ وَمِنْهُمْ مَنْ يَنْتَظِرُ وَمَا بَدَّلُوا تَبْدِيلاً

“Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; Maka di antara mereka ada yang gugur. dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu- nunggu dan mereka tidak merubah (janjinya)”. (Al-Ahzab:23)

وَلا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتًا بَلْ أَحْيَاءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ

“Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup[248] disisi Tuhannya dengan mendapat rezki”. (Al Imran: 169).

Kami ingin menghadirkan peringatan hari syahidnya Hasan Al-Banna, 12 Pebruari tahun 1961, yang kita menyadari bahwa Hasan Al-Banna telah pergi untuk menghadap Tuhannya dengan penuh keridhaan dan diridhai; banyak peluru telah menembus tubuhnya yang selalu menghabiskan waktu malamnya dengan bersujud dihadapan Allah, dan pada siang harinya berjuang di jalan Allah menyusuri pelosok daerah dan kota di Mesir, dari ujung hingga ujung lainnya, namun semangat, manhaj dan pembangunan yang beliau tegakkan tetap membara, dan seiring dengan berjalannya waktu kekokohan dan peraturan kian terus bertambah dan meningkat, Imam Syahid Hasan Al-Banna telah memberikan darahnya yang suci dan bersih sebagai martir dan bahan bakar yang tidak akan pernah putus, namun terus melahirkan para syuhada dan air mata para sajidin (ahli sujud) dihadapan Allah SWT, ketegaran orang-orang yang disiksa di penjara, dan doa jutaan tahanan dan keluarga mereka kepada Allah, Tuhan semesta alam, dan keteguhan orang-orang yang mengorbankan hartanya yang berharga dan jiwanya yang mahal di jalan Allah dalam mempertahankan aqidah, fikrah dan manhaj mereka untuk menggapai ridha Allah, Tuhan semesta alam; karena Allah adalah tujuan mereka, Rasul adalah teladan mereka, jihad adalah jalan mereka, syariat adalah manhaj mereka, dan kematian di jalan Allah adalah cita-cita tertinggi mereka, mereka jujur kepada Allah dan Allah menerima kejujuran mereka.

Beliau memiliki nama yang bernasib baik; beliau telah meletakkan bangunan besar dan menjulang tinggi, menghirup kebaikan dari sirah Nabi saw sebagai manhaj yang jelas dan gamblang untuk melakukan reformasi dan perubahan; guna mencapai tujuan dan misi yang mulia dan suci yaitu bangkitnya umat Islam, menghidupkan kembali kemuliaannya, memulihkan martabat dan kepemimpinannya di seluruh dunia, setelah membebaskan tanah air dan mengembalikan entitas internasional untuk umat ini.

Metode ini telah dibuat langkah-langkahnya, ditentukan karakternya

Bersumber dari firman Allah SWT:

إِنَّ اللَّهَ لا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ

“Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”. (Ar-Ra’ad:11)

Dan firman Allah:

ذَلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ لَمْ يَكُ مُغَيِّرًا نِعْمَةً أَنْعَمَهَا عَلَى قَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ

“(siksaan) yang demikian itu adalah karena Sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan meubah sesuatu nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada suatu kaum, hingga kaum itu meubah apa-apa yang ada pada diri mereka sendiri”. (Al-Anfal:53)

Dan firman Allah:

قُلْ هُوَ مِنْ عِنْدِ أَنْفُسِكُمْ

“Katakanlah, itu datang dari sisi kalian sendiri” (Ali Imran:165)

Dan firman Allah:

وَضَرَبَ اللَّهُ مَثَلاً قَرْيَةً كَانَتْ آمِنَةً مُطْمَئِنَّةً يَأْتِيهَا رِزْقُهَا رَغَدًا مِنْ كُلِّ مَكَانٍ فَكَفَرَتْ بِأَنْعُمِ اللَّهِ فَأَذَاقَهَا اللَّهُ لِبَاسَ الْجُوعِ وَالْخَوْفِ بِمَا كَانُوا يَصْنَعُونَ

“Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezkinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah; karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat”. (An-Nahl:112)

Beliau menetapkan konsep kerja yang kongkret dan objektif, yang mebuktikan pada hari-hari ini akan kelayakan dan utilitasnya, berbeda dengan kegagalan yang dilakukan oleh kelompok pemilik rencana dan konsep yang premature; konsep yang bermula dengan melakukan perbaikan pada individu, pembentukan rumah tangga Islami, mengarahkan masyarakat kepada yang lebih baik, memerangi kejahatan dan kemungkaran, lalu berlanjut pada kemerdekaan tanah air dari segala dominasi dan hegemoni asing, mereformasi dan memperbaiki pemerintah sehingga mereka mau berjalan sesuai dengan manhaj Islam, dan berakhir pada kembalinya entitas internasional untuk umat Islam dan guru bagi dunia, tanpa melakukan pengawasan satu dengan yang lainnya, bahkan menuju kemanusiaan global seperti yang dibawa oleh Islam.

Imam syahid pada awal dakwah yang memiliki asas dan sebagai rukun padanya “Dari mana kami memulai”?

إِنَّ تَكْوِيْنَ الأُمَمِ، وَتَرْبِيَةَ الشُّعُوْبِ، وَتَحْقِيْقَ الآمَالَ، وَمُنَاصَرَةَ الْمَبَادِئِ؛ تَحْتَاجُ مِنَ الأُمَّةِ الَّتِي تُحَاوِلُ هَذَا أَوْ مِنَ الْفِئَةِ الَّتِي تَدْعُوْ إِلَيْهِ عَلَى الأَقَلِّ إِلَى قُوَّةٍ نَفْسِيَّةٍ عَظِيْمَةٍ، تَتَمَثَّلُ فِي عِدَّةِ أُمُوْرٍ: إِرَادَةٌ قَوِيَّةٌ لاَ يَتَطَرَّقُ إِلَيْهَا ضَعْفٌ، وَوَفَاءٌ ثَابِتٌ لاَ يَعْدُو عَلَيْهِ تُلَوُّنٌ وَلاَ غَدَرٌ، وَتَضْحِيَةٌ عَزِيْزَةٌ لاَ يَحُوْلُ دُوْنَهَا طَمَعٌ وَلاَ بَخْلٌ، وَمَعْرِفَةٌ بِالْمَبْدَأِ وَإِيْمَانٌ بِهِ وَتَقْدِيْرٌ لَهُ، يَعْصِِمُ مِنَ الْخَطَأَ فِيْهِ وَالانْحِرَافِ عَنْهُ وَالمُسَاوَمَةِ عَلَيْهِ وَالْخَدِيْعَةِ بِغَيْرِهِ.. عَلَى هَذِهِ الأَرْكَانِ الأَوَّلِيَّةِ الَّتِي هِيَ مِنْ خُصُوْصِ النُّفُوْسِ وَحْدِهَا، وَعَلىَ هَذِهِ الْقُوَّةِ الرُّوْحِيَّةِ الْهَائِلَةِ تُبْنَى المَبَادِئُ، وَتَتَرَبَّى الأُمَمَ النَّاهِضَةَ، وَتَتَكَوَّنَ الشُّعُوْبَ الَفَتِيَّةَ، وَتَتَجَدَّدَ الْحَيَاةَ فِيْمَنْ حُرِمُوا الْحَيَاةُ زَمَنًا طَوِيْلاً

“Bahwa pembentukan suatu bangsa, pembinaan suatu umat, untuk mewujudkan harapan, menyokong prinsip-prinsipnya; membutuhkan peran dari umat yang berusaha melakukan ini atau suatu kelompok yang menyeru kepadanya, minimal pada kekuatan psikologis yang besar, yang terdiri pada beberapa hal: keinginan yang kuat yang tidak ada kelemahan di dalamnya, keteguhan yang tidak terkontaminasi atau ada pengkhianatan di dalamnya, pengorbanan yang murni yang tidak dihalangi oleh adanya keserakahan dan kekikiran, mengenal tentang prinsip, meyakininya dan menghargainya, terlindung dari kesalahan di dalamnya, tidak ada penyimpangan dan tawar-menawar serta penipuan padanya…. Berbagai rukun yang utama ini merupakan bagian dari karakteristik jiwa itu sendiri, merupakan kekuatan kekuatan spiritual yang luar biasa ini yang mampu membangun dan memperkokoh prinsip-prinsip, dan membina umat untuk bangkit, yang terdiri dari umat dari kalangan muda dan energik, dan memperbaharui hidup dari mereka yang telah begitu lama telah kehilangan semangatnya. “

Setiap bangsa yang kehilangan empat karakter diatas atau setidaknya kehilangan penuntunnya dan penyeru reformasi di dalamnya, akan menjadi bangsa yang miskin dan kacau, tidak akan dapat meraih kebaikan, tidak akan mampu mewujudkan harapan, dan akan terpaku pada kehidupan dalam suasana mimpi, berfantasi dan wahm (praduga).

إِنَّ الظَّنَّ لا يُغْنِي مِنَ الْحَقِّ شَيْئًا

“Padahal sesungguhnya praduga itu tidak memberikan kebaikan sedikitpun” (Yunus:36).

Ini adalah hukum Allah dan sunnatullah dalam ciptaan-Nya, dan kita tidak akan menemukan perubahan sedikitpun dari sunnatullah ini

إِنَّ اللَّهَ لا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ

“Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”. (Ar-Ra’ad:11)

Dan dengan jelas beliau menyatakan bahwa kebangkitan suatu bangsa tidak akan tercapai hanya pada dasar-dasar Islam dan aturan-aturannya, dan inilah yang ditetapkan setelah syhadinya Al-Banna pada keyakinan umat, dan diungkapkan oleh umat Islam pada setiap referendum atau pemilu yang bebas dan adil dengan mendukung proyek Islam.

Imam Al-Banna berkata:

إِذَا كَانَ الإِخْوَانُ الْمُسْلِمُوْنَ يَعْتَقِدُوْنَ أَنَّ اللهَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى وَضَعَ فِي هَذَا الدِّيْنِ الْقَوِيْمِ كُلَّ الأُصُوْلِ اللاَّزِمَةِ لِحَيَاةِ الأُمَمِ وَنَهْضَتِهَا وَإِسْعَادِهَا؛ فَهُمْ يُطَالِبُوْنَ النّاسَ بِأَنْ يَعْمَلُوْا عَلَى أَنْ تَكُوْنَ قَوَاعِدَ الإِسْلاَمَ الأُصُوْلَ الَّتِي تُبْنَى عَلَيْهَا نَهْضَةَ الشَّرِقْ الْحَدِيْثِ فِي كُلِّ شَأْنٍ مِنْ شُئُوْنِ الْحَيَاةِ، وَيَعْتَقِدُوْنَ أَنَّ كُلَّ مَظْهَرٍ مِنْ مَظَاهِرِ النَّهْضَةِ يَتَنَافَى مَعَ قَوَاعَدِ الإِسْلاَمِ وَيَصْطَدِمُ بِأَحْكَامِ الْقُرْآنِ؛ فَهُوَ تَجْرِبَةٌ فَاسِدَةٌ فَاشِلَةٌ، سَتَخْرُجُ مِنْهَا الأُمَّةُ بِتَضْحِيَاتٍ كَبِيْرَةٍ فِي غَيْرِ فَائِدَةٍ

“Jika Ikhwanul Muslimin percaya bahwa Allah yang Maha Kuasa menempatkan agama yang lurus ini semua dasar-dasarnya yang diperlukan untuk kehidupan bangsa, kebangkitan dan kebahagiannya; Maka mereka juga mengajak umat yang lainnya untuk bekerja dengan mengikuti segala aturan-aturan dasar Islam yang dapat membangun kebangkitan timur dalam segala urusan kehidupan, dan mereka percaya bahwa dari setiap aspek kebangkitan yang tidak sesuai dengan aturan Islam dan bertabrakan dengan Al-Quran; maka akan menjadi pengalaman kegagalan dan kenistaan, darinya akan mengeluarkan umat dengan dengan berbagai pengorbanan yang besar bangsa tanpa ada manfaat sama sekali “.

Sungguh telah terbukti pada hari-hari dan peristiwa masa lalu selama lebih dari satu abad, bahwa setiap percobaan suatu kebangkitan yang dilakukan suatu bangsa selalu menemui jalan buntu, dan kita masih saja mencari jalan menuju kemerdekaan yang hakiki, untuk memiliki kehendak yang merdeka, keadilan yang sejati, keadilan sosial dan supremasi hukum, kebebasan secara komunal, dan devolusi kekuasaan, yang berasal dari pemimpin umat yang dihasilkan oleh pemilu yang bebas, meskipun berlalunya zaman di mana umat melewati kekuasaan liberal, sosialisme atau komunisme, kudeta militer, sehingga kita selalu menghadapi berbagai duri dan benturan, lalu kembali dari awal ..

Demikianlah yang dilakukan oleh pasukan pendudukan asing (imperialis) atas lebih dari 40 negara, yang dipimpin oleh Amerika Serikat yang berhasil menduduki Palestina, Irak, Afghanistan dan Somalia ..

Demikianlah yang terjadi; adanya pangkalan militer AS yang tersebar di seluruh daerah dan negeri yang diduduki pada negara-negara Arab dan Islam dari benua ke benua lainnya melewati Teluk ..

Demkianlah perjanjian perdamaian yang dilakukan pemerintah Islam, dan menempatkan pasukan tentara dan polisi dalam menghadapi rakyatnya sendiri atau terhadap negara tetangganya yang muslim ..

Semua ini, meskipun manifestasi formalnya adalah kemerdekaan; baik media, konstitusi, parlemen, kementerian, dan meskipun semua kesepakatan evakuasi, bahkan telah menguras kekayaan bangsa Arab dan Muslim; individu, pemerintah, lembaga dan perusahaan, hingga tersesat dalam petualangan harta dan terjerumus pada bank-bank konvensional yang selalu mengkonsumsi riba dua kali lipat, menyia-nyiakan harta hingga triliunan bukan miliaran saja, dan kelaparan yang membunuh jutaan Muslim, kamp-kamp penampungan yang diisi negara Muslim dalam kondisi lapar dan kelelahan dari orang tua, wanita dan anak-anak.

Sekalipun demikian, konferensi dan konspirasi yang sering diadakan secara diam-diam pada abad yang lalu dan sekarang diadakan secara terang-terangan, di siang hari bolong, dan dihadiri oleh para pejabat dari anak bangsa kita, para pembuat keputusan yang selalu mengekor pada dikte kekuatan asing; untuk bersekongkol melawan anak bangsa mereka, memberikan dukungan kepada asing untuk melawan orang-orang mereka sendiri. Sungguh menakjubkan sekali!! Dua pertemuan yang dilaksanakan secara bersamaan di London, ibu kota kerajaan Inggris yang masih memainkan peran sebagai penjajah; yang kekuatannya telah hilang dalam memiliki perasaan jutaan umat, namun itulah konspirasi – walaupun semua komisi penyelidikan formal yang tidak melakukan apa-apa – dan kolusi dan mematuhi perintah dari pemimpin baru di dunia; dunia ketidakadilan, tirani dan kesewang-wenangan, untuk mengirim lebih banyak tentara dan menghabiskan lebih banyak uang, tidak untuk tujuan apapun dan bukan untuk alasan apapun, kecuali hanya untuk memotong jalan kebangkitan hakiki di negara Islam, yang dapat dicapai oleh kerja keras anak bangsanya, oleh langkah dan konsep nabinya, dan berjalan sesuai dengan manhaj Islamnya.

Demikianlah dunia – dengan Perserikatan Bangsa-Bangsanya dan komunitas internasionalnya – menampilkan entitas apharteidme dan rasisme yang menjijikkan; menodai tanah Palestina, menghancurkan pohon-pohon zaitun dan kebun-kebun anggur, dan membuat jutaan pengungsi lansia, perempuan dan anak-anak, sementara yang sudah menjadi orang tua tidak menadapatkan kunci rumah mereka sebagai hak warisan yang turun dari generasi ke generasi.

Meskipun semua perbuatan jahat nan keji yang terus dilakukan oleh komunitas jahat, dan seperti yang terakhir mereka lakukan oleh adanya pembunuhan as-syahid, “Mahmoud Abdul-Rauf Al-Mabhuh” di Uni Emirat Arab oleh agen Mossad, yang ikut hadir bersama dengan menteri Zionis yang telah menodai tanah Arab di bawah bendera konferensi internasional, dan menggunakan paspor Eropa, meskipun puluhan resolusi PBB; seluruh dunia – dan besamanya para pemimpin Arab dan Islam yang hina- tidak mampu bersikap tegas menghadapi pendudukan, dan tidak mampu menuntut balas atas kejahatan keji, bahkan tidak mampu menuntut bela terhadap penggunaan fosfor putih yang dilarang secara internasional baru-baru ini yang ditimpakan atas bangsa mereka sendiri, dan yang telah diakui telah digunakan dalam perang di Gaza setahun yang lalu, namun mereka tetap mendukungnya dengan uang dan senjata, peralatan dan pasukan, bahkan mereka tetap percaya dengan jalan damai dan keamanan melalui berbagai kesepatakan dan tembok dinding, serta mereka terus melakukan perlawanan terhadap pasukan perlawanan yang gagah berani dicegah dalam meraih hak mereka yang sah, sehingga mereka –para pemimpin yang mbalelo- terus melakukan berbagai tekanan dan menggunakan kertas tawar-menawar.

Bahwa Hassan Al-Banna tidaklah mati, namun ia tetap ada dari apa yang telah dibina pada penerusnya, meskipun tubuh yang kurus yang terus melakukan safar dan rihlah di jalan Allah telah hancur namun ruhnya tetap ada di tengah para umana (pemimpin) dakwah yang berjuang di seluruh pelosok bumi dalam lima benua.

Peristiwa-peristiwa ini hanya membuktikan kebenaran manhaj dan bersihnya dakwah ini.

Wahai Ikhwanul Muslimin…

Berjalanlah diatas jalan yang penuh keberkahan Allah..

Jadilah kalian orang-orang menepati janji dihadapan Allah..

Pelajarilah dan tadabburkanlah Al-Qur’an sehingga kalian dapat memahami jalan yang harus ditempuh dan yang telah dibuatkan konsepnya, teruslah berada pada sirah Rasul kalian saw sehingga kalian memahami manhaj kalian sebagai aplikasi praktis sirah Nabi saw…

Bekerjalah .. bekerjalah .. Dan bekerjalah .. dan janganlah kalian berputus asa; karena masa depan adalah milik dakwah kalian, dan kemenangan untuk umat kalian ..

وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ

”Dan Katakanlah: “Bekerjalah kamu, Maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan”. (At-Taubah:105)

Maha benar Allah yang maha Kuasa atas segala firman-Nya.

Imam Al-Banna dan Permasalahan Umat

Risalah dari DR. Muhammad Badi’ Mursyid Am Ikhwanul Muslimin

Penerjemah: Abu ANaS


Segala puji bagi Allah, Salawat dan salam atas Rasulullah saw dan orang-orang yang mendukungnya.

Hari-hari berlalu, dan tahunpun terlewati, membawa berbagai peristiwa, ujian dan cobaan yang dianggap oleh musuh-musuh Allah alat pamungkas untuk membasmi, namun hal itu tidak berarti bagi Ikhwanul Muslimin kecuali semakin bertambah dan meningkat tsabat (keteguhan) pada prinsip-prinsip mereka, dan bertambah yakin akan dakwah mereka, iman klaim, dan terus melalaju dalam berkorban dan berkontribusi untuk agama, ideologi dan tanah air mereka, bukan untuk mencari kepentingan pribadi, duniawi atau keuntungan semu, namun untuk mengikuti jejak langkah Rasulullah saw.

Bersama dengan perjalanan hidup yang penuh berkah ini, bendera iman masih terpatri di dalam hati, mengalir di urat nadi sebagai amanah, dalam perilaku sebagai komitmen, dan dalam pekerjaan dan berbagai akitivitas sebagai ibadah dan jihad.

Hal terbesar yang dapat memberikan kegembiraan bagi para aktivis yang memiliki komitmen adalah meninggikan bendera untuk dapat memberikan naungan kepada mereka, memberikan kenyamanan perjalanan hidup mereka dihadapan orang-orang yang terus meguntit dan memata-matai Islam dan umat Islam dalam rangka mencoba dan berusaha mematikan segala aktivitas dan agenda Islam yang konstruktif, sehingga -dengan demikian- mampu memberikan kenyamanan bagi semua khususnya orang-orang yang di dalam hati mereka memiliki keyakinan akan kebenaran dakwah Ikhwanul Muslimin, masuk dalam diri mereka ideologi Imam Al-Banna dan sikap-sikapnya terhadap berbagai masalah umat, yang mampu membuat para penulis, intelektual dan juru tulis selama delapan dekade terakhir sibuk dengan hal tersebut, Bahwa Imam Al-Banna telah sibuk dengan isu-isu dunia Islam dan problematika umat Islam di dalam maupun di luar negeri, khususnya masalah Palestina yang menjadi perhatian penuh olehnya sehingga tidak ada peringatan tentang Palestina kecuali selalu disandingkan dengan menyebut kiprah Ikhwanul Muslimin.

Imam Al-Banna telah menganggap permasalahan Palestina seperti dalam ungkapannya:

فِلِسْطِيْنُ تَحْتَلَّ فِي نُفُوْسِنَا مَوْضِعًا رُوْحِيًّا وَقُدْسِيًا فَوْقَ الْمَعْنَى الْوَطَنِي الْمُجَرَّدِ، إِذْ تَهِبُ عَلَيْنَا مِنْهَا نَسَمَاتِ بَيْتِ الْمَقْدِسِ الْمُبَارَكَةِ وَبَرَكَاتِ النَّبِيِّيْنَ وَالصِّدِّيْقِيْنَ وَمَهْدِ الْمَسِيْحِ عَلِيْهِ السَّلاَمِ، وَفِي كُلِّ ذَلِكَ مَا يَنْعِشُ النُّفُوْسُ وَيُغْذِي الأَرْوَاحِ

“Palestina menempati di dalam jiwa kita secara rohani dan Qudsi melebihi nilai-nilai nasional, karena Palestina memberikan kepada kita keagungan Baitul Maqdis yang penuh berkah dan berkah para nabi dan shiddiqin dan tempat kelahiran Nabi Isa AS, dan semua itu mampu memberikan kesegaran jiwa dan semangat bagi ruh.”

Bahwa Isu Palestina menurut Imam As-Syahid Al-Banna menempati posisi pertama yang juga merupakan isu dan permasalahan terbesar bagi Islam dan para pemeluknya, sebagaimana ia berkata:

قَلْبُ أَوْطَانِنَا، وَفَلْذَةُ كَبْدِ أَرْضِنَا، وَخَلاَصَةُ رَأْسِمَالِنَا، وَحَجْرُ الزَّاوِيَةِ فِي جَامِعَتِنَا وَوِحْدَتِنَا، وَعَلَيْهَا يَتَوَقَّفُ عِزُّ الإِسْلاَمِ وَخَذْلاَنِهِ

“(Palestina) Jantung tanah air kita, denyut nadi negeri kita, dan inti dari modal kita, pangkal persatuan dan kesatuan kita, dan atasnya pula terwujud kemuliaan Islam dan kehinaannya”.

Imam Syahid Al-Banna menjadikan isu Palestina sebagai isu bagi bangsa Arab dan umat Islam di abad kedua puluh ini; sehingga dengan itu Ikhwanul Muslimin telah banyak memberikan kontribusinya dalam Jihad di Palestina sejak tahun tiga puluhan, seperti pada tahun 1935 Imam Al-Banna berkomunikasi dengan sang mujahid, “Al-Qassam”, dan pada tahun 1936 beliau memberikan taujih sekaligus seruan hangat dan semangat serta menyeluruh kepada Ikhwanul Muslimin untuk berkontribusi dan mengumpulkan harta mereka untuk mendukung pada mujahidin selama terjadi intifadhah besar-besaran di Palestina, sebagaimana pernah diadakan muktamar Arab terbesar untuk memberikan dukungan kepada Palestina yang dilakukan di kantor pusat Ikhwanul Muslimin di Mesir pada tahun 1938, yang hadir di dalamnya para pemimpin dunia Arab, dan pada tahun 1947 sebagai respons terhadap seruan Ikhwanul Muslimin terbentuk sebuah yayasan yang terdiri dari berbagai kekuatan politik di Mesir yaitu “Yayasan Lembah Sungai Nil untuk menyelamatkan Al-Quds” .

Sebagaimana Ikhwanul Muslimin juga ikut berpartisipasi dalam jihad, dan mengirim para pengikutnya setelah diputuskan adanya pembagian tanah Palestina pada tahun 1947, yang mana mereka memiliki track record yang baik yang disaksikan oleh dunia, dan menorehkan sejarah dengan darah para syuhada akan jiwa kepahlawanan bersama ikhwan mereka di Palestina, dan juga yang diikuti oleh imam Al-Banna yang syahid pada tahun 1949.

Al-Banna dan Nasionalisme

Imam Al-Banna berpendapat bahwa nasionalisme dengan arti cinta kepada negara dan bernostalgia kepadanya, bekerja dengan keras untuk memerdekakannya dan memperkuat keberadannya, mempererat hubungan di antara anggota-anggotanya sehingga mampu memberikan manfaat bagi mereka, sebagai ideologi yang tepat yang ditetapkan oleh Islam adalah keniscayaan, karena itulah kami juga percaya dan meyakininya dan berusaha bekerja keras untuknya, sebagaimana yang diingatkan oleh Imam al-Banna bahwa Ikhwanul Muslimin merupakan manusia yang paling ikhlas terhadap negari mereka dan tanpa pamrih dalam memberikan pelayanan kepadanya, dan bahwa asas nasionalisme menurut mereka adalah aqidah yang berada di puncak tertinggi.

Dalam sebuah risalah “Ila syabab” (kepada para pemuda) Imam Al-Banna mengingatkan bahwa ikhwanul Muslimin terus bekerja untuk tanah air mereka yaitu Mesir, berjuang di jalannya, dan professional serta tanpa pamrih dalam berjihad di jalanya; karena Mesir adalah pemimpin negara Islam dan umat Islam, dan ini merupakan bagian pertama dari berbagai rangkaian menuju kebangkitan yang diidamkan, bahkan ia merupakan bagian dari negeri Arab secara umum, dan kami ketika sedang bekerja untuk Mesir berarti juga dalam usaha bekerja untuk Arab, timur dan Islam.

Karena itu, bahwa sikap nasionalisme yang dibangun oleh Imam Al-Banna mampu membina pada setiap individu perasaan loyalitas yang tinggi dan perasaan memiliki negeri Mesir serta rasa tanggung jawab terhadapnya, mampu membangkitkan jiwa untuk bekerja menuju kemerdekaan dan kemajuannya, dan pada saat yang bersamaan mampu memperluas cakrawala terhadap negeri, dengan anggapan bahwa Mesir merupakan bagian pertama dari kebangkitan.

Al-Banna dan persatuan Arab

Imam Al-Banna menjelaskan bahwa Arab dalam dakwah Ikhwanul Muslimi memiliki posisi yang sangat penting dan strategis, karena Arab merupakan umat Islam yang pertama, Islam muncul dan berkembang dari negeri Arab dan berbahasan Arab, dan mampu tersebar ke berbagai pelosok negeri melalui orang-orang Arab, dan kitab sucinya juga berbahasa Arab, dan bersatunya Bangsa-Bangsa dengan nama Islam atas lisan (bahasa) Arab, karena itu Arab adalah Inti Islam, dan Al-Banna memperingatkan akan bahaya lepasnya Mesir dari persatuan Arab, dengan menjelaskan bahwa berpegang teguhnya Mesir pada bahasa Arab dan Arabisme menjadikannya sebagai sebuah bangsa yang mengakar mulai dari Teluk Persia hingga ke Samudera Atlantik.

Imam Al-Banna juga menjelaskan bahwa persatuan Arab merupakan perkara yang sangat penting dan urgen untuk mengembalikan daulah Islam dan kemuliaannya. Dan wajib bagi setiap muslim untuk bekerja guna menghidupkan kembali persatuan Arab dan kesatuannya, begitupula mendukungnya dan membelanya, karena tanpa adanya persatuan kata pada bangsa Arab dan kebangkitannya maka tidak akan terjadi kebangkitan Islam, beliau berkata:

وَالْجَامِعَةُ الْعَرَبِيَّةُ فِي وَضْعِهَا الصَّحِيْحِ الَّذِي يَجْعَلُهَا جَامِعَةً حَقِيْقِيَّةً تَضُمُّ كُلَّ عَرَبِيٍّ عَلَى وَجْهِ الأَرْضِ فِي الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ، وَتَسْتَطِيْعُ أَنْ تَقُوْلَ كَلَمِتًهَا فَيَحْتَرِمُ هَذِهِ الكَلِمَةَ الْعَرَبُ وَغَيْرُ الْعَرَبِ، هَذِهِ الْجَامِعَةُ الْعَرَبِيَّةُ مِنْ وَاجِبِنَا أَنْ نَعْمَلَ عَلَى تَقْوِيَتِهَا وَتَدْعِيْمِهَا، وَمِنْ حَقِّنَا أَنْ يَعْتَرِفَ النَّاسُ بِهَا، وَأَنْ يُقََدِّرُوْهَا قَدْرَهَا، وَأَنْ يُؤْمِنُوا بِأَنَّهَا حِيْنَ تُقَوِّى وَتَعِزُّ سَتَكُوْنُ مِنْ أَقْوَى دَعَائِمِ الإِسْلاَمِ الْعَالَمِي

“Persatuan Arab yang berada pada posisi yang tepat akan mampu secara nyata adanya persatuan yang hakiki, yang menghimpun semua komponen Arab di muka bumi ini baik di timur maupun di barat, bahkan Arab akan mampu mengungkapkan ucapannya sehingga dihormati oleh Arab dan non-Arab, dan persatuan Arab ini sebagai bagian dari kewajiban kita untuk bekerja memperkuat dan mengkonsolidasikan serta mendukungnya, dan juga hak kita setiap umat manusia harus mengakui ini, menghargai dan menghormatinya, mengimani bahwa ketika kuat dan kokoh maka ia merupakan bagian dari kekokohan dan kekuatan pondasi Islam di seluruh dunia. “

Ikhwanul Muslimin telah menempatkan isu dunia Arab seluruhnya, terutama isu kemerdekaan negara-negara Arab dari kolonialisme Barat, dan isu persatuan Arab, dan mengisi semua surat kabar dan risalah mereka dengan berita-berita tentang dunia Arab dan membela akan isu-isunya, memberikan kesadaran akan kondisi politik dan militernya, dan tidak ada keraguan di dalamnya bahwa peran serta ikhwan dalam Perang Palestina pada tahun 1948 adalah merupakan bukti terbesar dan kongkrit akan perasaan yang mendalam mendalam terhadap permasalahan Islam yang terpatri dalam diri dan jiwa Ikhwanul Muslimin yang mana mereka secara suka rela berjuang di Palestina.

Al-Banna dan isu wanita

Imam Al-Banna juga sangat perhatian terhadap isu dan permasalahan wanita; sejak semula beliau telah menyadari akan urgensi dan peran penting wanita serta potensi social yang sangat besar yang terdapat dalam diri wanita, hal itu tampak dengan jelas akan semangat beliau mendirikan sekolah khusus untuk “akhwat muslimat” yang tidak hanya memberikan pengajaran dan pendidikan umum kepada para wanita namunjuga berfokus pada sisi lain berupa dengan memberikan tarbiyah kepada mereka akan nilai-nilai dan etika Islam, dan menganggap bahwa pengalaman itu merupakan upaya pertama yang serius di dunia Arab – di zaman modern – untuk kemajuan para wanita, menumbuhkan mereka secara intelektual, sosial dan politik; guna dapat berpartisipasi dalam kehidupan sosial dan politik di tengah bangsa mereka.

Dalam risalah “al-mar’ah muslimah” imam Al-Banna berkata:

وَالإِسْلاَمُ جَعَلَ الْمَرْأَةَ شَرِيْكَةَ الرَّجُلِ فِي الْحُقُوْقِ وَالْوَاجِبَاتِ، إِذْ هِيَ كَفْءُ الرَّجُلِ فِي إِنْسَانِيَّتِهِ وَمُسَاوِيَةٍ لَهُ فِي الْقَدْرِ، وَأَنَّهُ اعْتِرَافٌ لَهَا بِحُقُوْقِهَا الشَّخْصِيَّةِ كَامِلَةً وَبِحُقُوْقِهَا الْمَدَنِيَّةِ كَامِلَةً، وَبِحُقُوْقِهَا السِّيَاسِيَّةِ كَامِلَةً أَيْضًا، وَعَامِلُهَا عَلَى أَنَّهَا إِنْسَانٌ كَامِلُ الإِنْسَانِيَّةِ لَهُ حَقٌّ وَعَلَيْهِ وَاجِبٌ

Imam Al-Banna dalam (wanita Muslim): ” Islam mengangkat harkat dan martabat wanita dan menjadikannya partner laki-laki dalam hak dan kewajiban. Karena Islam telah meninggikan derajat wanita dan mengangkat nilai kemanusiaannya serta menetapkannya sebagai saudara sebagai sesamanya dan partner bagi laki-laki dalam kehidupan. Islam mengakui hak-hak pribadi, hak-hak peradaban, dan hak-hak politik wanita secara umum dan sempurna. Islam memperlakukannya sebagai manusia dengan kesempurnaan kemanusiaannya yang memiliki hak dan kewajiban. “

Al-Banna dan orang-orang Koptik

Imam Al-Banna dalam berbagai ceramah dan risalahnya banyak memberikan sikap kepada minoritas, terutama Koptik, dalam risalah (dakwatuna) beliau berkata:

إَنَّ الإِسْلاَمَ دِيْنُ الْوِحْدَةِ وَدِيْنُ الْمُسَاوَاةِ، وَأَنَّهُ كَفَّلَ هَذِهِ الرَّوَابِطَ بَيْنَ الْجَمِيْعِ مَا دَامُوْا مُتَعَاوِنِيْنَ ﴿لا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِينِ ولَمْ يُخْرِجُوكُم مِّن دِيَارِكُمْ أَن تَبَرُّوهُمْ وتُقْسِطُوا إلَيْهِمْ إنَّ اللَّهَ يُحِبُّ المُقْسِطِينَ، فَمِنْ أَيْنَ يَأْتِي التَّفْرِيْقُ إِذَنْ؟

“Islam adalah agama persatuan dan menghargai pluralitas, dan Islam menjamin hubungan dan ikatan ini selama mereka mau bekerja sama “Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan Berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang Berlaku adil”. (Mumtahanah:8), jadi dimanakah letak perbedaan/perpecahan itu?

Dan dalam risalah (nahwa nur) beliau menyampaikan:

إِنَّ الإِسْلاَمَ يَحْمِي الأَقَلِيَّاتِ عَنْ طَرِيْقِ: أَنَّهُ قَدَّسَ الْوِحْدَةَ الإِنْسَانِيَّةَ الْعَامَّةَ وَالْوِحْدَةَ الدِّيْنِيَّةَ الْعَامَّةَ بِأَنْ فَرَضَ عَلَى الْمُؤْمِنِيْنَ بِهِ الإِيْمَانَ بِكُلِّ الرِّسَالاَتِ السَّابِقَةِ، ثُمَّ قَدَّسَ الْوِحْدَةَ الدِّيْنِيَّةَ الْخَاصَّةَ فِي غَيْرِ تِعْدٍ وَلاَ كِبْرٍ، وَيَقُوْلُ إِنَّ هَذَا هُوَ (مَزَاجُ الإِسْلاَمِ الْمُعْتَدِلِ) لاَ يَكُوْنُ سَبَبًا فِي تَمْزِيْقِ وِحْدَةٍ مُتَّصِلَةٍ، بَلْ يُكْسِبُ هَذِهِ الْوِحْدَةُ صِفَةََ الْقُدَاسَةِ الدِّيْنِيَّةِ، بَعْدَ أَنْ كَانَتْ تَسْتَمِدُّ قُوَّتُهَا مِنْ نَصٍّ مَدَنِيٍّ فَقَطْ

“Islam melindungi kaum minoritas dengan cara: karena Islam sangat mensucikan persatuan kemanusiaan secara umum dan persatuan keagamaan secara khusus dengan mewajibkan kepada orang-orang yang beriman kepadanya untuk meyakini dengan seluruh risalah sebelumnya, dan kemudian mensucikan persatuan agama secara khusus tanpa berlebihan dan keangkuhan, , dan beliau mengatakan bahwa hal ini merupakan (model Islam moderat) tidak akan menjadi alasan dalam memecah belah persatuan yang saling menyambung, namun diharapkan mampu memperoleh model dan karakter kesucian agama, setelah meletakkan sumber kekuatannya pada teks sipil saja. “

Begitu pula beliau mewasiatkan dalam risalah Ilas syabab-nya untuk bersikap moderat dan adil kepada suku Koptik dan berbuat baik dalam berinteraksi kepadanya: “Bagi mereka apa yang menjadi bagian kita dan atas mereka apa yang mereka atas kami”.; jangan sampai kita menyerukan pada apharteidsme atau fanatisme kelompok.

Al-Banna dan sistem ekonomi

Imam Al-Banna juga menyerukan kemerdekaan ekonomi dari dominasi asing dan peningkatan perekonomian nasional. Karena itu dalam berbagai seruannya menuntut untuk mewujudkan hal tersebut seperti kerajinan tangan, melakukan perubahan dari bentuk industri kepada pertanian, dan membimbing umat Islam untuk mengurangi kemewahan, dan peduli terhadap proyek-proyek nasional.

Dan ikhwanul Muslimin juga telah berusaha melampaui seruan teoritisnya pada kebangkitan dan kemandirian ekonomi; karena itu mereka menyeru untuk melakukan boikot terhadap berbagai barang, toko dan perusahaan asing, dan mendirikan berbagai perusahaan yang memberikan kontribusi pada bidang ekonomi, dan mengajak kepada para pekerja untuk menuntut hak-hak mereka dalam surat kabar dan buku-buku mereka.

Al-Banna dan tatanan konstitusional

Imam Al-Banna dalam (Risalah muktamar al-khamis) berkata:

إن طبيعة الإسلام التي تساير العصور والأمم، وتتسع لكل الأغراض والمطالب، لا تأبى أبدًا الاستفادة من كل نظامٍ صالحٍ لا يتعارض مع قواعده الكلية وأصوله العامة”، ولقد طبَّق الإمام البنا هذا المنهج على الموقف من النظام النيابي والدستوري الذي تبلور في تجارب الديمقراطيات الغربية

“Bahwa tabiat Islam yang selalu konsideran dengan perkembangan zaman dan bangsa, dan mengakomodasi berbagai tujuan dan tuntutannya, selamanya tidak menolak untuk tidak mengambil keuntungan dari semua sistem yang berlaku selama tidak bertentangan dengan aturan-aturan umum dan konsep-konsep dasarnya,” dan Imam al-Banna telah menerapkan metode dan manhaj dalam sistem parlementer dan konstitusional yang muncul dalam demokrasi Barat, dalam (risalah nahwan nur) beliau berkata:

إنه ليس في قواعد هذا النظام النيابي الذي نقلناه عن أوروبا ما يتنافى مع القواعد التي وصفها الإسلام لنظام الحكم، وهو بهذا الاعتبار ليس بعيدًا عن النظام الإسلامي ولا غريبًا عنه

“Ini bukanlah penerapan aturan system parlementer yang kita contoh dari Eropa yang bertentangan dengan Islam dan sistem pemerintahan, sebagaimana pula yang demikian tidak jauh dari sistem Islam dan tidak asing darinya. “

Karena itu Prinsip dan tujuan yang dibawa oleh Islam dalam menerapkan kebijakan umat dan Negara akan dapat dicapai dengan “sistem sipil” dan “pengalaman manusia” yang merupakan kreativitas manusia, dan norma dalam penerimaan dan penolakan adalah sejauh mana mampu mewujudkan sistem ini untuk kepentingan Islam pada keterlibatan bangsa dan umat dalam kemapuan melakukan pengambilan keputusan dan mewujdukan keadilan di tengah umat manusia.

Demikianlah sosok imam syahid Hasan al-Banna yang mampu merasakan berbagai permasalahan umatnya dengan ruhnya, indranya, akalnya dan pemikirannya, dan Ikhwanul Muslim hingga saat ini masih berjalan di atas manhajnya, berpegang teguh dengan prinsip-prinsip dan parameter yang sesuai dengan Al-Quran dan Sunnah, begitu pula dengan dengan sikap-sikapnya yang jelas dan tegas terhadap berbagai masalah bangsa di mana ia hidup di dalamnya, rela mati syahid untuknya, dan inilah yang pernah dikenalkan oleh Imam Banna dalam ugnkapannya yang universal pada saat beliau ditanya: “Siapakah Anda” lalu beliau menjawab:

أَنَا سَائِحٌ يَطْلُبُ الْحَقِيْقَةَ، وَإِنْسَانٌ يَبْحَثُ عَنْ مَدْلُوْلِ الإِنْسَانِيَّةِ بَيْنَ النَّاسِ، وَمُوَاطِنٌ يُنْشِدُ لِوَطَنِهِ الْكَرَامَةَ وَالْحُرِّيَّةَ وَالاِسْتِقْرَارَ وَالْحَيَاةَ الطَّيِّبَةَ فِي ظِلِّ الإِسْلاَمِ الْحَنِيْفِ، وَمُتَجِّرٌد أَدْرَكَ سِرَّ وُجُوْدِهِ؛ فَنَادَى ﴿قُلْ إنَّ صَلاتِي ونُسُكِي ومَحْيَايَ ومَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ العَالَمِينَ. لا شَرِيكَ لَهُ وبِذَلِكَ أُمِرْتُ وأَنَا أَوَّلُ المُسْلِمِينَ

“Saya adalah seorang turis yang mencari kebenaran kebenaran, seorang manusia yang mencari makna kemanusiaan di tengah umat manusia, seorang warga negara yang mendambakan negaranya memiliki martabat, kebebasan dan stabilitas serta kehidupan yang baik dibawah naungan Islam yang suci, dan seorang yang kosong berharap menemukan rahasia eksistensinya di dunia; lalu beliau berkata: “Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagiNya; dan demikian Itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)”. (Al-An’am:162-163)

peradaban-ilmu.blogspot.com

Rumah Cinta: Ketika Ikhwah Jatuh Cinta - Akwah Berbicara

Rabu, 24 Februari 2010

risalah Hasan Al Banna

Menuju Cahaya

Kairo, Rajab 1336 H.

Kepada

Yth …………….

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga tetap terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad, keluarga, serta para sahabatnya.

Amma ba’du,

Kami persembahkan surat ini ke hadapan Tuan yang mulia, dengan keinginan yang sangat untuk ikut memberi bimbingan kepada umat, yang urusan mereka telah Allah swt. bebankan ke pundak Anda di zaman ini. Suatu bimbingan yang kiranya dapat mengarahkan umat di atas sebaik-baik jalan. Sebuah jalan yang dibangun oleh sebaik-baik sistem hidup, yang bersih dari kerancuan dan jauh dari ketidakpastian, Lebih dari itu, ia adalah jalan hidup yang telah teruji oleh sejarah yang panjang.

Kami tidak mengharap apa pun dari Anda. Cukuplah bahwa dengannya berarti kami telah menunaikan kewajiban dan mempersembahkan kepada Anda sebuah nasihat. Sungguh pahala Allah, dialah yang lebih baik dan lebih kekal.

TANGGUNG JAWAB SEORANG PEMIMPIN

Sesungguhnya Allah swt. telah menyerahkan urusan umat ini kepada Tuan, Kemaslahatan urusan mereka di hari ini dan masa mendatang merupakan amanah Allah yang harus Anda tunaikan. Anda bertanggung jawab di hadapan Allah swt.

Jika generasi hari ini adalah kekuatan bagi Anda, maka generasi esok merupakan tanaman. Alangkah mulianya seseorang, jika ia bersikap amanah, bertanggung jawab, dan mau memikirkan umatnya. Sebagaimana sabda Rasulullah saw,

“Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap pemimpin dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya tersebut.”

Dahulu, pernah berkata seorang pemimpin yang adil, “Seandainya seekor kambing di Irak terpeleset kakinya, maka aku menganggap dirikulah yang harus bertanggung jawab di hadapan Allah. Mengapa aku tidak membuatkan jalan untuknya?”

Umar bin Khathab menggambarkan tentang betapa agungnya tanggung jawab dengan sebuah ungkapan, “Saya sudah cukup senang jika dapat keluar dari dunia ini dengan impas: tidak mendapat dosa dan tidak pula diberi pahala.”

PENDAHULUAN

Masa Peralihan

Dengan pengamatan yang jeli terhadap perjalanan hidup manusia, kita dapat menyimpulkan bahwa masa yang paling rawan dalam kehidupan umat adalah ketika berlangsungnya masa peralihan. Karena saat itulah ideologi kehidupan yang baru diberlakukan, langkah-langkah ke depan mulai digariskan, dan nilai-nilai dasar kehidupan –di mana umat akan tegak di atasnya– mulai dibangun.

Oleh karenanya, jika langkah, program, dan sistem nilai yang hendak dibangun itu jelas dan baik, maka berbahagialah umat tersebut. Mereka akan menikmati kehidupan yang sarat dengan aktivitas yang mulia dan agung. Demi keberhasilan yang telah mengantarkan umat pada kehidupan yang baik, maka berilah kabar gembira kepada pemimpinnya dengan pahala yang agung, keriangan indah yang abadi, sejarah yang bersih, dan perjalanan hidup yang lurus.

Di Persimpangan JalanMasa peralihan bagi umat itu paling tidak memiliki dua urgensi:


Pertama, membebaskan umat dari belenggu penindasan dalam kehidupan politik sampai mereka memperoleh kemerdekaannya, sehingga kebebasan dan kepemimpinan yang dulu dimilikinya bisa diperoleh kembali.

Kedua, menegakkan bangunan umat mulai dari awal, agar eksistensi mereka diakui oleh bangsa lain dan mampu bersaing dengan mereka secara sehat.

Saat ini – hingga waktu tertentu– ketegangan politik telah berangsur mereda, dan kalian bersama umat ini telah memasuki sebuah era baru. Di hadapan kalian terbentang dua jalan, yang masing-masing mengajak kalian untuk mengarahkan pandangan umat kepadanya dan meniti langkah di atasnya. Masing-masing jalan tersebut memiliki keistimewaan, kekhususan, pengaruh, dan produk-produk yang dihasilkannya. Selain itu juga memiliki para penyerunya.

Jalan yang pertama adalah jalan Islam; dengan landasan pemikiran, prinsip dasar, dari peradabannya. Sedangkan jalan yang kedua adalah jalan Barat; dengan segala fenomena kehidupan yang melingkupinya, undang-undang, serta sistem ideologinya.

Kita berkeyakinan bahwa jalan pertamalah (jalan Islam) – dengan segenap prinsip nilai dan fikrahnya– satu-satunya jalan yang wajib ditempuh dan menjadi orientasi utama dalam mengarahkan umat, baik di masa kini maupun di masa mendatang.

Keistimewaan Orientasi Islam

Jika kita menempuh jalan Islam ini bersama umat, kita dapat memetik banyak manfaat darinya. Hal ini antara lain dikarenakan:

1. Kebenaran manhaj Islam telah teruji dan sejarah telah menjadi saksi atas keunggulannya.

2. Manhaj Islam telah berhasil mencetak umat paling kuat, paling utama, paling sarat kasih sayang, dan paling diberkati di antara bangsa-bangsa yang ada.

3. Dengan kesucian manhaj Islam dan telah bersemayamnya manhaj ini dalam dada manusia. menjadikannya mudah diterima semua kalangan, mudah dipahami, dan mudah diikuti pesan-pesannya. Apalagi Islam juga membenarkan bahkan menanamkan kebanggaan berbangsa dan memberikan bimbingan kepada manusia agar mencintai tanah airnya. Mengapa demikian? Karena kita harus membangun kehidupan ini di atas nilai-nilai kehidupan kita sendiri, tanpa perlu mengambil milik orang lain. Dan pada yang demikian itulah kita dapatkan hakikat kemerdekaan sosial dan kemuliaan hidup, setelah kemerdekaan secara politik.

4. Berjalan di atas jalan ini berarti mengokohkan persatuan Arab secara khusus, dan persatuan Islam secara umum. Dunia Islam dengan segenap jiwanya telah memberikan kepada kita kepekaan perasaan, kelemahlembutan, dan dukungan, sehingga kita menyaksikan sebuah jalinan yang demikian kuat antara kita dengan Islam, yang keduanya saling memberi dukungan dan saling menghormati. Pada yang demikian itu ada sebuah keberuntungan (peradaban) yang besar, yang tidak mungkin diingkari oleh siapa pun.

5. Manhaj Islam adalah manhaj yang sempurna dan menyeluruh. Ia memuat sistem paling utama untuk memandu kehidupan umat secara umum, baik kehidupan lahiriah maupun batiniah. Inilah keistimewaan Islam apabila dibandingkan dengan ajaran lain, di mana ia (Islam) meletakkan undang-undang kehidupan umat ini di atas dua pondasi pokok: mengambil yang maslahat dan menjauhi yang mudarat.

Apabila kita menempuh jalan ini, kita akan terhindar dari berbagai kesulitan hidup, sebagaimana yang melanda berbagai bangsa yang tidak mengenal jalan ini, apalagi menempuhnya.

Di atas jalan ini pula kita dapat memecahkan berbagai persoalan hidup yang pelik, yang tidak mungkin dapat dipecahkan oleh sistem nilai mana pun.

Kita nukilkan ungkapan Bernard S. yang berkata, “Alangkah butuhnya dunia ini kepada seorang seperti Muhammad, yang dapat memecahkan berbagai persoalan pelik sembari meneguk secangkir kopi.”

Jika kita menempuh jalan ini, akan datanglah pertolongan dan dukungan Allah swt. dari belakang kita. Kedatangannya akan memompa semangat kita tatkala diliputi kelesuan, melepaskan kita dari kesulitan, meringankan kita dari beban berat, dan mendorong kita agar terus maju.

“Janganlah kamu berhati lemah dalam mengejar musuhmu. Jika kamu menderita sakit, maka sesungguhnya mereka pun menderita sakit sebagaimana kamu, sedang kamu mengharap dari Allah apa yang tidak mereka harapkan. Dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana.” (An-Nisa: 104)

Peradaban Barat Saat ini

Guna melengkapi pembahasan ini, kami ingin mengatakan bahwa kemajuan teknologi di Barat –yang lelah membuat kesombongan para ilmuwannya dan pernah menundukkan dunia dengan produk-produknya– kini menghadapi kebangkrutan. Peradabannya mulai roboh, undang-undang dan nilai-nilai dasarnya pun mulai hancur. Dominasi politiknya telah binasa oleh kediktatoran, tonggak perekonomiaannya diguncang oleh krisis yang tiada henti, sedangkan berjuta-juta orang menderita. Pengangguran dan kelaparan turut menjadi saksi atas keruntuhan peradaban ini.

Akar sistem sosial mereka digerogoti oleh berbagai prinsip yang ganjil. Unjuk rasa yang kian marak di berbagai tempat seakan menggugat keberadaannya. Orang-orang kebingungan mencari penyelesaian atas berbagai persoalan yang mereka hadapi, dan kini mereka pun tersesat jalan.

Konferensi-konferensi yang mereka adakan telah gagal, tanpa membuahkan hasil apapun. Perjanjian-perjanjian yang mereka buat hancur tercabik-cabik. Mereka bagaikan sesosok bayangan yang tak lagi mempunyai ruh dan tidak memiliki cahaya untuk dapat menembus kegelapan hidup.

Adapun orang-orang besar di antara mereka, tangan sebelahnya menciptakan berbagai kesepakatan damai dengan sesamanya sedangkan tangan yang lain melahirkan berbagai penderitaan hidup.

Demikianlah, dunia kini –dengan segala perilaku politiknya yang aniaya dan rakus– bagaikan bahtera di tengah samudera yang diterpa angin topan dari segala penjuru. Kemanusiaan seluruhnya tengah mengalami penderitaan, kegelisahan, dan guncangan Mereka telah terbakar oleh api kerakusan dan materialisme. Karenanya mereka kini sangat membutuhkan tetesan embun nan sejuk dari nilai-nilai Islam yang hanif, untuk membasuh dan membersihkan noda penderitaan mereka, serta membawanya kepada kebahagiaan.

Pada masa lalu, kepemimpinan dunia ini pernah dipegang oleh dunia Timur. Setelah muncul peradaban Yunani dan Romawi, maka berpindahlah ia ke Barat. Setelah itu, datanglah masa kenabian Musa, Isa, dan Muhammad saw. yang membawa kepemimpinan dunia kembali ke Timur. Setelah itu, dunia Timur terlelap lagi dalam tidurnya yang panjang, dan bangkitlah Negara-negara Barat dengan peradaban modernnya.

Demikianlah hukum alam yang tidak mungkin dapat dihindari. Dunia Barat mewarisi kepemimpinan dunia hingga saat ini. Namun, inilah wajah peradaban Barat; sebagaimana kita saksikan sekarang penuh dengan kezhaliman, sikap aniaya, dan melampaui batas.

Sungguh, kini dunia tengah menanti-nantikan kembalinya kepemimpinan peradaban timur yang kuat, untuk menaungi mereka dengan panji-panji ilahi, memayunginya dengan naungan Al-Qur’an, dan menghadirkan ke hadapan dunia “tentara-tentara iman” yang kuat dan tegar.

Hanya dengan cara itulah dunia ini akan kembali tenteram dan damai, sehingga seluruh alam pun berucap, “Segala puji bagi Allah yang telah menunjuki kami kepada petunjuk ini, dan kami sekali-kali tidak akan mendapat petunjuk kalau Allah tidak memberikan kepada kami petunjuk tersebut.” (At-A’raf: 43)

Cita-cita ini bukanlah khayalan belaka, namun ia merupakan kepastian sejarah. Kalau pun hal ini tidak terwujud, maka Allah swt. telah berfirman,

“Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu murtad dari agama-Nya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang-orang mukmin, yang bersikap tegas terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang-orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah yang diberikan kepada siapa yang dikehendaki-Nya.” (Al-Maidah: 54)

Meskipun demikian, kita berusaha untuk menjadi orang-orang yang mendapatkan anugerah Allah dan ditulis di papan terhormat ini:

“Tuhanmulah yang menciptakan apa yang Dia kehendaki dan Dia pilih.”

ISLAM MENJAMIN KEBUTUHAN BANGSA YANG BANGKIT

Di dunia ini, tiada satu pun ideologi yang dapat memberikan apa-apa yang dibutuhkan oleh umat yang sedang bangkit, menyangkut sistem perundang-undangan kaidah-kaidah hukum, maupun kelemahlembutan perasaan dan kepekaan moral sebagaimana yang diberikan oleh Islam.

Al-Qur’an sarat dengan berbagai gambaran tentang aspek-aspek tersebut. Guna memperjelas pengertian, ia menyajikan gambaran umum pada suatu kali, dan memberi gambaran secara rinci di kali yang lain.

Al-Qur’an juga menawarkan penyelesaian terhadap berbagai persoalan dengan jelas dan rinci, sehingga bangsa mana pun yang mau mengambilnya sebagai landasan hidup, niscaya ia akan memperoleh apa yang diinginkannya.

Islam dan Cita-cita

Umat yang tengah bangkit membutuhkan cita-cita yang luhur. Al-Qur’an telah menyodorkan jawaban untuk memenuhi tuntutan cita-cita itu, dengan suatu metodologi yang mampu mengubah umat yang jumud menjadi dinamis, penuh semangat untuk meraih cita-cita, dan memiliki tekad yang kuat untuk membangun dirinya.

Cukuplah sebagai bukti bagi kalian, bahwa Islam menjadikan sifat putus asa itu sebagai jalan menuju kekufuran dan termasuk salah satu fenomena kesesatan.

Sedangkan umat yang paling lemah saja, kedudukannya di sisi Allah adalah seperti difirmankan-Nya dalam Al-Qur’an,

“Dan Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi itu dan hendak menjadikan mereka pemimpin dan menjadikan mereka orang-orang yang mewarisi.” (Al-Qashash: 5)

“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman. Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itupun (pada perang Badar) mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejadian dan kehancuran) itu Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapatkan pelajaran).” (Ali Imran: 139-140)

“Dialah yang mengeluarkan orang-orang kafir di antara ahli kitab dari kampung-kampung mereka pada saat pengusiran kali yang pertama. Kamu tiada menyangka bahwa mereka akan keluar, dan mereka yakin bahwa benteng-benteng mereka akan dapat mempertahankan mereka dari (siksaan) Allah maka Allah mendatangkan kepada mereka (hukuman) dari arah yang tidak disangka-sangka Dan Allah mencampakkan ketakutan ke dalam hati mereka, mereka memusnahkan rumah-rumah mereka dengan tangan mereka sendiri dan tangan orang-orang yang beriman. Maka ambillah (kejadian itu) sebagai pelajaran, hai orang-orang yang mempunyai pandangan.” (Al-Hasyr: 2)

“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta diguncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: ‘Kapankah datangnya pertolongan Allah?’ Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.” (Al-Baqarah: 214)

Umat yang paling lemah sekalipun -jika mendengar janji-janji Allah di ayat-ayat tersebut dan membaca kisah-kisahnya yang faktual dan realistis- mestinya harus bangkit menjadi umat yang terkuat, baik iman maupun ruhaninya.

Tidakkah engkau rasakan, pada cita-cita agung tersebut terdapat suatu kekuatan yang membangkitkan semangat untuk bertahan menghadapi berbagai kesulitan, betapa pun beratnya. Kekuatan yang membuat kita siap bergumul dengan berbagai peristiwa betapa pun dahsyatnya, sampai kita mendapatkan kemenangan yang gilang-gemilang.

Islam dan Kebangsaan

Umat yang tengah bangkit membutuhkan rasa bangga terhadap bangsanya; bangga sebagai umat yang utama dan mulia, yang memiliki berbagai keistimewaan dan perjalanan sejarah nan indah, sehingga kebanggaan ini akan tertanam pula dalam jiwa generasi penerusnya. Dengan kebanggaan itu, mereka siap mempertahankan kehormatan bangsanya serta siap menebusnya meski dengan mengalirkan darah dan mengorbankan nyawa. Mereka siap berkarya nyata demi kejayaan tanah airnya, mempertahankan kehormatannya, serta menciptakan kebahagiaan masyarakatnya.

