Minggu, 05 Juli 2009

Apa kabar?

Langit cerah menyinari bumi. Menghangatkan alam yang menggigil karena malam. Masih seperti hari-hari sebelumnya, tidak ada yang menantang dan memberikan tuntutan. Makin lama terasa penat dan malas.

Sinar mentari masih kekar menatap bumi. Meskipun aku masih meringkuk di bawah naungan kelambu. Akankah mentari sendirian tanpaku? Terus terang aku ingin menyertai mentari yang tiada henti untuk bersinar. Sinar yang senantias membawa kehidupan. Sinar yang diharapkan dan dibutuhkan.

Harapan untuk kabar lebih baik selalu kuharapkan. Setidaknya aku harus berani untuk berharap dan mencoba berubah. Walaupun entah yang keberapa kali aku jatuh dan mengulang kesalahan serupa. Berkali-kali menyusun rencana dan sesaat kemudian gagal. Pagi hari baik sore hari jadi bandit. Sulit untuk difahami dan diceritakan.

Keangkuhan sering hadir di hati. Merasa berjasa dan pantas untuk dihormati. Berharap akan ada stabilisator yang mampu mengontrol jiwa. Berharap mampu menyesuaikan diri dengan usia dan waktu.

Lintasan asa selalu berterbangan melukis impian yang tak mau sepi dan diam. Bayangan beberapa waktu ke depan harus dapat apa dan menjadi apa.

Bosan sih terus begini. Mau pulang aja rasanya. Pulang ke kampung tercinta dan hidup di sana. Apakah aku sangant tertekan dengan manah yang dibrikan padaku? Ataukah pergerakan hormonalku yang memang sudah tak lagi aku kenali. apakah ini berhubungan erat dengan usia psikologisku?

I am so confuse. Bila bicara dengan tema idealis, maka akau akan senantiasa sok idealis. bila bicara dengan tema pahlawan, maka aku seolah-olah adalah aku adalah pahlawan utama. Bila bicara dengan tema ulama, maka aku seolah-olah ulama yang paling tawadhu'?

Tapi siapakah aku? Ulamakah? KAderisasikah? Seorang ideologkah? Seorang penghayalkah? Seorang pemimpikah?
Apa kabar? Aku ndak tahu. Semoga
Semoga aku bisa masih bisa menangis dan merenung untuk memperbaiki diri dan selalu menjadi motivasi setidaknya untuk aku tersenyum. Menyembunyikan kehancuran diri ini di balik senyuman. Biarlah tak sesiap yang tahu kecuali aku dan beberapa saja yang tahu.

Kutakmau bahkan dinding pun tahu kondisi jwa yang rentan ini. Saiful. Aku kehilanganmu. Maafkan aku Saif.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar