tag:blogger.com,1999:blog-56677076264309868302024-03-12T16:34:31.277-07:00LAUTAN EMASSaiful A. Ritongahttp://www.blogger.com/profile/18224646366203620872noreply@blogger.comBlogger44125tag:blogger.com,1999:blog-5667707626430986830.post-36819420519952269192013-09-09T01:43:00.002-07:002013-09-09T01:43:53.002-07:00Misi dibalik penyelenggaraan miss world 2013 di IndonesiaMiss world adalah produk yang tertolak di negara asalnya. Miss world adalah salah satu perlombaan yang jauh dari budaya Indonesia. Bahkan miss world mencoreng nama Indonesia dan menjadi penipuan. Sebab, dengan miss world, dunia akan mengenal Indonesia sebagai negara wisata 'perempuan'.<br />
<br />
Miss world hanya akan menyisakan sakit hati yang mendalam (kekecewaan) di hati anak bangsa. Dunia sudah kenal dengan Indonesia. Kiprah Indonesia di dunia internasional sudah cukup banyak. Kalau promosi tentang Indonesia, lebih tepat dilakukan oleh duta-duta Indonesia di negara-negara sahabat.<br />
<br />
Miss world adalah pesanan pihak luar. Dengan iming-iming popularitas dan kesenangan pribadi, ada pihak dalam (orang Indonesia) yang terpengaruh. Dengan alasan mengenalkan Indonesia, ajang yang menguntungkan pribadi (golongan)nya pun dijadikan 'perjuangan'nya.<br />
<br />
Dari miss world, bangsa ini akan disuguhi tayangan-tayangan yang bukan etika bangsa Indonesia. Sehingga pengaruh negatif akan tersebar secara massif.<br />
<br />
Omong kosong jika hari tanoesoedibjo mengatakan bahwa kerugian yang diperoleh dari pelaksanaan miss world. Bahkan dia tahu persis betapa keuntungan yang menggiurkan dibalik penyiaran acara miss 'pelacur' world. Tentunya, rating adalah target yang dikejar para media.<br />
<br />
Alangkah hebatnya di mata dunia penggila tampilan sekelas dan sejenis miss world MNCTV. itulah keuntungan yang pasti melekat dari penyelenggaraan perhelatan terkutuk tersebut.<br />
<br />
Dan ini adalah indikasi bahwa hary tanoesoedibjo adalah seorang liberalis. Seorang yang mengagungkan keuntungan material duniawi. Cukuplah pelaksanaan tayangan murahan tersebut menjadi identitas seorang tanoe. Saiful A. Ritongahttp://www.blogger.com/profile/18224646366203620872noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5667707626430986830.post-1806877417806789452013-09-04T20:33:00.003-07:002013-09-04T20:33:49.115-07:00Mencapai KeterkenalanTerkenal. Hampir semua manusia mencitakan untuk menjadi terkenal. Apalagi individu media massa. Popularitas alias keterkenalan erat dengan kekayaan.<br />
<br />
Inilah sebenarnya yang berada di dalam benak para penyelenggara Miss World 2013 di Bali. Mengenalkan Indonesia. Itu alasan resmi yang disampaikan agar terdengar nasionalis dan heroik. Pada intinya, kekayaan dan keterkenalan yang diincar.<br />
<br />
Seorang yang mencalonkan diri sebagai Wapres 2014-2019, menjadi begitu antusias dengan penyelenggaraan kontes haram itu. Karena efek keterkenalan akan menghampiri dan menjadi harapannya agar rakyat Indonesia mengetahui tentangnya. Dan kelak akan dia banggakan sebagai kiprah luar biasa karena bersifat internasional.<br />
<br />
Alasan kuatnya, sebenarnya adalah uang. Berapa nilai rupiah yang bisa diraup dari penyelenggaraan kontes haram tersebut?<br />
<br />
Padahal, salah besar kalo mengenalkan Indonesia via kontes murahan alias 'kontes pelacur' seperti Miss World. Kontes itu menyalahi semangat UUD 1945, terutama dalam pembukaannya. Sungguh Tuhan yang Maha Esa tidak ingin hambanya menjadi ahli maksiat dengan 'menjual' keindahan tubuh wanita.<br />
<br />
'Kontes pelacur' Miss world adalah bentuk penghinaan nyata kepada kaum hawa. Kontes itu adalah bentuk deskriminasi sosial terhadap wanita. Kenapa tak dibuat Mr. world? hadehhh....<br />
<br />
Semoga Indonesia terjaga dari kaum egois yang mengatasnamakan Indonesia untuk kepentingan dirinya, seperti pelaksana 'Kontes Pelacur' Miss World 2013 di Bali.Saiful A. Ritongahttp://www.blogger.com/profile/18224646366203620872noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5667707626430986830.post-54170066690245212172010-07-25T22:05:00.000-07:002010-07-25T22:05:45.324-07:00Adab Malam Pertama (Zafaf)Oleh Fir'adi Abu Ja'far, Lc<br />
<br />
Khalid bin Walid pernah bertutur, "Ada dua hal yang paling aku sukai dalam hidupku: mengayunkan pedang di medan perang dan menghabiskan malam pengantin bersama istriku."<br />
<br />
Ingatkah anda saat-saat melewati malam pengantin (zafaf) dahulu? Sesudah akad nikah terlaksana dan disaksikan oleh karib kerabat, keluarga dekat, para tamu dan undangan, maka kita telah memasuki saat yang paling peka. Hari itu seorang remaja yang melepas keperjakaannya menjadi seorang suami. Seorang gadis telah menutup masa lajangnya dan membuka lembaran hidup baru dengan corak dan mode yang serba baru. Iapun menjadi seorang istri pendamping sang suami. Teman setia dalam pelayaran hidup di dunia ini. Perasaan keduanya sangat sensitif ketika pertama kali bertemu dan berdekatan. Ada salah tingkah, tapi ada perasaan ingin selalu merapat. Hati berbunga-bunga, namun rasa gugup juga tak terkira. Ada rasa getar tapi penasaran juga tak terbendung.<br />
<br />
Ada keindahan-keindahan yang mengalir deras dari salah tingkah di malam itu. Salah satunya adalah pasangan suami-istri (pasutri) saling menerima dan tidak saling menuntut ketika pertama kali biduk rumah tangga berlayar di malam zafaf. Yang terpikirkan saat itu adalah bagaimana seorang suami dapat memberikan bunga hati kepada istrinya. Juga sebaliknya seorang istri berpikir maksimal untuk memberikan pelayanan yang paripurna kepada pasangannya. Maka salah tingkah tak perlu ditakuti oleh pasangan baru, tetapi semestinya ia disyukuri hingga sampai ke dasar hati.<br />
<br />
Adapun rambu-rambu pelayaran jangan diabaikan. Ingat, kekecewaan dan kegagalan di malam itu, menjadi lampu kuning bagi kehidupan selanjutnya. Dan bahkan bisa menjadi prahara dan bencana dahsyat dalam rumah tangga, yang lebih dahsyat dari gempa bumi biasa. Menikmati pelayaran dengan sentuhan perasaan yang dalam sangat membantu keduanya untuk bergandengan tangan, berjalan seiring menuju keluarga yang penuh berkah. Keindahan malam itu menjadi jalan untuk saling menerima, saling memberi dan saling mempercayai yang dibingkai kerinduan-kerinduan halus yang menggema, memenuhi lorong-lorong hati. Adapun salah tingkah dan canggung menjadi warna tersendiri dan bahkan menambah indahnya suasana. Begitulah cara Allah SWT menaburkan rahmat-Nya bagi hamba-hamba-Nya.<br />
<br />