Doktrin “rasa bangga” terhadap bangsa yang seperti ini -dengan keadilan, keutamaan, dan kelembutan perasaannya tidak kita dapatkan pada ideologi mana pun kecuali dalam Islam yang hanif ini. Kita (umat Islam) adalah bangsa yang mengetahui secara persis bahwa kehormatan dan kemuliaan kita disakralkan Allah melalui ilmu-Nya dan diabadikan dalam Al-Qur’an dengan firman-Nya,

“Kalian adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah” (Ali Imran: 110)

“Dan demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar rasul (Muhammad) menjadi saksi (perbuatan) kamu.” (Al-Baqarah: 143)

“Dan bagi Allah-lah kehormatan, bagi rasul-Nya dan bagi orang-orang yang beriman.” (Al-Munafiqun: 8)

Oleh karena itu, mestinya kita pula yang paling pantas untuk mempersembahkan pengorbanan -dengan dunia dan seisinya dalam rangka mempertahankan kehormatan yang Rabbani ini.

Sebenarnya, bangsa-bangsa modern zaman ini telah pula berhasil menanamkan doktrin semacam ini kepada jiwa para pemuda, para tokoh, dan anggota masyarakatnya. Kita telah mendengar kumandang slogan,

“Jerman di atas segalanya”, atau “Italia di atas semua”, atau “Wahai Inggris, pimpinlah kami.”

Namun ada perbedaan yang menyolok antara masyarakat yang terpola oleh nilai-nilai Islam dengan masyarakat yang didoktrin oleh slogan-slogan seperti ini, yakni rasa kebangsaan orang muslim merupakan perasaan yang melambung tinggi sehingga menyatu dengan Allah swt. Akan halnya rasa kebangsaan mereka, dia hanya sampai pada batas doktrin tersebut. Lebih dari itu Islam memberikan batasan bagi tujuan diciptakannya perasaan ini, sehingga mendorong kuatnya komitmen padanya dan menjelaskan bahwa ia bukan fanatisme buta atau kebanggaan yang semu. Ia adalah rasa bangga sebagai pemimpin dan pemandu dunia menuju kehidupan yang baik dan sejahtera.

Karenanya Allah swt. berfirman,

“Kalian menegakkan amar ma’ruf, mencegah kemunkaran, dan beriman kepada Allah.” (Ali Imran: 110)

Ayat ini mengandung maksud: dukungan kita terhadap keutamaan, pernyataan perang terhadap setiap kehinaan, penghormatan terhadap nilai-nilai yang luhur, serta komitmen untuk selalu melakukan kontrol atas setiap aktivitas.

Karena itu, jiwa kepemimpinan bangsa muslim terdahulu berhasil menciptakan sikap adil dan kasih sayang yang sempurna dan paling ideal, yang pernah dilahirkan oleh sebuah umat.

Adapun prinsip-prinsip kepemimpinan yang tertanam di jiwa bangsa-bangsa Barat, ia tidak memiliki batasan tujuan yang jelas kecuali fanatisme yang rancu. oleh karenanya, kebanggaan mereka justru membangkitkan sikap permusuhan dari bangsa-bangsa lain yang lemah.

Islam telah menggariskan hal terbaik dalam urusan ini. Ia ingin menanamkan nilai luhur di dada putra-putranya dan menjauhkan mereka dari doktrin-doktrin negatif yang melampaui batas.

Islam telah memperluas batasan “tanah air Islam”, dan mewasiatkan kepada putra-putranya agar berkarya demi kebaikannya serta siap berkorban demi mempertahankan kemerdekaan dan kehormatannya.

Tanah air dalam pengertian Islam menyangkut hal-hal sebagai berikut:

Pertama, wilayah geografis secara khusus.

Kedua, meluas ke berbagai negeri Islam, karena bagi setiap muslim negeri-negeri itu adalah tanah air dan kampung halamannya.

Ketiga, melebar ke berbagai bekas wilayah daulah Islamiyah, yang pernah diperjuangkan dengan darah dan nyawa para pendahulu sehingga berhasil menegakkan panji-panji ilahiyah di sana. Peninggalan sejarah masih mencatat kejayaan dan kegemilangan yang pernah mereka raih pada masa lalu, sehingga setiap muslim akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan mahkamah ilahi tentang wilayah-wilayah ini, mengapa tidak ada perjuangan untuk mengembalikannya.

Keempat, meluas ke berbagai negeri kaum muslimin sehingga mencakup dunia seluruhnya. Tidakkah kalian dengar ketika Allah swt. berfirman,

“Dan perangilah mereka, supaya jangan ada fitnah dan supaya agama itu semata-mata bagi Allah. Jika mereka berhenti (dari kekafiran) maka sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan.” (Al-Anfal: 39)

Dengan demikian, Islam memadukan antara perasaan cinta tanah air secara khusus dan cinta tanah air secara umum, dengan segala puncak kebaikannya demi mewujudkan kesejahteraan umat manusia.

“Wahai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan serta menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal.” (Al-Hujurat: 13)

Islam dan Ruh Keprajuritan

Umat yang tengah bangkit pasti membutuhkan kekuatan yang besar, dan jiwa keprajuritan putra-putranya.

Apalagi di masa sekarang, di mana tidak ada sesuatu pun yang dapat menjamin tegaknya perdamaian kecuali kesiapan untuk berperang. Bahkan, masyarakat telah begitu akrab dengan slogan “kekuatan adalah cara yang paling menjamin tegaknya kebenaran. ”

Islam tidak mengabaikan hal ini, bahkan ia dijadikan sebagai sebuah kewajiban di antara kewajiban-kewajiban yang lain, Islam tidak memberi jarak sedikit pun antara kekuatan di satu sisi, dengan shalat dan puasa di sisi yang lain. Bahkan, di dunia ini tiada satu pun sistem ideologi yang memiliki perhatian demikian besar terhadap kekuatan -baik pada masa lalu maupun sekarang sebagaimana yang dimiliki oleh sistem Islam, yang tertuang dalam Al-Qur’an, Hadits Rasulullah saw., dan sejarah kehidupannya.

Anda dapat melihat hal ini demikian jelas dalam firman Allah swt.,

“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu…” (Al-Anfal: 60)

“Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu. Boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu…” (Al-Baqarah: 216)

Bahkan Anda dapat melihat semangat juang yang tertuang dalam sebuah kitab suci, yang dibaca di kala shalat, berdzikir, beribadah, dan bermunajat kepada Allah swt.

Allah swt. berfirman,

“Karena itu hendaklah orang-orang yang menukar kehidupan dunia dengan kehidupan akhirat berperang di jalan Allah…” (An-Nisa’: 74)

Allah kemudian menjelaskan pahalanya dengan penjelasan sebagai berikut,

“Barangsiapa yang berperang di jalan Allah, lalu gugur atau memperoleh kemenangan maka kelak akan Kami berikan kepadanya pahala yang besar.” (An-Nisa: 74)

Pada ayat Selanjutnya terdapat seruan yang amat menyentuh kalbu dan jiwa kita untuk turut menyelamatkan bangsa dan tanah air.

“Mengapa kamu tidak mau berperang di jalan Allah dan membela orang-orang yang lemah baik laki-laki, wanita-wanita maupun anak-anak yang berdoa, ‘Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri ini (Mekkah) yang zhalim penduduknya dan berilah kami pelindung dan penolong dari sisi-Mu.”‘ (An-Nisa’: 75)

Setelah itu, Allah swt. menjelaskan kepada putra-putra Islam tentang keagungan tujuan hidup mereka dan kehinaan tujuan hidup musuh-musuhnya. Hal itu sebagai penegasan kepada mereka bahwa untuk memperoleh barang yang mahal nilainya -yakni ridha Allah- mereka harus membayar dengan harga yang mahal pula berupa kehidupan itu sendiri. Sementara musuh-musuh mereka berperang tanpa memiliki tujuan yang jelas. Mereka orang-orang yang berjiwa sangat kerdil dan bernurani sangat rapuh. Hal ini ditegaskan oleh Allah swt. dalam firman-Nya,

“Orang-orang yang beriman berperang di jalan Allah, dan orang-orang yang kafir berperang di jalan thaghut. Oleh karena itu, perangilah kawan-kawan setan itu, karena sesungguhnya tipu daya setan adalah lemah.” (An-Nisa’: 76)

Allah swt. kemudian mencela orang-orang yang menghindar dari kewajiban dan lebih suka mengerjakan tugas-tugas ringan dengan meninggalkan tugas-tugas yang: memerlukan jiwa kepahlawanan. Allah menjelaskan kekeliruan sikap mereka dan menegaskan bahwa terjun di medan laga itu tidak akan merugikan dirinya sedikit pun. Bahkan, sikap mundur itu tidak menguntungkan mereka sama sekali, karena kematian selalu mengintai di belakang mereka kapan pun dan di mana pun.

Pada ayat berikutnya Allah swt. berfirman,

“Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang dikatakan kepada mereka, ‘Tahan lah tanganmu (dari berperang), dirikanlah shalat. Dan tunaikan zakat. ‘Setelah diwajibkan kepada mereka berperang, tiba-tiba sebagian dari mereka (golongan munafik) takut kepada manusia (musuh), seperti takutnya kepada Allah, bahkan lebih dari itu, Mereka berkata, Ya Tuhan kami, mengapa tidak Engkau tangguhkan (kewajiban berperang) kepada kami sampai beberapa waktu lagi? ‘Katakanlah, ‘Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang bertaqwa, dan kamu tidak akan dianiaya sedikit pun. Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, walaupun kamu berada di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh…” (An-Nisa: 77-78)

Demi Allah, tiada doktrin kemiliteran macam apa pun yang dapat menandingi kekuatan dan kejelasannya, yang sesuai dengan impian setiap panglima di medan perang, baik menyangkut keyakinan, tekad, maupun harga dirinya.

Jika dua pilar besar dalam sistem militer adalah nizham (aturan) dan ketaatan, maka Allah swt. (pada dua ayat di atas) telah memadukannya secara serasi. Kemudian Allah swt. berfirman,

“Sesungguhnya, Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang teratur.” (Ash-Shaf: 4)

“Taat dan mengucapkan perkataan yang baik (adalah lebih baik bagi mereka) apabila telah tetap perintah perang.” (Muhammad: 21)

Jika Anda membaca dalam ajaran Islam mengenai anjuran menyiapkan bekal, meningkatkan kekuatan, berlatih menunggang kuda dan melempar, menjunjung tinggi para syuhada, melipat gandakan pahala jihad dan pahala orang yang mendanainya, pahala orang yang menanggung keluarga mujahid, dan sebagainya, maka akan anda dapatkan penjelasan yang tak terhitung banyaknya, baik pada ayat-ayat Al-Qur’an, hadits-hadits, dan sirah Rasulullah saw., serta penjelasan para fuqaha dalam kitab-kitab fiqih.

“Rahmat dan ilmu-Mu meliputi segala sesuatu.” (Al-Mu’min: 7)

Bangsa-bangsa modern di zaman ini memiliki perhatian yang besar terhadap persoalan ini, bahkan mereka pun membangun rezimnya di atas pondasi ini. Kita lihat bahwa akar-akar Fasisme Musolini, Nazi Hitler, maupun Komunisme Stalin adalah militer murni. Akan tetapi terdapat perbedaan yang menyolok antara militer mereka dengan militer Islam.

Islam adalah ajaran yang mengagungkan kekuatan. Namun demikian ia lebih cenderung kepada perdamaian. Allah pun berfirman setelah berbicara mengenai kekuatan,

“Dan jika mereka cenderung kepada perdamaian, maka cenderunglah kamu kepadanya dan bertawakallah kepada Allah…” (Al-Anfal: 61)

Ia pulalah yang memberikan batasan nilai kemenangan dan fenomena riilnya dalam firman-Nya,

“…Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong agama-Nya. Sesungguhnya, Allah benar-benar Mahakuat lagi Mahaperkasa. (Yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, niscaya mereka mendirikan shalat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat yang ma’ruf, dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allahlah kembali segala sesuatu.” (Al-Hajj: 41)

Bahkan, Allah juga meletakkan dasar undang-undang darurat perang sebagaimana dalam firman-Nya,

“Dan jika kamu mengetahui pengkhianatan dari suatu golongan, maka kembalikanlah perjanjian itu kepada mereka dengan cara yang jujur. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat khianat.” (Al-Anfal: 58)

Di samping itu, kita juga mendapatkan sabda Rasulullah saw. dan ucapan para khalifah setelah beliau, tatkala mengirim pasukan selalu disertai dengan wasiat yang sarat dengan pesan kasih sayang dan perdamaian. Rasulullah saw. bersabda,

“Janganlah engkau melanggar janji, melampaui batas, mencincang musuh, membunuh perempuan, anak-anak, membunuh orang-orang yang sudah tua, memotong pohon yang sedang berbuah, dan menyengsarakan orang yang terluka. Di medan perang engkau akan menjumpai para rahib yang sedang beribadah di rumah-rumah ibadah mereka, maka tinggalkanlah mereka itu dan biarkanlah mereka dengan kesibukannya.”

Di samping itu, kedudukan militer di dalam Islam adalah sebagai polisi keadilan serta penegak undang-undang dan hukum. Adapun militer Eropa yang ada sekarang, semua orang mengetahuinya, dia adalah pasukan bar-bar yang zhalim dan tentara yang hanya berpikir untuk keselamatan dirinya. Kalian dapat membandingkan, mana yang lebih utama di antara keduanya?

Islam dan Kesehatan Secara Umum

Setelah kita sadari bahwa bangsa yang tengah bangkit sangat membutuhkan jiwa keprajuritan yang tinggi, maka ketahuilah bahwa salah satu dari pilar-pilar yang menyangga jiwa keprajuritan tersebut adalah sehat dan kuatnya jasmani.

Al-Qur’an telah memberi isyarat yang jelas menyangkut masalah ini tatkala mengisahkan suatu umat yang sedang berjihad, yang siap bangkit menanggung segenap beban, dan menghadang berbagai rintangan untuk merebut kemerdekaan, kebebasan, dan membangun bangsanya. Oleh karena itu Allah swt, memilih untuknya seorang pemimpin yang memiliki kekuatan pikir dan keperkasaan fisik.

Allah menjadikan kekuatan fisik sebagai salah satu pilar utama untuk menegakkan kebangkitan dengan segenap bebannya.

Kisah tersebut merupakan kisah Bani Israel tatkala dianugerahi seorang pemimpin bernama Thalut, dalam firman-Nya,

“Sesungguhnya Allah telah memilihnya menjadi rajamu dan menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa…” (Al-Baqarah: 247)

Rasulullah saw. telah menjelaskan hal yang berkaitan dengan persoalan kesehatan fisik ini dalam beberapa haditsnya. Beliau menganjurkan kepada orang-orang beriman untuk menjaga kekuatan tubuhnya, sebagaimana mereka memelihara kekuatan ruhaninya.

Pada sebuah hadits shahih, beliau saw. bersabda,

“Mukmin yang kuat itu lebih baik daripada mukmin yang lemah”.

“Sesungguhnya, pada tubuhmu ada hak yang harus kamu penuhi.”

Beliau juga telah menjelaskan kepada umatnya mengenai banyak hal yang berkaitan dengan kesehatan secara umum, khususnya tentang sikap preventif yang merupakan langkah paling utama dalam tinjauan medis.

Rasulullah saw. bersabda,

“Kami adalah kaum yang tidak makan kecuali jika telah merasa lapar, dan jika kami makan tidak sampai kekenyangan.”

Beliau juga menganjurkan supaya hati-hati jika minum air. Dalam sebuah hadits disebutkan,

“Rasulullah saw. senantiasa memilih air yang baik untuk diminum.”

Rasulullah saw. melarang umatnya membuang air seni dan kotoran (tinja) di air yang diam (tidak mengalir). Beliau juga mengumumkan isolasi terhadap suatu daerah yang terserang wabah, agar penduduknya tidak meninggalkan tempat dan tidak pula memasukkan orang luar ke dalamnya. Beliau juga mengingatkan kepada umatnya akan berbagai penyakit menular, dan meminta supaya menyingkir dari penyakit lepra oleh karena itu Rasulullah saw. menganjurkan kepada umatnya agar banyak berolahraga seperti melempar, berenang, jogging (lari-lari), maupun latihan perang.

Sungguh, perhatian Rasulullah saw. terhadap persoalan ini amat besar sehingga beliau bersabda,

“Barangsiapa yang telah memiliki keahlian melempar kemudian melupakannya, maka ia bukan golonganku.”

Oleh karena itu pula, beliau melarang dengan keras sikap berlebihan dalam urusan ibadah sampai menelantarkan kesehatan tubuhnya dengan alasan taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah swt.

Beliau menganjurkan kepada umatnya agar memiliki sifat tawazun (proporsional). Semua ini menjadi bukti bagi kita bahwa Islam adalah ajaran yang memberikan perhatian besar terhadap kesehatan umat secara umum, mendorong mereka supaya menjaganya, dan melapangkan dada mereka agar siap bekerja bagi kebaikan dan kebahagiaannya dalam masalah yang penting ini.

Islam dan Ilmu

Sebagaimana umat ini membutuhkan kekuatan, ia juga membutuhkan ilmu pengetahuan yang dapat menopang kekuatan Islam tersebut dan mengarahkannya pada tujuan yang utama mendorong sepenuhnya berbagai kegiatan ilmiah seperti penelitian dan penyusunan karya ilmiah. Islam sama sekali tidak abai terhadap ilmu pengetahuan, bahkan menjadikan aktivitas ilmiah sebagai salah satu kewajiban diantara kewajiban-kewajiban yang lain.

Sebagai bukti, cukuplah kutipan awal dari firman Allah berikut,

“Bacalah, dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan; Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah; Bacalah, Tuhanmulah yang paling Pemurah; yang mengajarkan (manusia) dengan perantaraan kalam; Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (Al-’Alaq: 1-5)

Pada perang Badar, Rasulullah saw. meminta tebusan bagi Pembebasan tawanan orang-orang musyrik dengan cara satu tawanan diminta mengajari baca-tulis kepada sepuluh anak-anak Islam, dalam rangka menghapuskan buta huruf di kalangan umat Islam kala itu.

Allah tidak pernah menyamakan antara orang-orang yang berilmu dengan para juhala (orang bodoh), sebagaimana tersurat dalam firman-Nya,

“Katakanlah, ‘Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang yang tidak mengetahui? ‘Sesungguhnya, orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.” (Az-Zumar: 9)

Bahkan Islam Menimbang setara antara tinta para ulama dengan darah para syuhada, dan saling mengikat dengan kuat antara ilmu dan kekuatan pada dua ayat berikut,

“Tidak sepatutnya orang-orang yang mukmin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya? Hai orang-orang yang beriman, perangilah orang-orang kafir yang disekitar kamu itu, dan hendaklah mereka menemui kekerasan daripadamu. Dan ketahuilah, bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertaqwa. ” (At-Taubah: 122-123)

Al-Qur’an juga tidak membedakan antara ilmu pengetahuan (umum) dengan ilmu agama, bahkan mewasiati kita supaya meraih keduanya, Allah swt. menuturkan firman-Nya yang berkenaan dengan alam pada satu ayat, lalu menganjurkan untuk menguasainya dan menjadikan pengetahuan atasnya sebagai jalan menuju ma’rifah dan khasyatullah (takut kepada Allah).

“Tidakkah kamu melihat bahwasanya Allah menurunkan hujan dari langit…”

Ini isyarat mengenai bentangan kosmos dan pertautan erat antara langit dan bumi. Lalu dalam firman-Nya,

“…Lalu Kami hasilkan dengan hujan itu buah-buahan yang beraneka macam jenisnya…”

Di sini ada isyarat mengenai pengetahuan dunia tumbuh-tumbuhan dengan keunikan, keajaiban, dan unsur kimiawinya.

“Dan di antara gunung-gunung itu ada garis-garis putih dan merah yang beraneka macam warnanya dan ada pula yang hitam pekat.” (Fathir: 27)

Pada ayat di atas ada isyarat pengetahuan mengenai geologi dan lapisan-lapisan bumi serta rotasinya. Lalu disambung dengan ayat berikutnya,

“Dan demikian pula di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya).”

Pada ayat tersebut ada isyarat pengetahuan mengenai biologi dan ilmu hewan dengan segala cakupannya; termasuk manusia, serangga, dan binatang.

Nah, apakah kalian mendapati ayat-ayat ini mengabaikan pengetahuan alam?

Lalu Al-Qur’an menutup uraian tersebut dengan firman Allah,

“Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara para hamba-Nya hanyalah ulama.” (Fathir: 28)

Tidakkah kalian melihat untaian ayat-ayat Al-Qur’an yang ajaib itu, bahwa Allah swt. mendorong dan memerintahkan manusia agar melakukan studi terhadap alam? Allah swt. menjuluki orang-orang yang pengetahuannya mendalam terhadapnya sebagai ahli ma’rifat dan ahli khashyah (orang-orang takut kepada-Nya).

Semoga Allah meningkatkan Pengetahuan kaum muslimin terhadap agamanya.

Islam dan Akhlaq

Umat yang tengah bangkit paling membutuhkan akhlaq yang mulia, jiwa yang besar, dan cita-cita yang tinggi. Hal ini karena umat tersebut akan menghadapi berbagai tuntutan dari sebuah masyarakat baru. Suatu tuntutan yang tidak mungkin dipenuhi kecuali dengan kesempurnaan akhlaq dan ketulusan jiwa, yang lahir dari iman yang menghunjam dalam dada, komitmen yang menancap kuat di dalam hati, pengorbanan yang besar, dan mental yang tahan uji. Hanya Islamlah yang mampu mencetak kepribadian serupa itu, dan ia pula yang menjadikan kebersihan dan kesucian jiwa sebagai pondasi bagi bangunan kejayaan umat. Allah swt. berfirman,

“Sungguh, beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu dan sungguh merugilah orang yang mongotorinya.” (Asy-Syams: 9-10)

Islam menggantungkan perubahan urusan umat ini kepada perubahan akhlaq dan kebersihan jiwanya. Sebagaimana Allah swt. berfirman,

“Sesungguhnya, Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada mereka sendiri,” (Ar-Ra’d: 11)

Anda pasti mendengar ayat Al-Qur’an yang sangat berkesan mengenai kosa kata “akhlaq mulia”, maka Anda akan mendapati kekuatan yang terpancar dari kesucian dan kesiapan jiwa.

Umpamanya mengenai kesetiaan (wafa), Allah swt. berfirman,

“Di antara orang-orang mukmin itu ada orang yang setia kepada apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu, dan mereka sedikit pun tidak merubah (janjinya), supaya Allah memberikan balasan kepada arang-orang yang benar itu karena kebenarannya.” (Al-Ahzab: 23-24)

Mengenai pengorbanan, kesabaran, ketahanan, dan kemampuan mengatasi berbagai persoalan pelik, Allah swt. berfirman,

“Yang demikian itu adalah karena mereka tidak ditimpa kehausan, kepayahan, dan kelaparan pada jalan Allah dan tidak pula menginjak suatu tempat yang membangkitkan amarah orang-orang kafir, dan tidak menimpakan suatu bencana kepada musuh, melainkan dituliskanlah bagi mereka dengan yang demikian itu suatu amal shalih. Sesungguhnya, Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik. Dan mereka tidak menafkahkan suatu nafkah yang kecil dan tidak (pula) yang besar dan tidak melintasi suatu lembah, melainkan dituliskan bagi mereka (amal saleh pula), karena Allah akan memberi balasan kepada mereka (dengan balasan) yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (At-Taubah: 120-121)

Sesungguhnya, tidak ada ajaran yang setara dengan ajaran Islam. Ia adalah sebuah ajaran yang dapat membangunkan hati, menghidupkan perasaan, dan menegakkan kontrol diri dengan sebaik-baik kontrol. Tanpa kehadirannya tidak mungkin ada sebuah undang-undang yang tertata dari masalah yang global hingga masalah yang paling detail.

Islam dan Ekonomi

Umat yang tengah bangkit juga sangat membutuhkan penanganan atas urusan ekonominya, karena ia merupakan persoalan paling penting di masa kini. Islam sama sekali tidak mengesampingkan masalah ini, bahkan ia telah meletakkan kaidah dasar dan konsep-konsepnya secara jelas dan tuntas. Kalian dapat mendengarkan firman Allah swt. mengenai bagaimana Islam mengajarkan kepada kita untuk menjaga. harta, menjelaskan nilainya, serta mengingatkan kewajiban kita untuk memperhatikannya. Allah swt. berfirman,

“Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya, harta yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan.,.” (An-Nisa’: 5)

Allah swt. berfirman mengenai keseimbangan antara infaq dan penghasilan,

“Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya, yang karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal.” (Al-Isra’: 29)

Dalam sebuah hadits Rasulullah saw. bersabda,

“Tidak miskin orang yang hemat.”

Sebagaimana harta itu memberi manfaat kepada pribadi, demikian pula ia memberi manfaat kepada umat. Sabda Rasul saw,

“Sebaik-baik harta adalah harta yang ada pada orang shalih”

Sistem ekonomi yang baik -apapun namanya dan dari mana pun sumbernya- akan dapat diterima oleh Islam. Umat pun akan didorong untuk mendukungnya, meskipun kitab fiqih sendiri telah sarat dengan hukum-hukum ekonomi berikut rincian penjelasannya, sehingga tidak perlu lagi tambahan dari konsep ekonomi yang lain.

Akhirnya, ketahuilah bahwa jika suatu umat telah dapat memenuhi seluruh pilar ini; cita-cita, cinta tanah air, ilmu pengetahuan, kekuatan, kesehatan, dan ekonomi, maka tidak dapat diragukan lagi bahwa inilah umat terbaik itu, dan masa depan ada di tangannya. Apalagi jika -di samping itu- ia bersih dari sifat egois, permusuhan, dan sifat-silat melampaui balas lainnya, niscaya lahirlah dari sana kebaikan yang akan menghiasi dunia seluruhnya. Sesungguhnya Islam telah menjamin tegaknya semua itu sehingga tidak ada alasan bagi suatu bangsa yang ingin bangkit untuk menolak konsep Islam ini, apalagi berpaling dari jalannya.

Sistem Islam Secara Umum

Pembicaraan di atas hanyalah sebagian kecil saja dari aspek-aspek ideal yang ada dalam sistem Islam, khususnya yang terkait dengan masalah kebangkitan umat, karena kita memang tengah menghadapi zaman kebangkitan.

Adapun jika kita ingin membahas seluruh aspek ideal dalam sistem Islam, maka membutuhkan pembicaraan panjang dan butuh berjilid-jilid buku untuk menuliskannya. Oleh karena itu cukuplah bagi kita sebuah kalimat global, bahwa sistem Islam yang berkaitan dengan kehidupan pribadi, keluarga, bangsa -baik pemerintah maupun rakyatnya-, serta hubungan antar bangsa telah merangkum berbagai sisi penghayatan, kecermatan, kejelasan, serta pengutamaan maslahat. Ia adalah sistem yang paling mendatangkan manfaat dan paling sempurna, yang pernah dikenal oleh umat manusia, sejak dahulu hingga sekarang.

Pernyataan ini telah dibuktikan kebenarannya oleh sejarah, dan dikuatkan dengan riset yang mendalam oleh para peneliti dalam berbagai sisi kehidupan.

Pernyataan semacam ini dahulu terasa eksklusif, namun kini sudah sangat populer dan dinyatakan oleh setiap cendekiawan yang jujur. Para peneliti -setiap melakukan risetnya- senantiasa menyingkap sesuatu yang ajaib dalam sistem abadi ini, yang tidak pernah terlintas di benak mereka sebelumnya. Mahabenar Allah tatkala berfirman,

“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Qur’an itu adalah benar. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu?” (Fushilat: 53)

ISLAM MELINDUNGI GOLONGAN MINORITAS DAN MEMELIHARA HAK-HAK ORANG ASING

Kepada

Yth . ……….

Banyak orang berprasangka bahwa komitmen terhadap Islam dan menjadikannya sebagai pondasi bagi bangunan kehidupan berarti menolak keberadaan kelompok minoritas non muslim dalam masyarakat Islam dan menolak adanya kesatuan berbagai kelompok masyarakat. Padahal sesungguhnya ia merupakan pilar yang kokoh di antara pilar-pilar penyangga kebangkitan umat.

Prasangka tersebut jelas tidak benar, karena Islam yang diturunkan oleh Dzat yang Mahabijaksana dan Maha Mengetahui -yang memahami benar apa yang terjadi pada umat manusia, baik di masa lalu, masa kini, dan masa mendatang, yang pengetahuan-Nya menguasai berbagai persoalan umat masa lalu tidak menciptakan sebuah sistem yang suci dan arif kecuali pasti mencakup perlindungan terhadap masyarakat minoritas di dalam teks-teks wahyu-Nya yang demikian jelas; tidak ada kerancuan dan campur aduk di dalamnya.