Malam pengantin sangat membekas di sanubari. Ia menjadi memori paling berkesan dan memberikan makna yang paling dalam menembus lorong-lorong hati. Ternyata hal inilah yang menjadi rahasia berbinarnya kedua mata Khalid bin Walid RA saat mengenang keindahan malam pengantin, menjelang detik-detik terakhir kepulangannya menghadap Sang Pemberi Cinta. Ia masih sempat menyuarakan gemericik hatinya, "Tiada kenangan yang lebih indah dalam hidupku, dari pada malam pengantin yang amat mendebarkan hati bersama bidadariku tercinta, terlebih suasana bertambah syahdu, ketika Allah SWT mengguyur bumi ini dengan tetesan-tetesan air hujan perlambang turunnya rahmat dan kasih sayang-Nya."<br />
<br />
Ada waktu-waktu untuk menikmati keindahan. Ada saat-saat untuk menghayati kebesaran Sang Maha pencipta, yang sangat luas kasih sayang-Nya kepada kita. Alangkah semerbaknya, bila malam pengantin ini diawali dengan shalat sunnah bersama dua raka'at. Memulai kehidupan sebagai pasutri dengan menyebut Asma-Nya dan bersimpuh pasrah di hadapan-Nya. Karena Dia-lah yang telah mengaruniakan kepada kita teman sejati, penyayang, pelindung, pengasih, dan pemberi ketentraman dan kedamaian. Dengan shalat dua raka'at, mudah-mudahan keburukan akan menjauh, berganti dengan rahmat Allah SWT. Shalat dua raka'at ini merupakan warisan generasi para sahabat kepada kita yang sepatutnya kita teladani. Karena menapak tilasi kehidupan orang-orang shalih, akan menetaskan kebahagiaan dan keberuntungan dalam hidup.<br />
<br />
Setelah melaksanakan shalat dua raka'at bersama, maka suami memegang ubun-ubun istrinya seraya berdo'a, "Ya Allah sesungguhnya aku mohon kepada-Mu kecantikan dan keelokan perangainya, dan aku mohon perlindungan-Mu dari kejelekan dan keburukan perangainya." Hendaknya suami bersikap lemah lembut dan mengajak istrinya berbicara dari hati ke hati dengan tutur kata yang halus, lemah lembut dan menyenangkan. Karena yang demikian itu akan mencairkan segala kebekuan dan kekakuan. Walaupun wajah masih gugup dan tangan masih bergetar hebat, namun rasa cinta dan kedamaian berada di dekat suami mulai mengalir di hati, mulai terasa denyutnya di dada. Segelas susu dan beberapa butir kurma di awal pertemuan dapat mencairkan suasana dan menghadirkan keasyikan. Ada kemesraan dan kelembutan yang tumbuh. Ada jalinan perasaan yang mulai terajut. Ada sikap kikuk yang mencair perlahan-lahan seiring dengan susu yang diminum berdua dari gelas yang sama.<br />
<br />
Janganlah tergesa-gesa. Ajaklah istri anda bercanda dan bergurau terlebih dahulu sebelum anda mengajaknya berlayar di samudera cinta, agar cintanya kepada anda mengembang dan perasaannya terbangkitkan. Ia bisa lebih terbuka dan tidak terhalang oleh gumpalan awan rasa malunya. Setelah mendaki ke puncak kenikmatan dan urat-uratpun telah melemah, tunggulah istri anda menemukan dirinya setelah beberapa saat melayang-layang di awan jingga. Jangan tinggalkan dirinya, ingatlah masih ada usapan pelan yang mesra dan kecupan lembut di kening, masih ada yang diharapkannya.<br />
<br />
Setelah itu dekatkan telinga hati anda dalam pelukannya. Dengarkanlah suara hatinya. Rabalah perasaannya, kebahagiaannya, harapan-harapannya. Dan mungkin juga sedikit kekhawatirannya sekaligus keinginannya untuk mendapatkan suami yang memberikan perlindungan, rasa aman, ketentraman, ikatan bathin dan penerimaan. Masih ada kehangatan yang tersisa menuju peraduan malam yang indah. Kerlingan mata dan pembicaraan singkat dan sederhana bisa mengantarkan pasutri ke peraduan sebelum menutup malam zafaf dengan do'a dan memanjatkan rasa syukur kepada Allah SWT. Setelah melantunkan do'a, terkatuplah mata perlahan-lahan. Sedangkan tangan pasutri masih saling menggenggam erat. Ada ketentraman di sana. Seolah-olah keduanya tak ingin dipisahkan lagi. Lakukanlah mandi janabah bersama, guna melengkapi kemesraan di malam zafaf, seperti yang dicontohkan Rasulullah SAW bersama istri tercintanya Aisyah RA. Semoga ikatan hati semakin kuat, dan jalinan perasaan (al 'athifah) semakin tumbuh. Masih ada gurauan-gurauan kecil sewaktu mandi bersama.<br />
<br />
Malam pengantin sejatinya bukan hanya sekadar milik pasangan baru. Tapi semestinya ia tetap lestari, subur dan tak boleh luntur meskipun usia pernikahan telah uzur. Tentunya dengan format, resep dan menu yang berbeda. Umur pernikahan boleh lapuk namun cinta dan kasih dalam keluarga tetap harus dipupuk. Di saat bahtera rumah tangga sedang dihantam badai konflik, kemelut yang cukup menegangkan persendian, maka mengenang keindahan malam-malam pengantin adalah satu solusi jitu untuk mengembalikan rumah tangga pada iramanya yang tenang. Agar kicauan burung-burung kembali terdengar, menyanyi dan bersenandung merdu. Di kala bunga-bunga cinta yang tumbuh di hati mulai kering dan layu, segeralah alirkan memori indah malam pengantin syahdu yang mendayu-dayu, agar ia bisa menjadi musim semi dalam taman rumah tangga. Kehadiran anak dalam rumah tangga, tidak menghalangi pasutri untuk menghidupkan kembali malam-malam pengantinnya, tentunya dengan mengatur tempat dan waktu yang tepat.<br />
<br />
Bagi pasutri yang belum memiliki keturunan, jadikanlah malam-malam di awal musim panas ini menjadi malam-malam pengantin yang menyejukan hati dengan bumbu-bumbu yang serba baru. Belum hadirnya anak dalam rumah tangga, anggaplah sebagai bulan madu yang terus diperpanjang. Dan bagi yang masih hidup menyendiri, isilah malam-malam yang panjang dengan dzikir dan shalat malam. Perbanyaklah do'a di hadapan-Nya, agar sang bidadari atau sang arjuna yang dinanti dan didamba segera hadir menjelma di alam nyata. Jangan anda habiskan waktu luang untuk menghayalkan malam pengantin yang saatnya belum tentu. Karena keindahan yang anda bayangkan justru membuat anda semakin meradang dan menjerit pilu. Allahu A'lam bishawab.<br />
<br />
silahkan lihat di: http://www.pks-arabsaudi.org/pip/?pilih=lihat&id=232Saiful A. Ritongahttp://www.blogger.com/profile/18224646366203620872noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5667707626430986830.post-75558943749213572222010-05-27T20:41:00.000-07:002010-05-27T20:41:24.737-07:00Mengungkapkan isi hatiHari ini, belum berapa lama mentari bersinar. Tapi hangatnya sudah terasa membakar diri. Gerah. Yang secara tidak langsung membuat marah. Tersinggung sedikit aja, langsung naik pitam. Gondok yang luar biasa.<br />
<br />
Dekapan akan pekerjaan membuat hati semakin bosan. Ingin berlari meninggalkan semua. Bersepi tenang di alam segar. Menghirup udara sehat penuh ketenangan.Di iringi gemericik air yang berderak. Menguraikan semua bahan yang berani masuk ke arusnya. <br />
<br />