Jika orang ingin mengetahui lebih jelas, lihatlah ayat berikut ini,

“Allah tidak melarang kamu berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya, Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.” (Mumtahanah: 8)

Ayat ini tidak hanya berbicara mengenai perlindungan saja, melainkan juga berbicara mengenai anjuran agar berbuat baik kepada mereka, karena Islam adalah ajaran yang mensakralkan kesatuan umat manusia, sebagaimana firman-Nya,

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal.” (Al-Hujurat: 13)

Kemudian, Islam mensakralkan kesatuan agama sehingga ia memotong akar-akar fanatisme buta dan mewajibkan kepada putra-putranya untuk beriman kepada seluruh agama langit secara keseluruhan, sebagaimana firman Allah,

“Katakanlah (hai, orang-orang yang beriman), ‘Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya’qub dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhannya. Kami tidak membeda-bedakan seorang pun di antara mereka dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya.’ Oleh karena itu, jika mereka beriman kepada apa yang kamu telah beriman kepadanya, sungguh mereka telah mendapat petunjuk. dan jika mereka berpaling, sesungguhnya mereka berada dalam permusuhan (dengan kamu), dan Allah akan memelihara kamu dari mereka. Dan Dialah yang Maha mendengar lagi Maha Mengetahui. Shibghah Allah, dan siapakah yang lebih baik shibghahnya dari pada Allah. Dan kepada-Nya lah kami mengikhlaskan hati.” (Al-Baqarah: 137)

Kemudian ia mensakralkan ikatan agama secara khusus tanpa kesan memuji diri atau memusuhi orang lain.

Allah swt. berfirman,

“Sesungguhnya. orang-orang mukmin itu adalah saudara. Oleh karena itu, damaikanlah antara saudaramu dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat , (Al-Hujurat: 10)

Ajaran Islam ini -yang membangun prinsipnya di atas keseimbangan dan keadilan yang sempurna- tidak mungkin mencetak pengikut yang menjadi biang perpecahan dan perselisihan.

Sebaliknya, ia bahkan menganggap persatuan sebagai sesuatu yang dijunjung tinggi oleh agama, ketika (selama ini) kekuatan persatuan hanya berlandaskan pada teks-teks kesepakatan belaka.

Ajaran Islam juga menetapkan batasan-batasan secara rinci tentang siapa yang harus dilawan dan diputus hubungannya, sebagaimana tersebut dalam firman Allah swt.,

“Sesungguhnya. Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangi kamu karena agama, dan mengusir kamu dari negerimu, dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang yang zhalim.” (Mumtahanah: 9)

Tidak ada satu pun orang bijak yang dapat memaksakan kepada suatu bangsa untuk rela. di dalam tubuhnya ada orang yang sifatnya seperti tersebut pada ayat di atas, yang hanya akan menciptakan kerusakan dan mengacaukan sistem hidupnya (bangsa itu).

Inilah sikap Islam terhadap kelompok minoritas non muslim, sangat jelas dan sama sekali tidak aniaya. Prinsip Islam dalam menyikapi umat lain adalah prinsip perdamaian dan persahabatan, sepanjang mereka berperilaku lurus dan berhati bersih. Namun, jika hati mereka rusak dan kejahatan mereka merajalela, Al-Qur’an pun menggariskan sikap tegas dengan firman-Nya,

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya menimbulkan kemudaratan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka. dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. Sungguh, telah kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahami nya,” (Ali Imran: 118)

Dengan demikian, Islam telah memberi pemecahan terhadap persoalan ini secara lebih rinci dan jernih.

ISLAM TIDAK MENGERUHKAN HUBUNGAN KITA DENGAN BARAT

Ada sebagian orang menuduh bahwa sistem Islam (dalam alam kehidupan modern ini) menjauhkan kita dari negara-negara Barat dan mengeruhkan hubungan politik antara kita dengan mereka, yang sebelumnya. berjalan harmonis. Tuduhan itu tentu saja tanpa dasar dan merupakan lamunan belaka.

Akan halnya negara-negara itu, kalau mereka tetap berburuk sangka kepada kita, memang begitulah jalan pikiran mereka, baik kita mengikuti Islam maupun tidak. Namun, jika saja mereka dengan tulus mau memberikan kepercayaannya kepada kita sebenarnya para juru bicara dan para. politisi mereka juga sering berkata lantang bahwa setiap negara itu bebas menentukan sistem ideologi yang akan dijadikan pijakannya, sepanjang tidak merampas hak-hak bangsa lain.

Para pemimpin politik negara-negara itu seharusnya paham bahwa Islam sebagai sistem kenegaraan adalah sistem paling mulia lagi sakral yang pernah dikenal oleh sejarah. Sedangkan dasar-dasar ideologi yang diletakkan oleh Islam yang bertujuan untuk melindungi dan menjaga kemuliaannya, adalah dasar-dasar ideologi paling kokoh yang pernah dikenal manusia.

Islamlah yang mengumandangkan pemeliharaan hak dan penunaian perjanjian, sebagaimana tersurat dalam firman-Nya,

“Tepatilah janji. Sesungguhnya janji itu akan dipertanggungjawabkan (di hadapan Allah).” (Al-Isra’: 34)

“Kecuali orang-orang musyrik yang kamu telah mengadakan perjanjian (dengan mereka) dan mereka tidak mengurangi sesuatu pun (dari isi perjanjianmu) dan tidak pula membantu seseorang yang memusuhi kamu, maka terhadap mereka itu penuhilah janjinya sampai batas waktunya. Sesungguhnya. Allah menyukai orang-orang yang bertaqwa.” (At-Taubah: 4)

“Maka selama mereka berlaku lurus terhadapmu, hendaklah kamu berlaku lurus pula terhadap mereka.” (At-Taubah: 7)

Mengenai perlakuan baik terhadap orang-orang yang minta perlindungan dan pihak yang memberi perlindungan, Allah swt. berfirman,

“Dan jika seorang di antara orang-orang musyrik itu meminta perlindungan kepadamu, maka lindungilah ia supaya sempat mendengarkan ayat-ayat Allah, kemudian antarkanlah ia ke tempat yang aman.” (At-Taubah: 6)

Ini semua adalah perlakuan terhadap orang-orang musyrik, maka terhadap orang-orang ahli kitab tentu lebih lunak lagi.

Ajaran Islam, yang meletakkan dasar-dasar ideologi ini kemudian mengarahkan umatnya agar komitmen kepadanya, dan memberi jaminan keamanan kepada orang lain agar orang lain pun memperlakukannya dengan sikap serupa. Seharusnya, sikap yang demikian itu menjadi pelajaran bagi negara-negara Barat.

Bahkan, kami menegaskan pula bahwa Eropa mestinya akan lebih baik jika dalam mengendalikan bangsa-bangsanya menggunakan sistem ini. Dan tentunya ia (Islam) lebih baik dan lebih menjamin keabadiannya.

AKAR-AKAR KEBANGKITAN DI TIMUR BUKANLAH YANG ADA DI BARAT

Kepada yang mulia ………

Salah satu penyebab yang menjadikan bangsa-bangsa di Timur menyeleweng dari Islam dan memilih taklid kepada Barat adalah studi yang mereka lakukan terhadap kebangkitan negara-negara Barat. Mereka sampai pada kesimpulan bahwa kebangkitan negara-negara Barat tegak di atas penghancuran agama dan gereja, terlepasnya mereka dari kekuasaan Paus dan cengkeraman para pendeta serta para rabi, pemberangusan terhadap segala fenomena kepemimpinan agama di masyarakat, dan pemisahan secara total antara urusan agama dengan urusan politik kenegaraan.

Taruhlah hal ini benar-benar terjadi di negara-negara Barat, maka tidaklah demikian yang harus berlaku di tubuh umat Islam. Mengapa? Karena watak ajaran Islam itu berbeda sama sekali dengan watak agama mana pun di dunia ini.

Kekuasaan tokoh-tokoh agama di kalangan kaum muslimin itu terbatas sifatnya. Dia tidak memiliki hak untuk mengubah dasar-dasar hukum. Oleh karenanya, kaidah-kaidah dasar Islam senantiasa sesuai dan dapat mengikuti perkembangan zaman. Suaranya senantiasa bergema menyeru umatnya untuk terus maju mendukung ilmu pengetahuan, dan melindungi para ulamanya.

Jadi, apa-apa yang berlaku di negara-negara Barat, sama sekali tidak terdapat di sini. Hal ini telah banyak dibahas oleh kalangan cendekiawan dan tertulis dalam banyak buku.

Kepentingan kami dengan risalah ini hanyalah ingin mengungkapkan secara sekilas mengenai pokok persoalan, kemudian mengingatkan, dan meluruskan syubhat yang ada.

Kami yakin sepenuhnya bahwa setiap orang yang adil pasti berada di pihak kami dalam memahami prinsip-prinsip ini.

Atas dasar itu, cara berpikir dengan kerangka Barat di atas tidak mungkin menjadi pondasi bagi kebangkitan baru kami, sebuah kebangkitan yang harus dibangun di atas pondasi akhlak yang mulia, ilmu pengetahuan yang luas, dan kekuatan yang tegar. itulah yang diperintahkan oleh Islam.

TOKOH AGAMA BUKANLAH AGAMA ITU SENDIRI

Salah satu alasan pembenar yang dipakai oleh orang-orang yang berpikir dengan kerangka pikir model Barat -dalam rangka menyudutkan Islam- adalah mereka senantiasa menggembor-gemborkan perilaku para tokoh agama di kalangan kaum muslimin, di mana sikap mereka senantiasa kontra produktif terhadap kebangkitan bangsa mereka sendiri. Mereka (para tokoh agama) senantiasa menindas warganya, bekerja sama dengan para perampas hak rakyat, memberikan kepada mereka (para. perampas) perlakuan yang istimewa, serta membagi-bagi kedudukan dan keuntungan materi, dengan mengabaikan kemaslahatan negara dan masyarakat.

Tuduhan semacam itu, kalaupun benar, adalah karena bobroknya mentalitas para tokoh agama itu sendiri, bukan karena agamanya. Lagi pula. apakah pantas agama ini memerintahkan demikian?

Tidakkah Anda menyimak kisah hidup para ulama, di mana mereka menghinakan para raja dan penguasa di pagar dan pintu istana mereka? Mereka dengan sangat tegar dan keras menunjukkan sikapnya, berani memerintah, mencegah, bahkan menolak hadiah-hadiah dari para penguasa dan raja-raja itu. Mereka menjelaskan makna hakikat kepada para penguasa tersebut, menyampaikan tuntutan-tuntutan umat, bahkan lebih dari itu mereka senantiasa siap memanggul senjata jika menghadapi berbagai tindak kezhaliman.

Tinta sejarah belum lagi kering menuliskan bagaimana sekelompok fuqaha di bawah pimpinan Ibnu Al-’Ash mengibarkan panji jihad di berbagai negeri bagian timur daulah Islamiyah, sedangkan di wilayah barat sejarah mencatat nama Ibnu Yahya Al-Laitsi At-Maliki.

Inilah tuntunan agama dan ini pula sejarah masa lalu para tokohnya. Adakah kita dapati padanya apa-apa yang mereka tuduhkan itu? Bisakah disebut keadilan jika penyelewengan tokoh agama ditimpakan kepada agamanya?

Lagi pula, kalaupun tuduhan itu benar-benar terjadi pada Suatu bangsa, belum tentu ia juga terjadi pada bangsa-bangsa lain, sebagaimana jika terjadi pada suatu kondisi, tidak selalu terjadi pada kondisi yang lain.

Simaklah sejarah kebangkitan baru di Timur maka Anda akan menyaksikan kisah kepahlawanan para tokoh agama (Islam), misalnya tegaknya Al-Azhar di Mesir, peran majelis tinggi di Palestina dan Lebanon, kisah perjuangan guru kami: Abil Kalam dan kawan-kawannya para ulama besar di India, serta pemimpin Islam di Indonesia. Semua itu masih segar diingat oleh sejarah.

Oleh karenanya, tuduhan-tuduhan di atas tidak seharusnya menjadi alasan untuk memalingkan umat dari ajaran agamanya atas nama Nasionalisme murni. Bukankah merupakan sesuatu yang bermanfaat bagi umat jika Anda memperbaiki para tokoh agama tersebut (sekiranya dia memang salah) atau menuntut kebaikan dari mereka, bukan malah menyikapinya dengan sikap yang membinasakan? Lagi pula, istilah “tokoh agama” yang sudah demikian populer di masyarakat kita adalah istilah serapan dan taklid buta yang tidak sesuai dengan tradisi kita. Kalaupun hal ini dibenarkan dalam persepsi barat dengan nama Aklerus, maka dalam tradisi Islam meliputi seluruh Muslim. Baik orang muslim biasa maupun tokohnya, adalah tokoh agama.

LANGKAH YANG BERANI DAN TEPAT

Wahai

yang mulia ……

Setelah membaca penjelasan panjang lebar ini, kita tidak punya alasan lagi untuk menjauh dari jalan kebenaran, yakni sistem Islam. Dan tidak ada alasan pula untuk menuruti keinginan syahwat dan selera kemewahan duniawi, yakni sistem Eropa. Memang, pada sistem Eropa terdapat hiasan materi dan kemewahan. Padanya terdapat kenikmatan dan kesenangan, permisifisme dan kebebasan, serta segala yang menyenangkan hawa nafsu.

Allah swt. berfirman,

“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas dan perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak, sawah, dan ladang, Itulah kesenangan hidup di dunia…” (Ali Imran: 14)

Akan tetapi, jalan Islam adalah jalan yang terhormat dan penuh pengendalian diri. Dia adalah kebenaran dan kekuatan, keberkahan dan jalan lurus, ketegaran dan keutamaan. ikutilah jejaknya bersama umat ini, semoga Allah memberi taufiq kepada Anda.

Allah swt. berfirman,

“Katakanlah, Inginkah aku kabarkan kepadamu apa yang lebih baik dari yang demikian itu?’Untuk orang-orang yang bertaqwa (kepada Allah) pada sisi Tuhan mereka ada surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya. Dan (ada pula) istri-istri yang disucikan, serta keridhaan Allah. Dan Allah Maha Melihat hamba-hamba-Nya.” (Ali Imran: 15)

Sesungguhnya, kemewahan hidup telah menghancurkan banyak bangsa. Eropa pun telah diguncang oleh kenikmatan duniawi dan kerakusan terhadapnya.

Allah swt. berfirman,

“Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu supaya menaati Allah, tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu. Oleh karenanya, sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.” (Al-Isra’: 16)

Sesungguhnya, Allah swt. telah mengutus Rasul-Nya sebagai rahmat bagi semesta alam sampai hari kiamat. Bersama Rasul itu diturunkanlah Kitab-Nya yang haq, sebagai cahaya dan petunjuk bagi manusia sampai hari kiamat. Kepemimpinan Rasulullah senantiasa abadi dengan sunah-sunahnya, kekuatan Al-Qur’an senantiasa tegar dengan hujah-hujahnya dan seluruh umat manusia pasti menuju kepada keduanya, baik dengan cara terhormat maupun dengan terhina baik dari jauh maupun dari dekat, hingga terwujudlah janji Allah,

“Agar dimenangkan agama ini atas seluruh agama….”

Oleh karena itu, jadilah Anda orang pertama yang bangkit dengan atas nama Rasulullah saw, yang membawa penyembuh dari Al-Qur’an untuk menyelamatkan dunia dari deraan penyakit yang diidapnya.

Ia adalah langkah yang berani, dan memang demikianlah seharusnya. Sungguh, Allah pasti menang dalam segala urusan-Nya.

“Dan di hari (kemenangan bangsa Romawi) itu bergembiralah orang-orang yang beriman karena pertolongan Allah. Dia menolong. siapa yang dikehendaki-Nya dan Dia-lah yang Mahaperkasa lagi Maha Penyayang.” (Ar-Ruum: 4-5)

BEBERAPA LANGKAH PRAKTIS MENUJU PERBAIKAN

Yang mulia …..

Setelah kami jelaskan kepada Anda beberapa hal yang dapat menjadi acuan dalam membimbing umat menuju kebangkitan barunya secara rohani, selanjutnya kami Ingin memaparkan beberapa langkah aplikatif yang dapat memenuhi tuntutan konsep tersebut. Kami akan mengungkapkan tema pokoknya saja, karena kami tahu pasti bahwa setiap tuntutan yang akan kami sampaikan ini membutuhkan pembahasan yang panjang dan mendalam dengan melibatkan para pakar dan spesialis di bidang masing-masing. Namun, -pada saat yang sama- kami juga tidak mungkin mengurangi apa yang menjadi tuntutan kebangkitan umat tersebut.

Di samping itu, kami meyakini bahwa untuk mewujudkan tuntutan tersebut bukan pekerjaan mudah yang dapat selesai dalam waktu satu dua hari. Setiap tuntutan pasti menghadapi berbagai kendala, yang membutuhkan kearifan sikap, kebulatan tekad, dan perjuangan yang panjang. Semua itu kami ketahui dan kami pahami benar.

Namun demikian, kami tetap yakin bahwa jika ada tekad yang tulus dan jalan yang jelas membentang, sementara masyarakat sendiri memiliki kemauan yang keras untuk meniti jalan kebajikan, insya Allah semua itu akan terwujud. Mantapkanlah orientasi Anda, niscaya Allah swt. tetap bersama Anda.

Adapun, tema pokok tentang perbaikan dan bersendikan ruh Islam yang benar meliputi hal-hal sebagai berikut:

Dalam Aspek Politik, Hukum, dan Administrasi

1. Menghancurkan fanatisme kelompok dan mengarahkan potensi umat secara politik dalam rangka menciptakan keseragaman orientasi dan kesatuan barisan.

2. Perbaikan undang-undang sehingga sesuai dengan tuntutan syariat Islam dalam setiap cabangnya.

3. Meningkatkan kekuatan pasukan, memperbanyak kelompok pemuda untuk proses pembangkitan semangat hidupnya dalam rangka memenuhi panggilan jihad Islam.

4. Menguatkan ikatan antar wilayah Islam khususnya negeri-negeri Arab sebagai titik tolak bangkitnya pemikiran yang serius dan realistis menuju tegaknya kembali khilafah yang telah hilang.

5. Membangkitkan semangat keislaman di kantor-kantor pemerintah, sehingga seluruh pegawai merasa membutuhkan kajian Islam.

6. Melakukan kontrol terhadap perilaku pribadi para pegawai dan tidak memisahkan antara kepentingan pribadi dan pekerjaan.

7. Mendahulukan pemenuhan janji-janji pekerjaan di kantor kapan saja, sehingga membantu penunaian berbagai kewajiban dan menghindarkan banyak begadang.

8. Menghapuskan risywah (suap) dan komisi, serta hanya berharap dari kemampuan kerja dan peraturan yang sebenarnya.

9. Menimbang setiap aktivitas pemerintah dengan timbangan hukum dan ajaran Islam. Oleh karena itu, peraturan penyelenggaraan pesta, pertemuan resmi, sistem lembaga pemasyarakatan, pengelolaan rumah sakit, dan lain-lain hendaknya tidak bertentangan dengan syariat Islam. Di samping itu jadwal kegiatan hendaknya diatur sedemikian rupa sehingga tidak berbenturan dengan waktu-waktu shalat.

10. Memasukkan para personil AI-Azhar dalam pekerjaan militer dan kesekretariatan dan memberi pelatihan kepada mereka.

Dalam Aspek Sosial dan Ilmiah

1. Membiasakan masyarakat berpegang pada etika dan kesopanan umum, membuat aturan-aturan untuk mempertahankan pelaksanaannya, dan menindak tegas para pelanggarnya

2. Mengatasi persoalan kaum wanita dengan solusi yang dapat menggabungkan antara peningkatan perannya dan pemeliharaan kehormatannya, sesuai dengan ajaran Islam. Dengan demikian, kita tidak mengabaikan persoalan mereka, karena ia merupakan masalah sosial yang terpenting. Di mana mereka berhadapan dengan goresan kasih sayang tinta penulis yang tendensius dan berbagai pandangan yang ganjil, baik dari kaum ekstremis maupun apatis.

3. Memberantas prostitusi, baik yang terang-terangan maupun yang sembunyi-sembunyi Perbuatan zina, apapun alasannya, harus dianggap sebagai kejahatan dan kemungkaran yang mengakibatkan pelakunya bisa dihukum rajam.

4. Menghancurkan praktek perjudian dengan segala bentuknya, seperti lotere, undian, maupun taruhan.

5. Memerangi minuman keras dan obat-obat terlarang. Islam melarang itu semua dan menjauhkan masyarakat dari dampak negatifnya.

6. Memerangi tabarruj, pamer dandanan, dan pamer aurat. Memberi pengarahan dengan tegas kepada para wanita untuk berperilaku sebagaimana layaknya muslimah yang shalihah, khususnya kepada para guru, para siswi, para mahasiswi, para dokter, dan lain-lain profesi yang menjadi sorotan masyarakat.

7. Meninjau kembali kurikulum pendidikan kaum wanita dan melakukan pemisahan sebanyak mungkin poin, antara kurikulum pendidikan untuk siswa putra dan putri.

8. Melarang bercampurnya siswa dan siswi dalam satu kelas, dengan penegasan bahwa jika seorang lelaki dan seorang perempuan berdua di tempat yang sepi, maka hal itu termasuk kejahatan yang ada sanksi hukumnya.

9. Memompakan semangat para pemuda untuk menikah dan mendapatkan keturunan dengan berbagai jalan yang dapat mengantarkan mereka ke sana. Syari’at Islam menganjurkan kepada kita untuk membangun keluarga, melindungi, dan memecahkan berbagai persoalannya.

10. Menutup klub-klub malam, panggung tarian maksiat, dan berbagai kegiatan serupa atau yang menuju ke hal tersebut.

11. Mengontrol kegiatan pentas dan peredaran film-film di bioskop, serta menganjurkan dimasyarakatkannya kisah-kisah yang baik dan kaset-kaset yang bermanfaat.

12. Mengganti nyanyian yang berkembang di masyarakat dan menyeleksinya secara sungguh-sungguh.

13. Menyeleksi produk siaran yang dikonsumsi masyarakat, baik berupa ceramah maupun nyanyian, dan menggunakan studio siaran sebagai sarana pendidikan akhlak masyarakat.

14. Menyita cerita-cerita porno dan buku-buku yang mengaburkan kebenaran dan merusaknya. juga penerbitan-penerbitan sejenis yang berpengaruh terhadap merajalelanya kejahatan dan terumbarnya nafsu syahwat.

15. Mengatur keberadaan vila-vila agar tidak disalahgunakan dan mengembalikan fungsi dasar vila-vila itu sebagai tempat peristirahatan.

16. Membatasi waktu buka warung-warung secara umum dan mengontrol kesibukan para pengunjungnya. Selain itu, juga memberikan pengarahan kepada mereka agar tidak menghamburkan waktunya dengan berlama-lama berada di situ.

17. Menggunakan warung-warung tersebut sebagai tempat pengajaran membaca dan menulis kepada para buta huruf dengan melibatkan para pemuda, yang mereka dilengkapi dengan seragam guru atau pelajar.

18. Memerangi tradisi yang negatif dalam perilaku ekonomi, akhlaq, dan sebagainya. Mengubah tradisi negatif yang melanda masyarakat tersebut dan menggantinya dengan tradisi yang positif, atau mewarnai tradisi itu dengan sesuatu yang membawa maslahat, seperti tradisi pesta, resepsi kematian, ulang tahun, resepsi hari raya, dan sebagainya. Hendaknya pemerintah menjadi teladan dalam hal-hal seperti ini.

19. Menjadikan aktivitas memerangi orang yang menentang hukum Allah sebagai amar ma’ruf nahi mungkar, seperti makan di siang hari Ramadhan, meninggalkan shalat dengan sengaja, mencaci maki ajaran agama, atau yang semisal dengan itu.

20. Menghimpun lembaga pendidikan resmi di kampung-kampung dan masjid-masjid yang ada, untuk secara bersama-sama melakukan perbaikan yang menyeluruh, sehingga anak-anak didik terbiasa dengan disiplin shalat dan para pengasuhnya terbiasa dengan ilmu.

21. Menetapkan kurikulum agama sebagai materi pokok di setiap sekolah (dengan berbagai ragamnya) dan di perguruan tingginya.

22. Mendorong kegiatan menghafal Al-Qur’an di kantor-kantor umum dan menjadikannya syarat untuk memperoleh tanda kelulusan dari lembaga pendidikan, khususnya jurusan yang berhubungan dengan agama dan Bahasa Arab. Di samping itu menetapkan peraturan. wajib hafal beberapa surat dalam Al-Qur’an di setiap sekolah.

23. Meletakkan strategi pengajaran yang baku dalam rangka meningkatkan dan mendongkrak kualitas sistem pendidikan. Menyatukan berbagai kurikulum yang memiliki tujuan beragam dan menyatukan berbagai pengetahuan umum yang bervariasi. Di samping itu, menetapkan pembinaan mental cinta tanah air serta pembinaan akhlaq utama sebagai tahap awal dari pencapaian tujuan pendidikan.

24. Memberikan porsi yang cukup bagi mata pelajaran Bahasa Arab di setiap jenjang pendidikan dan menjadikannya sebagai mata pelajaran utama di samping bahasa-bahasa yang lain.

25. Memberikan perhatian kepada materi Sejarah Islam, Sejarah Nasional, Pembinaan Kebangsaan, serta Sejarah Peradaban Islam.

26. Memikirkan diwujudkannya berbagai sarana yang mendukung dalam rangka menyatukan keragaman tradisi yang ada di masyarakat secara bertahap.

27. Menghapuskan gaya hidup kebarat-baratan dari rumah-rumah penduduk; menyangkut bahasa, kebiasaan, mode pakaian, tradisi para pendidik, perawat, dan profesi lainnya. Semua itu harus diperbaiki, dimulai dari rumah tangga para tokoh masyarakat.

28. Memberikan pengarahan yang baik kepada penerbit dan memberi dorongan kepada para penulis untuk mengarang buku yang bertema keislaman dan ketimuran.

29. Memperhatikan urusan kesehatan secara umum dengan mengundang juru penerangan kesehatan untuk berbicara di berbagai pelosok, memperbanyak jumlah rumah sakit, puskesmas keliling, dan mempermudah prosedur pengobatan.

30. Memperhatikan keadaan kampung, menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan penertiban lingkungan, kebersihan, sanitasi, sistem saluran air, serta berbagai sarana penerangan, pengetahuan dan rekreasi dengan senantiasa membersihkannya dari nilai-nilai moral yang negatif.

Dalam Aspek Ekonomi

1. Mengatur pengelolaan zakat, baik penggalangan maupun pendistribusiannya sesuai dengan ajaran Islam yang lembut, dan memanfaatkannya untuk kemaslahatan sosial, seperti mendanai panti-panti jompo dan fakir miskin, panti yatim, serta untuk mendanai kegiatan kemiliteran.

2. Mengharamkan riba dan mengatur sistem perbankan yang Islami untuk mendukung pencapaian target ini. Pemerintah hendaknya menjadi teladan dalam hal ini dengan menghapuskan berbagai nilai tambah uang dalam sistem yang di terapkan secara khusus, seperti pendirian bank tanpa bunga dan lain-lain.

3. Mendorong dan menggalakkan kegiatan perekonomian untuk membuka lapangan pekerjaan kepada para penganggur di kalangan masyarakat pribumi dengan melepaskan ketergantungan kepada tenaga-tenaga asing.

4. Melindungi masyarakat umum dari penindasan yang dilakukan oleh praktek monopoli, dengan memberlakukan aturan yang ketat untuk mendapatkan kemanfaatan yang sebesar-besarnya bagi mereka.

5. Memperbaiki nasib para pegawai rendahan dengan meningkatkan posisi mereka serta memperbesar standar gajinya di satu sisi, dan di sisi lain memperkecil gaji pegawai tinggi.

6. Melakukan pengaturan tugas, khususnya yang banyak dan menumpuk, serta mencukupkan diri pada pekerjaan yang darurat. Di samping itu melakukan pembagian tugas secara adil dan proporsional di antara para pegawai.

7. Memberikan dorongan dan pembinaan kepada para buruh dan tani serta memberi perhatian kepada peningkatan kualitas produk pertanian dan pekerjaan yang mereka hasilkan.

8. Memberi perhatian kepada berbagai keterampilan dan aktivitas sosial serta meningkatkan kualitas mereka dalam berbagai bidang kehidupan.

9. Memanfaatkan sebesar-besarnya kekayaan alam yang ada seperti lahan yang gersang, berbagai hasil tambang yang kurang diperhatikan, dan lain-lainnya.

10. Mendahulukan pembuatan dan pengelolaan berbagai proyek yang mendesak kegunaannya daripada yang bersifat sekunder.

Demikianlah, risalah Ikhwanul Muslimin yang kami persembahkan kepada Anda. Jiwa kami dan segala yang kami miliki siap dimanfaatkan oleh lembaga atau pemerintah mana pun yang ingin melangkah bersama umat menuju kejayaan dan kebangkitannya.

Kami penuhi setiap ajakan menuju perbaikan dan kami siap menjadi tebusan. Dengan demikian, kami berharap bahwa kami telah menunaikan amanat yang ada di pundak kami dan telah menyampaikan seruan kami. Sedangkan agama ini adalah nasihat; bagi Allah, bagi Rasul-Nya, bagi Kitab-Nya, bagi para pemimpin kaum muslimin, dan umatnya.

Cukuplah Allah bagi kami, dan kesejahteraan hanyalah bagi hamba-hamba-Nya yang terpilih.

Hasan Al-Banna