Dentuman waktu belum mampu menggerakkan diri. Masih berbalut sungkan dan berbusana enggan. Menaikkan bilangan ketidakmampuan berbuat sebuah makna untuk kehidupan. Bosan dan takut. Bosan dengan kondisi yang ada namun takut berbuat sesuatu yang di luar kebiasaan. Ingin membungkam semua yang bersuara. Ingin mendiamkan semua yang ribut. Diam. Tenang. Itulah yang membawa senyum diam dan tanpa ekspresi. Tatapan kosong seolah tanpa beban. Perilaku diam seolah tidak peduli. Sebagai ungkapan hati yang resah dan gelisah menjalani hidup yang payah. <br />
<br />
Semua hanya membawa pada detik keterlupaan dari sekian masalah pelik. Karena memang sudah diberhentikan dari berbagai kinerja dan fungsi. Kediaman itu harus dijalani dan mau tidak mau harus diikuti. Kelahiran semua keisengan boeh jadi hadir dari situ. Tapi, kini iseng yang tak seberapa itu membuahkan hasil ayng luar biasa.<br />
<br />
Ketersingkiran dan keterasingan melingkupi semua jiwa dan paradigma. Pikiran semakin picik. Semakin sempit. Mendatangkan keengganan untuk berkarya dan beramal dakwah. Semua hal yang mengusik diri karena terasa tidak sesuai dakwah hanya didiamkan. Karena memang di lahan ijtihadi. Dan kini hubungan itu sudah diberhentikan.<br />
<br />
Posisi yang aneh. Walaupun sebenarnya dalam dakwah tidak mempedulikan struktur dan jabatan. Yah, pemahaman itu harus dihunjamkan di hati. Bukan di mana sekarang yang penting. Tetapi peran apa yang dilakukan. sekarang, saat ini. Apa pengaruhnya bagi dakwah. Pertanyaan sejenis harus bertabur di benak. Agar bisa eksis walaupun dari tepi.<br />
<br />
Yah, eksistensi sebagai kader. Itu yang harus dijaga. <br />
<br />
Lain lagi, pengaruh usia yang berkaitan dengan perkembangan biologis dan psikologis. Gerakan rasa fitrah itu menjadi lintasan yang tak kenal henti. Dan tak jarang membuahkan ketidakteratuaran amal bahkan kemaksiatan. Mengungkapkan isi hati adalah cara mengurangi tekanan lintasan itu. Lintasan itu harus dialihkan ke araah yang tidak salah. Setidaknya dilepaskan di daerah yang memiliki efek terkecil.<br />
<br />
Semakin sensitif aja. Semakin aneh. semakin tertinggal.<br />
<br />
Akankah ini menjadi kejadian yang direkamkan sejarah untuk diri? Melawan rasa itu tidak mudah. Mengaturnya juga tidak gampang. Ia berseifat bolak balik. Rasa itu erat dengan kondisi hati. Semoga saja beratubat dengan segera dan sungguh-sungguh. <br />
Semoga sukses!!Saiful A. Ritongahttp://www.blogger.com/profile/18224646366203620872noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5667707626430986830.post-48368331732928207942010-05-18T19:58:00.000-07:002010-05-18T19:58:23.086-07:00MENYIKAPI CINTARasa itu hadir tanpa pemberitahuan. Ia merasuk ke dalam hati dan menjalar ke seluruh tubuh mengikuti aliran darah. Jika tersalah maka ia akan disusupi syetan. Maka, jadilah ia cinta yang dilandasi nafsu. Cinta itu pun akan berbunga syahwat yang kian membara mencari sasarannya. Dan ini lah yang sering menjadikan pemilik rasa itu melakukan, terkadang, hal-hal di luar hal yang dibenarkan.<br />
<br />
Akan menjadi berbeda bila cinta itu mengalir seiring aliran darah dan ditaburi sinar hidayah. Maka ia akan menjadikan pemilik rasa itu semakin dewasa dan mendekat pada peciptanya. Boleh jadi kedu ahal ini silih berganti terjadi pada diri seseorang. <br />
<br />
Rasa suka pada lawan jenis yang sering diidentikkan dengan cinta, sebenarnya adalah fitrah manusia. Allah sudah menyatakan yang demikian dalam surat Ali Imran ayat 14. Dan ia bukan dosa. Hanya saja penempatannya dan pengelolaannya bisa menjerumuskan ke lembah dosa jika tidak mengikuti rambu-rambu.<br />
<br />
Sikap terbaik yang harus dilakukan untuk menyikapi rasa itu adalah:<br />
1. Menyadari rasa itu adalah fitrah manusia dan tidak menyepelekannya. <br />
Kehadiran rasa itu harus menyadarkan kita bahwa kita adalah hamba yang sangat lemah, sehingga untuk mengusir rasa itu pun kita tidak mampu. Ingatlah tata urutan cinta yang Allah paparkan dalam surat Attaubah ayat 24. Renungi ayat dan kandungannya dan sebarkan maknanya ke dalam hati. Rasakan cinta itu dalam hati. Di manakah posisinya? Sudahkah tepat sesuai surat Attaubah ayat 24? <br />
<br />
2. Menjaga diri dari melanggar aturan pergaulan. Bahwa sebelum ijab kabul diucapkan, maka aturan syariat tentang hubungan lawan jenis masih berlaku. Jangan membuat orang yang kita cintai merasa bersalah dan berdosa. Karena boleh jadi, ketika dia tahu rasa itu ada di hati kita terhadapnya, dia akan merasa gagal menjaga hijabnya. Jangan siksa orang yang dicintai dengan perasaan bersalah. Tak perlu memberi sinyal-sinyal cinta sehingga dapat merusak komunikasi. Kata kuncinya adalah menjaga pandangan. <br />
<br />
3. Menilai diri. Sudahkah layak dan sanggup untuk menyempurnakan agama? Karena rasa itu diberkahi dengan dijalinnya hubungan yang suci.Pernikahan.<br />
Kalau belum, jagalah sikap dan adab terhadap orang yang dicintai. Sepatutnya kita memuliakan yang kita cintai bukan menghinakannya. Ingatlah, bahwa lelaki yang mengatakan rasa sukanya kepada seorang wanita tetapi ia tidak berani melamarnya seketika itu, maka ia adalah pendusta. Ia menjadi penggoda bagi orang yang dia sayangi.<br />
<br />
4. Jangan berlaku keras terhadap rasa itu . Wajar sajalah. Semakin ia di tekan maka perlawanannya semakin kuat. Tapi jangan diikutkan. Sadari bahwa orang yang kita cinta itu juga manusia yang memiliki kekurangan. Kalaupun ia sempurna di mata kita, belum tentu ia yang terbaik dan tepat untuk kita. Karena hubungan itu bukan untuk pelampiasan keinginan saja. Tapi ada tujuan yang mulia yang harus ada ketika hubungan suci, pernikahan, itu dikibarkan. Banyaklah belajar ilmu tentangnya. <br />
<br />
5. Isilah pikiran dan hati dengan hal yang bermanfaat. Memperbanyak zikir (membaca Al quran, shalat) dan mengadukan isi hati itu pada pemiliknya merupakan langkah utama yang tak boleh ditinggalkan. Luapkan rasa itu, mengadulah pada Allah, titiskan saja air mata itu dan rasakan kehinaan diri dan kekurangan diri. Ingatlah! Rasa itu adalah lintasan pikiran yang apabila tidak kita usik maka ia akan segera berlalu.Sama seperti oarang yang melintas di depan rumah kita. Jika ia kita sapa, maka ia akan berbicar banyak dan bisa mempengaruhi kita. Maka sapalah lintasan pikiran yang lain.<br />
<br />
6. Jika rasa itu menuntut peluapan, maka luapkan saja pada media tulis alias buku diari. Jangan malu. Ungkapkan dan simpan rapi. Tetapi jangan dijadikan sebagai konsumsi umum dan jangan disebarluaskan kepada siapapun. Bahkan boleh jadi dengan begitu ada kesempatan untuk berkarya melalui tulisan. Bukankah dakwah dengan pena itu juga pernah dilakukan Rasul saw. Tapi jangan coba untuk menuliskan sesuatu dengan tujuan agar di baca si dia. <br />
<br />
7. Hindari hal-hal yang mengingatkan kita pada si dia.<br />
<br />
8. Berbenah diri. Siapkan diri untuk pantas dan dan layak untuk mendampinginya. Jalin komunikasi dengan orang tua dan pihak terkait (red: Murabbi). Jika sudah mantap maka majulah ke jenjang selanjutnya. Sempurnakan agama denga menikah, separuhnya lagi denga bertakwa.<br />
<br />
9. Jangan ngotot. Jangan berpikiran picik, bahwa dia satu-satunya yang tepat. Maka tujuan memuliakan dan bertakwa juga dakwah harus dijadikan pokok pikiran utama dalam proses pernikahan. Tujuan kita adalah ridha Allah bukan sosoknya itu. Bukankah Allah maha tahu? Siapakah yang lebih tahu mana yang terbaik buat kita selain Allah azza wa jalla?<br />
<br />
10. Jika masih harus menunda, bersabarlah. Perbanyak benteng diri. Berpuasa. Begitu kata Rasul saw dalam haditsnya. Dan teruslah berbenah diri untuk menjadi pantas dan mampu. <br />
<br />
11. Senantiasalah menjalin cinta yang lebih kuat kepada Allah daripada selainnya. Buktikan cinta itu dengan mengikuti Rasul-Nya. Seperti apa yang Allah cantumkan dalam surat Ali Imran ayat 31.<br />
<br />
Semoga Allah mudahkan semua orang yang memelihara dirinya dari kehinaan. Yang bersusah payah untuk menjadi manusia yang tidak sama dengan binatang. Fa'tabiiru yaa ulil albaab. Wallahua'lam bish shawab.Saiful A. Ritongahttp://www.blogger.com/profile/18224646366203620872noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5667707626430986830.post-8361256563838071622010-05-17T04:35:00.000-07:002010-05-17T05:05:47.702-07:00Saat Jatuh CintaAku sadari bahwa rasa ini tidaklah dosa. Tetapi kesalahan menyikapinya bisa membuat jadi berdosa. Dan aku tidak bisa membohongi hatiku bahwa aku memiliki rasa simpati dan kekaguman pada seorang yang menawan di mataku. Aku tau dia tidaklah sempurna. Tapi tak tahu kenapa aku merasa dialah yang bisa membuat aku semakin berarti.<br />
<br />
Untukmu yang kucinta<br />
Perasaan ini tak akan aku utarakan padamu karena memang tak layak. Aku hanya akan sampaikan isi hatiku ini padamu jika memang takdir sudah nyata bahwa aku halal untukmu. <br />
Aku mencintaimu. Tanpa sebab. Karena cinta ini hadir seketika dan tak pernah kuundang. Aku semakin sakit disaat ia kuusir. Aku sadar, cintaku tetaplah kuutamakan pada-Nya. Terus terang cintaku padamu tak sebesar cintaku padamu. Karenanya, rasa ini hanya akan membawaku pada kebaikan. Takkan aku tampakkan. Biarlah dirimu ada dihatiku sebagai rasa fitrah. Tak lebih. Semoga Dia kuatkan aku menjaga rasa ini agar tidak menjadi fitnah. Aku tahu ungkapan via tulisan ini akan menuai kontroversi. Tapi aku hanya menetralkan hati dengan mengungkapkannya. Walaupun semua terapi hati yang kuketahui sudah kulakukan, tetap saja ia menggelora dan sering menjadi bayangan yang dihiasi nafsu.<br />
<br />
Aku mencintaimu. Aku tahu aku bukan seorang yang luar biasa. Aku juga tidak berharap engkau sempurna. aku hanya ingin engkau semakin berarti dengan kebersamaan yang tercipta, semoga. Aku ingin engkau menjadi penyokong kelemahanku. Dan aku berharap bisa meneguhkanmu dan menambah daya peranmu di dalam kebaikan.<br />
<br />
Semoga pertemuan itu semakin nyata. Walaupun pada akhirnya, tidak bertemu, aku yakin perasaan ini akan berganti arah kepada yang Allah berikan. Rasa ini akan tetap ada dan akan memuliakanmu. Bukan salahmu.<br />
<br />
Aku sungguh ingin menjadi pendampingmu. Memberikan apa yang aku mampu untuk membuatmu bahagia. aku cinta padamu.Saiful A. Ritongahttp://www.blogger.com/profile/18224646366203620872noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5667707626430986830.post-56762068338855437262010-04-22T10:20:00.000-07:002010-04-22T10:26:23.732-07:00BILA HADIR RASA CINTA, JADIKAN IA CINTA YANG MEMBAWA KITA KE SURGAJatuh ....yang tak mengundang orang simpati ialah jatuh cinta.CINTA adalah fitrah dan karunia ILLAHI.Tidak ada siapapun yang dapat melarikan diri daripada mencintai dan dicintai.Namun demikian , puncak CINTA........ada orang masuk surga karena CINTA dan tak sedikit orang yang di hujam ke neraka gara-gara CINTA.CINTA yang bagaimana yang bisa membawa seseorang ke surga?<br /><br />CINTA yang dialirkan oleh ALLAH kedalam hati, itulah CINTA yang benar, suci lagi murni.CINTA yang bukan diukur ikut pandangan mata,tapi ikut pandangan ALLAH.Ia ada karena ALLAH dan CINTA diberipun untuk dapat keridhoan ALLAH.CINTA begini tiada batasannya.Tidak pula kenal jenis kelamin dan kedudukan.Dan CINTA lahir hasil dari samaCINTA pada ALLAH.<br /><br />CINTA ynag sesungguhnya ini bisa berlaku pada lelaki dan lelaki,perempuan dengan perempuan,lelaki dengan perempuan,antara murid dengan guru,suami dengan istri,sahabat dengan sahabat,rakyat dengan pemimoin, antara umat dengan Nabinya dan yang paling tinggi antara hamba dengan TUHANNYA.<br /><br />CINTA KARENA ALLAH<br /><br />Kalau berlaku antara lelaki dan perempuan yang tidak diikat oleh perkawinan , mereka tak akan memerlukan untuk berjumpa,berbicara atau melakukan apa saja yang bertebntangan dengan kemauan ALLAH.<br /><br />CINTA mereka tidak akan tercela oleh nafsu birahi.Sebaliknya CINTA itu adalah tautan hati yang berlaku walaupun tak pernah berjumpa atau baru kenal tapi hati rasa sayang dan rindu.Hati sedih kalau orang yang kita cintai ditimpa susah,senangkalau yang dicintai itu senang.Sanggup susah dan korbankan diriuntuk senangkan orang yang dicintai.<br /><br />CINTA yang begini diceritakan dalam hadist, yaitu seorang lelaki yang bertemu dan berpisah dengan sahabatnya karena ALLAH maka mereka akan mendapat perlindungan 'ARSY ALLAHdipadang mahsyar nanti,hari dimnan masing-masing orang mengharap sangat lindungan dari matahari yang sejengkal saja dari kepala.<br /><br />Kalau bertlaku antara suami istri , maka istri akan meletakkan seluruh ketaatan pada suami,hormat dan melayani suami tanpa jemu.Baik ketika suami tunjukkan sayang atau ketika suami marah-marah.Baik ketika suami kaya atau miskin ,atau suami kawin lagi , CINTA istri pada suami tidaka akan terbagi.<br /><br />Karena CINTANYA pada suami datang dari ALLAH hasil ketaqwaan istri.Biarpun datangtopan badai,melanda rumah tangga,istri tetap memberikan CINTAnya yang utuh dan teguh.<br /><br />Begitu juga suami , CINTA pada istri tidak pandang itu istri tua atau muda.Terpatri pada hatinya.Selagi istri taat pada ALLAH,istri tetap dikasihinya.Kalau dia ada empat istri,tentulah istri-istri akan bertanya -tanya , istri yang manakah yang paling dicintai oleh suami?Kalau CINTA itu bersumber dari ALLAH , tentu istri yang paling bertaqwalah yang paling dicintai oleh suami lebih dari istri-istri yang lain.<br /><br />CINTA ALLAH YANG UTAMA<br /><br />Sumber CINTA yang datang dari ALLAH akan meletakkan ALLAHyang paling tinggi dan utama.Bila berlaku perseteruan antara CINTA ALLAH dengan CINTA pada makhluk maka CINTA ALLAH dimenangkan.<br /><br />Misalkan seorang istri yang CINTA pada suaminya.Tiba-tiba suami melarang istri melakukan ketaatan pada ALLAH, dalam hal menutup aurat, padahal tutup aurat itu ALLAH wajibkan.Maka kecintaan pada ALLAH itu akan mendorong nya untuk tetap malaksanakan perintah-NYA walaupun suami tidak suka ataupun harus kehilangan suami.<br /><br />Sanggup dilakukan sebagai pengorbanan CINTAnya pada ALLAH.Sebaliknya kalau dia turut kemauan suami artinya kata CINTA pada ALLAH hanya pura-pura,CINTAnya bukan lagi bersumber kan ALLAH tapi datang dari nafsu.<br /><br />CINTA yang datang dari ALLAH menyebabakan seseorang cukup takut untuk melanggar perintah ALLAH yang kecil ,apalagi yang besar.Seseorang yang sudah dapat mencintai ALLAH ,CINTA ynag lain jadi kecil dan rendah baginya.<br /><br />Sejarah menceritakan kisah CINTA Zulaikha terhadap Nabi Yusuf.Sewaktu Zulaikha dibelenggu oleh CINTA nafsu yang berkobar-kobar pada Nabi Yusuf , dia sanggup hendak menduakan suaminya ,yang seorang menteri.<br /><br />Ketika Nabi Yusuf menolak keinginannya, ditariknya baju Nabi Yusuf hingga terkoyak.Akibat dari peristiwa itu ,Nabi Yusuf masuk penjara.Tinggalah Zulaikha memendam rindu CINTANYA kepada Yusuf.<br /><br />Penderitaan CINTA yang ditanggungb oleh Zulaikha menyebabakandia berubah dari seorang perempuan yang cantik menjadi perempuan tua yang tidak cantik lagi.Matanya banyak menangis terkenangkan Yusuf,hartanya habis dibagi-bagikan karena Yusuf.Sehingga datanglah belas kasihan dari ALLAH terhadapnya.Lalu ALLAH mewahyukan agar Nabi Yusuf mengawini Zulaikha setelah ALLAH mengembalikan kesehatan dan kecantikannya.<br /><br />Peliknya , ketika Zulaikha mengenal ALLAH,datanglah CINTAnya pada ALLAH sehingga waktunya lebih banyak di habiskan untuk bermunajat dengan ALLAH dalam ibadah dan dzikir.<br /><br />Begitulah betapa CINTA yang dulunya datang dari nafsu dapat dipadamkan bila kenal dan CINTA pada ALLAH.CINTA ALLAH adalah CINTA taraf tinggi.Puncak CINTA ini ialah pertemuan yang indah dan penuh rindu di surga yang dipenuhi kenikmatan.<br /><br />CINTA pada ALLAH akan lahir pada orang yang mengenal ALLAH.Karena CINTA lahir ada penyebanya.Kalau wanita CINTA pada lelaki karena kayanya,baiknya , tampan, dan sebagainya dan lelaki CINTA wanita jarena cantik,baik ,lemah lembut dan sebagainya maka bagi mereka yang berakal akan merasa lebih patut dicurahkan rasa CINTA pada ALLAH karena segala kenikmatan itu datangnya dari ALLAH.<br /><br />Ibu bapak ,suami istri, sahabat, handai taulan dan siapa yang mengasihi dan mencintai kita , hakekatnya semuanya datang dari ALLAH.Kebaikan ,kemewhan dan kecintaan yang diberikan itupun atas rahmat dan belas kasih dari ALLAH pada kita.Sehingga ALLAH izinkan makhluk-NYA yang lain CINTA pada kita.<br /><br />ALLAH yang menciptakan kita makhluk-NYA , kemudian diberinya kita berbagai nikmat seperti sehat,gembira dan lain-lain.Baik kita ingat pada-NYA ataupun waktu kita lalai , tetap diberi-NYA nikmat-nikmat itu.Begitulah , kebaikan ALLAH pada kita terlalu banyak sebagaimana firman-NYA, yang berarti:<br />"Kalau kamu hendak menghitung nikmat -nikmat ALLAH, niscaya tidak akan terhitung."<br /><br />Besar sungguh jasa ALLAH dari menciptakan menghidupkan dan memberi rezeki, suami , istri, rumah dan macam-macamlagi yang dengannya kita melalui kehidupan dengan aman bahagia.<br /><br />Alangkah biadabnya kita kalu segal pemberian ALLAH itu kita ambil , tapi lupa untuk bersyukur pada yamag Memberi.ALLAH bisa saja menyusahkan dan menyenangkan kita dengan Kehendak-NYA.<br /><br />Oelh itu orang yang betul kenal dan beradab, dia malu pada ALLAH. malah karena malunya itu dia tidak nampak yang lain lebih hebat dari ALLAH.CINTAnya tertumpu pada ALLAH ,penyerahan diri pada ALLAH sungguh- sungguh.<br /><br />Setiap saat menanggung rindu.lalu waktunya di habiskan untuk berbisik- bisik dengan kekasihnya.Bila CINTA ALLAH sudah penuh dalanm hatinya , maka tidak ada tempat lagi untuk CINTA selain dari itu.<br /><br />Ada orang mengatakan :"JIKA KAU BERIKAN HATIMU ATAUPUN CINTAMU PADA MANUSIA NISCAYA CINTAMU NISCAYA DIA AKAN MEROBEK -ROBEKNYA.TAPI KALAU HATI YANG PECAH ITU DIBERIKAN PADA ALLAH NISCAYA AKAN DISATUKANNYA .ARTINYA CINTA DENGAN ALLAH PASTI TERBALAS. DAN ALLAH TIDAK MEMBIARKAN ORANG YANG DICINTAI-NYA MENDERITA DI AKHERAT."<br /><br />Jadi seorang yang bijak dan beradap akan meletakkan kecintaan yang besar pada ALLAH, pada Rasulullah dan barulah pada makhluk -makhluk lain di samping-NYA.Itulah peletakan CINTA yang yang betul dan menguntungkan didunia dan di akherat. Itulah dia CINTA kita pada ALLAH SWT yang patut kita letakkan.<br /><br />SEKALI RASA CINTA ITU HADIR..........<br />INGATLAH IA ADALAH KARUNIA ALLAH.............<br />HIDUP INI MENJADI INDAH KARENA CINTA............<br />CINTA YANG SUCI...............<br />BUKAN CINTA YANG MENYERET KE NERAKA.<br />SEKALI RASA CINTA ITU HADIR .....................<br />SAMBUTLAH DENGAN BENAR............<br />JAGA...................PELIHARA.....................<br />DAN JADIKAN IA CINTA YANG MENGHANTARKAN KE SURGA..................<br /><br />{MUTIARA AMALY}.Saiful A. Ritongahttp://www.blogger.com/profile/18224646366203620872noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5667707626430986830.post-15028439766012407682010-03-18T18:12:00.000-07:002010-03-18T18:13:10.320-07:00Taujih dari DR. Muhammad Badi, Mursyid Am Ikhwanul Muslimin, 04-02-2010Penerjemah:Abu ANaS<br /><br />Segala puji bagi Allah, Shalawat dan salam atas Rasulullah saw, dan orang-orang yang mendukungnya<br /><br />Allah SWT berfirman:<br /><br />مِنَ الْمُؤْمِنِينَ رِجَالٌ صَدَقُوا مَا عَاهَدُوا اللَّهَ عَلَيْهِ فَمِنْهُمْ مَنْ قَضَى نَحْبَهُ وَمِنْهُمْ مَنْ يَنْتَظِرُ وَمَا بَدَّلُوا تَبْدِيلاً<br /><br />“Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; Maka di antara mereka ada yang gugur. dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu- nunggu dan mereka tidak merubah (janjinya)”. (Al-Ahzab:23)<br /><br />وَلا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتًا بَلْ أَحْيَاءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ<br /><br />“Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup[248] disisi Tuhannya dengan mendapat rezki”. (Al Imran: 169).<br /><br />Kami ingin menghadirkan peringatan hari syahidnya Hasan Al-Banna, 12 Pebruari tahun 1961, yang kita menyadari bahwa Hasan Al-Banna telah pergi untuk menghadap Tuhannya dengan penuh keridhaan dan diridhai; banyak peluru telah menembus tubuhnya yang selalu menghabiskan waktu malamnya dengan bersujud dihadapan Allah, dan pada siang harinya berjuang di jalan Allah menyusuri pelosok daerah dan kota di Mesir, dari ujung hingga ujung lainnya, namun semangat, manhaj dan pembangunan yang beliau tegakkan tetap membara, dan seiring dengan berjalannya waktu kekokohan dan peraturan kian terus bertambah dan meningkat, Imam Syahid Hasan Al-Banna telah memberikan darahnya yang suci dan bersih sebagai martir dan bahan bakar yang tidak akan pernah putus, namun terus melahirkan para syuhada dan air mata para sajidin (ahli sujud) dihadapan Allah SWT, ketegaran orang-orang yang disiksa di penjara, dan doa jutaan tahanan dan keluarga mereka kepada Allah, Tuhan semesta alam, dan keteguhan orang-orang yang mengorbankan hartanya yang berharga dan jiwanya yang mahal di jalan Allah dalam mempertahankan aqidah, fikrah dan manhaj mereka untuk menggapai ridha Allah, Tuhan semesta alam; karena Allah adalah tujuan mereka, Rasul adalah teladan mereka, jihad adalah jalan mereka, syariat adalah manhaj mereka, dan kematian di jalan Allah adalah cita-cita tertinggi mereka, mereka jujur kepada Allah dan Allah menerima kejujuran mereka.<br /><br />Beliau memiliki nama yang bernasib baik; beliau telah meletakkan bangunan besar dan menjulang tinggi, menghirup kebaikan dari sirah Nabi saw sebagai manhaj yang jelas dan gamblang untuk melakukan reformasi dan perubahan; guna mencapai tujuan dan misi yang mulia dan suci yaitu bangkitnya umat Islam, menghidupkan kembali kemuliaannya, memulihkan martabat dan kepemimpinannya di seluruh dunia, setelah membebaskan tanah air dan mengembalikan entitas internasional untuk umat ini.<br /><br />Metode ini telah dibuat langkah-langkahnya, ditentukan karakternya<br /><br />Bersumber dari firman Allah SWT:<br /><br />إِنَّ اللَّهَ لا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ<br /><br />“Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”. (Ar-Ra’ad:11)<br /><br />Dan firman Allah:<br /><br />ذَلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ لَمْ يَكُ مُغَيِّرًا نِعْمَةً أَنْعَمَهَا عَلَى قَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ<br /><br />“(siksaan) yang demikian itu adalah karena Sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan meubah sesuatu nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada suatu kaum, hingga kaum itu meubah apa-apa yang ada pada diri mereka sendiri”. (Al-Anfal:53)<br /><br />Dan firman Allah:<br /><br />قُلْ هُوَ مِنْ عِنْدِ أَنْفُسِكُمْ<br /><br />“Katakanlah, itu datang dari sisi kalian sendiri” (Ali Imran:165)<br /><br />Dan firman Allah:<br /><br />وَضَرَبَ اللَّهُ مَثَلاً قَرْيَةً كَانَتْ آمِنَةً مُطْمَئِنَّةً يَأْتِيهَا رِزْقُهَا رَغَدًا مِنْ كُلِّ مَكَانٍ فَكَفَرَتْ بِأَنْعُمِ اللَّهِ فَأَذَاقَهَا اللَّهُ لِبَاسَ الْجُوعِ وَالْخَوْفِ بِمَا كَانُوا يَصْنَعُونَ<br /><br />“Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezkinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah; karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat”. (An-Nahl:112)<br /><br />Beliau menetapkan konsep kerja yang kongkret dan objektif, yang mebuktikan pada hari-hari ini akan kelayakan dan utilitasnya, berbeda dengan kegagalan yang dilakukan oleh kelompok pemilik rencana dan konsep yang premature; konsep yang bermula dengan melakukan perbaikan pada individu, pembentukan rumah tangga Islami, mengarahkan masyarakat kepada yang lebih baik, memerangi kejahatan dan kemungkaran, lalu berlanjut pada kemerdekaan tanah air dari segala dominasi dan hegemoni asing, mereformasi dan memperbaiki pemerintah sehingga mereka mau berjalan sesuai dengan manhaj Islam, dan berakhir pada kembalinya entitas internasional untuk umat Islam dan guru bagi dunia, tanpa melakukan pengawasan satu dengan yang lainnya, bahkan menuju kemanusiaan global seperti yang dibawa oleh Islam.<br /><br />Imam syahid pada awal dakwah yang memiliki asas dan sebagai rukun padanya “Dari mana kami memulai”?<br /><br />إِنَّ تَكْوِيْنَ الأُمَمِ، وَتَرْبِيَةَ الشُّعُوْبِ، وَتَحْقِيْقَ الآمَالَ، وَمُنَاصَرَةَ الْمَبَادِئِ؛ تَحْتَاجُ مِنَ الأُمَّةِ الَّتِي تُحَاوِلُ هَذَا أَوْ مِنَ الْفِئَةِ الَّتِي تَدْعُوْ إِلَيْهِ عَلَى الأَقَلِّ إِلَى قُوَّةٍ نَفْسِيَّةٍ عَظِيْمَةٍ، تَتَمَثَّلُ فِي عِدَّةِ أُمُوْرٍ: إِرَادَةٌ قَوِيَّةٌ لاَ يَتَطَرَّقُ إِلَيْهَا ضَعْفٌ، وَوَفَاءٌ ثَابِتٌ لاَ يَعْدُو عَلَيْهِ تُلَوُّنٌ وَلاَ غَدَرٌ، وَتَضْحِيَةٌ عَزِيْزَةٌ لاَ يَحُوْلُ دُوْنَهَا طَمَعٌ وَلاَ بَخْلٌ، وَمَعْرِفَةٌ بِالْمَبْدَأِ وَإِيْمَانٌ بِهِ وَتَقْدِيْرٌ لَهُ، يَعْصِِمُ مِنَ الْخَطَأَ فِيْهِ وَالانْحِرَافِ عَنْهُ وَالمُسَاوَمَةِ عَلَيْهِ وَالْخَدِيْعَةِ بِغَيْرِهِ.. عَلَى هَذِهِ الأَرْكَانِ الأَوَّلِيَّةِ الَّتِي هِيَ مِنْ خُصُوْصِ النُّفُوْسِ وَحْدِهَا، وَعَلىَ هَذِهِ الْقُوَّةِ الرُّوْحِيَّةِ الْهَائِلَةِ تُبْنَى المَبَادِئُ، وَتَتَرَبَّى الأُمَمَ النَّاهِضَةَ، وَتَتَكَوَّنَ الشُّعُوْبَ الَفَتِيَّةَ، وَتَتَجَدَّدَ الْحَيَاةَ فِيْمَنْ حُرِمُوا الْحَيَاةُ زَمَنًا طَوِيْلاً<br /><br />“Bahwa pembentukan suatu bangsa, pembinaan suatu umat, untuk mewujudkan harapan, menyokong prinsip-prinsipnya; membutuhkan peran dari umat yang berusaha melakukan ini atau suatu kelompok yang menyeru kepadanya, minimal pada kekuatan psikologis yang besar, yang terdiri pada beberapa hal: keinginan yang kuat yang tidak ada kelemahan di dalamnya, keteguhan yang tidak terkontaminasi atau ada pengkhianatan di dalamnya, pengorbanan yang murni yang tidak dihalangi oleh adanya keserakahan dan kekikiran, mengenal tentang prinsip, meyakininya dan menghargainya, terlindung dari kesalahan di dalamnya, tidak ada penyimpangan dan tawar-menawar serta penipuan padanya…. Berbagai rukun yang utama ini merupakan bagian dari karakteristik jiwa itu sendiri, merupakan kekuatan kekuatan spiritual yang luar biasa ini yang mampu membangun dan memperkokoh prinsip-prinsip, dan membina umat untuk bangkit, yang terdiri dari umat dari kalangan muda dan energik, dan memperbaharui hidup dari mereka yang telah begitu lama telah kehilangan semangatnya. “<br /><br />Setiap bangsa yang kehilangan empat karakter diatas atau setidaknya kehilangan penuntunnya dan penyeru reformasi di dalamnya, akan menjadi bangsa yang miskin dan kacau, tidak akan dapat meraih kebaikan, tidak akan mampu mewujudkan harapan, dan akan terpaku pada kehidupan dalam suasana mimpi, berfantasi dan wahm (praduga).<br /><br />إِنَّ الظَّنَّ لا يُغْنِي مِنَ الْحَقِّ شَيْئًا<br /><br />“Padahal sesungguhnya praduga itu tidak memberikan kebaikan sedikitpun” (Yunus:36).<br /><br />Ini adalah hukum Allah dan sunnatullah dalam ciptaan-Nya, dan kita tidak akan menemukan perubahan sedikitpun dari sunnatullah ini<br /><br />إِنَّ اللَّهَ لا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ<br /><br />“Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”. (Ar-Ra’ad:11)<br /><br />Dan dengan jelas beliau menyatakan bahwa kebangkitan suatu bangsa tidak akan tercapai hanya pada dasar-dasar Islam dan aturan-aturannya, dan inilah yang ditetapkan setelah syhadinya Al-Banna pada keyakinan umat, dan diungkapkan oleh umat Islam pada setiap referendum atau pemilu yang bebas dan adil dengan mendukung proyek Islam.<br /><br />Imam Al-Banna berkata:<br /><br />إِذَا كَانَ الإِخْوَانُ الْمُسْلِمُوْنَ يَعْتَقِدُوْنَ أَنَّ اللهَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى وَضَعَ فِي هَذَا الدِّيْنِ الْقَوِيْمِ كُلَّ الأُصُوْلِ اللاَّزِمَةِ لِحَيَاةِ الأُمَمِ وَنَهْضَتِهَا وَإِسْعَادِهَا؛ فَهُمْ يُطَالِبُوْنَ النّاسَ بِأَنْ يَعْمَلُوْا عَلَى أَنْ تَكُوْنَ قَوَاعِدَ الإِسْلاَمَ الأُصُوْلَ الَّتِي تُبْنَى عَلَيْهَا نَهْضَةَ الشَّرِقْ الْحَدِيْثِ فِي كُلِّ شَأْنٍ مِنْ شُئُوْنِ الْحَيَاةِ، وَيَعْتَقِدُوْنَ أَنَّ كُلَّ مَظْهَرٍ مِنْ مَظَاهِرِ النَّهْضَةِ يَتَنَافَى مَعَ قَوَاعَدِ الإِسْلاَمِ وَيَصْطَدِمُ بِأَحْكَامِ الْقُرْآنِ؛ فَهُوَ تَجْرِبَةٌ فَاسِدَةٌ فَاشِلَةٌ، سَتَخْرُجُ مِنْهَا الأُمَّةُ بِتَضْحِيَاتٍ كَبِيْرَةٍ فِي غَيْرِ فَائِدَةٍ<br /><br />“Jika Ikhwanul Muslimin percaya bahwa Allah yang Maha Kuasa menempatkan agama yang lurus ini semua dasar-dasarnya yang diperlukan untuk kehidupan bangsa, kebangkitan dan kebahagiannya; Maka mereka juga mengajak umat yang lainnya untuk bekerja dengan mengikuti segala aturan-aturan dasar Islam yang dapat membangun kebangkitan timur dalam segala urusan kehidupan, dan mereka percaya bahwa dari setiap aspek kebangkitan yang tidak sesuai dengan aturan Islam dan bertabrakan dengan Al-Quran; maka akan menjadi pengalaman kegagalan dan kenistaan, darinya akan mengeluarkan umat dengan dengan berbagai pengorbanan yang besar bangsa tanpa ada manfaat sama sekali “.<br /><br />Sungguh telah terbukti pada hari-hari dan peristiwa masa lalu selama lebih dari satu abad, bahwa setiap percobaan suatu kebangkitan yang dilakukan suatu bangsa selalu menemui jalan buntu, dan kita masih saja mencari jalan menuju kemerdekaan yang hakiki, untuk memiliki kehendak yang merdeka, keadilan yang sejati, keadilan sosial dan supremasi hukum, kebebasan secara komunal, dan devolusi kekuasaan, yang berasal dari pemimpin umat yang dihasilkan oleh pemilu yang bebas, meskipun berlalunya zaman di mana umat melewati kekuasaan liberal, sosialisme atau komunisme, kudeta militer, sehingga kita selalu menghadapi berbagai duri dan benturan, lalu kembali dari awal ..<br /><br />Demikianlah yang dilakukan oleh pasukan pendudukan asing (imperialis) atas lebih dari 40 negara, yang dipimpin oleh Amerika Serikat yang berhasil menduduki Palestina, Irak, Afghanistan dan Somalia ..<br /><br />Demikianlah yang terjadi; adanya pangkalan militer AS yang tersebar di seluruh daerah dan negeri yang diduduki pada negara-negara Arab dan Islam dari benua ke benua lainnya melewati Teluk ..<br /><br />Demkianlah perjanjian perdamaian yang dilakukan pemerintah Islam, dan menempatkan pasukan tentara dan polisi dalam menghadapi rakyatnya sendiri atau terhadap negara tetangganya yang muslim ..<br /><br />Semua ini, meskipun manifestasi formalnya adalah kemerdekaan; baik media, konstitusi, parlemen, kementerian, dan meskipun semua kesepakatan evakuasi, bahkan telah menguras kekayaan bangsa Arab dan Muslim; individu, pemerintah, lembaga dan perusahaan, hingga tersesat dalam petualangan harta dan terjerumus pada bank-bank konvensional yang selalu mengkonsumsi riba dua kali lipat, menyia-nyiakan harta hingga triliunan bukan miliaran saja, dan kelaparan yang membunuh jutaan Muslim, kamp-kamp penampungan yang diisi negara Muslim dalam kondisi lapar dan kelelahan dari orang tua, wanita dan anak-anak.<br /><br />Sekalipun demikian, konferensi dan konspirasi yang sering diadakan secara diam-diam pada abad yang lalu dan sekarang diadakan secara terang-terangan, di siang hari bolong, dan dihadiri oleh para pejabat dari anak bangsa kita, para pembuat keputusan yang selalu mengekor pada dikte kekuatan asing; untuk bersekongkol melawan anak bangsa mereka, memberikan dukungan kepada asing untuk melawan orang-orang mereka sendiri. Sungguh menakjubkan sekali!! Dua pertemuan yang dilaksanakan secara bersamaan di London, ibu kota kerajaan Inggris yang masih memainkan peran sebagai penjajah; yang kekuatannya telah hilang dalam memiliki perasaan jutaan umat, namun itulah konspirasi – walaupun semua komisi penyelidikan formal yang tidak melakukan apa-apa – dan kolusi dan mematuhi perintah dari pemimpin baru di dunia; dunia ketidakadilan, tirani dan kesewang-wenangan, untuk mengirim lebih banyak tentara dan menghabiskan lebih banyak uang, tidak untuk tujuan apapun dan bukan untuk alasan apapun, kecuali hanya untuk memotong jalan kebangkitan hakiki di negara Islam, yang dapat dicapai oleh kerja keras anak bangsanya, oleh langkah dan konsep nabinya, dan berjalan sesuai dengan manhaj Islamnya.<br /><br />Demikianlah dunia – dengan Perserikatan Bangsa-Bangsanya dan komunitas internasionalnya – menampilkan entitas apharteidme dan rasisme yang menjijikkan; menodai tanah Palestina, menghancurkan pohon-pohon zaitun dan kebun-kebun anggur, dan membuat jutaan pengungsi lansia, perempuan dan anak-anak, sementara yang sudah menjadi orang tua tidak menadapatkan kunci rumah mereka sebagai hak warisan yang turun dari generasi ke generasi.<br /><br />Meskipun semua perbuatan jahat nan keji yang terus dilakukan oleh komunitas jahat, dan seperti yang terakhir mereka lakukan oleh adanya pembunuhan as-syahid, “Mahmoud Abdul-Rauf Al-Mabhuh” di Uni Emirat Arab oleh agen Mossad, yang ikut hadir bersama dengan menteri Zionis yang telah menodai tanah Arab di bawah bendera konferensi internasional, dan menggunakan paspor Eropa, meskipun puluhan resolusi PBB; seluruh dunia – dan besamanya para pemimpin Arab dan Islam yang hina- tidak mampu bersikap tegas menghadapi pendudukan, dan tidak mampu menuntut balas atas kejahatan keji, bahkan tidak mampu menuntut bela terhadap penggunaan fosfor putih yang dilarang secara internasional baru-baru ini yang ditimpakan atas bangsa mereka sendiri, dan yang telah diakui telah digunakan dalam perang di Gaza setahun yang lalu, namun mereka tetap mendukungnya dengan uang dan senjata, peralatan dan pasukan, bahkan mereka tetap percaya dengan jalan damai dan keamanan melalui berbagai kesepatakan dan tembok dinding, serta mereka terus melakukan perlawanan terhadap pasukan perlawanan yang gagah berani dicegah dalam meraih hak mereka yang sah, sehingga mereka –para pemimpin yang mbalelo- terus melakukan berbagai tekanan dan menggunakan kertas tawar-menawar.<br /><br />Bahwa Hassan Al-Banna tidaklah mati, namun ia tetap ada dari apa yang telah dibina pada penerusnya, meskipun tubuh yang kurus yang terus melakukan safar dan rihlah di jalan Allah telah hancur namun ruhnya tetap ada di tengah para umana (pemimpin) dakwah yang berjuang di seluruh pelosok bumi dalam lima benua.<br /><br />Peristiwa-peristiwa ini hanya membuktikan kebenaran manhaj dan bersihnya dakwah ini.<br /><br />Wahai Ikhwanul Muslimin…<br /><br />Berjalanlah diatas jalan yang penuh keberkahan Allah..<br /><br />Jadilah kalian orang-orang menepati janji dihadapan Allah..<br /><br />Pelajarilah dan tadabburkanlah Al-Qur’an sehingga kalian dapat memahami jalan yang harus ditempuh dan yang telah dibuatkan konsepnya, teruslah berada pada sirah Rasul kalian saw sehingga kalian memahami manhaj kalian sebagai aplikasi praktis sirah Nabi saw…<br /><br />Bekerjalah .. bekerjalah .. Dan bekerjalah .. dan janganlah kalian berputus asa; karena masa depan adalah milik dakwah kalian, dan kemenangan untuk umat kalian ..<br /><br />وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ<br /><br />”Dan Katakanlah: “Bekerjalah kamu, Maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan”. (At-Taubah:105)<br /><br />Maha benar Allah yang maha Kuasa atas segala firman-Nya.Saiful A. Ritongahttp://www.blogger.com/profile/18224646366203620872noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5667707626430986830.post-35336773277569939382010-03-18T17:49:00.000-07:002010-03-18T17:50:59.593-07:00Imam Al-Banna dan Permasalahan UmatRisalah dari DR. Muhammad Badi’ Mursyid Am Ikhwanul Muslimin<br /><br />Penerjemah: Abu ANaS<br /><br /><br />Segala puji bagi Allah, Salawat dan salam atas Rasulullah saw dan orang-orang yang mendukungnya.<br /><br />Hari-hari berlalu, dan tahunpun terlewati, membawa berbagai peristiwa, ujian dan cobaan yang dianggap oleh musuh-musuh Allah alat pamungkas untuk membasmi, namun hal itu tidak berarti bagi Ikhwanul Muslimin kecuali semakin bertambah dan meningkat tsabat (keteguhan) pada prinsip-prinsip mereka, dan bertambah yakin akan dakwah mereka, iman klaim, dan terus melalaju dalam berkorban dan berkontribusi untuk agama, ideologi dan tanah air mereka, bukan untuk mencari kepentingan pribadi, duniawi atau keuntungan semu, namun untuk mengikuti jejak langkah Rasulullah saw.<br /><br />Bersama dengan perjalanan hidup yang penuh berkah ini, bendera iman masih terpatri di dalam hati, mengalir di urat nadi sebagai amanah, dalam perilaku sebagai komitmen, dan dalam pekerjaan dan berbagai akitivitas sebagai ibadah dan jihad.<br /><br />Hal terbesar yang dapat memberikan kegembiraan bagi para aktivis yang memiliki komitmen adalah meninggikan bendera untuk dapat memberikan naungan kepada mereka, memberikan kenyamanan perjalanan hidup mereka dihadapan orang-orang yang terus meguntit dan memata-matai Islam dan umat Islam dalam rangka mencoba dan berusaha mematikan segala aktivitas dan agenda Islam yang konstruktif, sehingga -dengan demikian- mampu memberikan kenyamanan bagi semua khususnya orang-orang yang di dalam hati mereka memiliki keyakinan akan kebenaran dakwah Ikhwanul Muslimin, masuk dalam diri mereka ideologi Imam Al-Banna dan sikap-sikapnya terhadap berbagai masalah umat, yang mampu membuat para penulis, intelektual dan juru tulis selama delapan dekade terakhir sibuk dengan hal tersebut, Bahwa Imam Al-Banna telah sibuk dengan isu-isu dunia Islam dan problematika umat Islam di dalam maupun di luar negeri, khususnya masalah Palestina yang menjadi perhatian penuh olehnya sehingga tidak ada peringatan tentang Palestina kecuali selalu disandingkan dengan menyebut kiprah Ikhwanul Muslimin.<br /><br />Imam Al-Banna telah menganggap permasalahan Palestina seperti dalam ungkapannya:<br /><br />فِلِسْطِيْنُ تَحْتَلَّ فِي نُفُوْسِنَا مَوْضِعًا رُوْحِيًّا وَقُدْسِيًا فَوْقَ الْمَعْنَى الْوَطَنِي الْمُجَرَّدِ، إِذْ تَهِبُ عَلَيْنَا مِنْهَا نَسَمَاتِ بَيْتِ الْمَقْدِسِ الْمُبَارَكَةِ وَبَرَكَاتِ النَّبِيِّيْنَ وَالصِّدِّيْقِيْنَ وَمَهْدِ الْمَسِيْحِ عَلِيْهِ السَّلاَمِ، وَفِي كُلِّ ذَلِكَ مَا يَنْعِشُ النُّفُوْسُ وَيُغْذِي الأَرْوَاحِ<br /><br />“Palestina menempati di dalam jiwa kita secara rohani dan Qudsi melebihi nilai-nilai nasional, karena Palestina memberikan kepada kita keagungan Baitul Maqdis yang penuh berkah dan berkah para nabi dan shiddiqin dan tempat kelahiran Nabi Isa AS, dan semua itu mampu memberikan kesegaran jiwa dan semangat bagi ruh.”<br /><br />Bahwa Isu Palestina menurut Imam As-Syahid Al-Banna menempati posisi pertama yang juga merupakan isu dan permasalahan terbesar bagi Islam dan para pemeluknya, sebagaimana ia berkata: <br /><br />قَلْبُ أَوْطَانِنَا، وَفَلْذَةُ كَبْدِ أَرْضِنَا، وَخَلاَصَةُ رَأْسِمَالِنَا، وَحَجْرُ الزَّاوِيَةِ فِي جَامِعَتِنَا وَوِحْدَتِنَا، وَعَلَيْهَا يَتَوَقَّفُ عِزُّ الإِسْلاَمِ وَخَذْلاَنِهِ<br /><br />“(Palestina) Jantung tanah air kita, denyut nadi negeri kita, dan inti dari modal kita, pangkal persatuan dan kesatuan kita, dan atasnya pula terwujud kemuliaan Islam dan kehinaannya”.<br /><br />Imam Syahid Al-Banna menjadikan isu Palestina sebagai isu bagi bangsa Arab dan umat Islam di abad kedua puluh ini; sehingga dengan itu Ikhwanul Muslimin telah banyak memberikan kontribusinya dalam Jihad di Palestina sejak tahun tiga puluhan, seperti pada tahun 1935 Imam Al-Banna berkomunikasi dengan sang mujahid, “Al-Qassam”, dan pada tahun 1936 beliau memberikan taujih sekaligus seruan hangat dan semangat serta menyeluruh kepada Ikhwanul Muslimin untuk berkontribusi dan mengumpulkan harta mereka untuk mendukung pada mujahidin selama terjadi intifadhah besar-besaran di Palestina, sebagaimana pernah diadakan muktamar Arab terbesar untuk memberikan dukungan kepada Palestina yang dilakukan di kantor pusat Ikhwanul Muslimin di Mesir pada tahun 1938, yang hadir di dalamnya para pemimpin dunia Arab, dan pada tahun 1947 sebagai respons terhadap seruan Ikhwanul Muslimin terbentuk sebuah yayasan yang terdiri dari berbagai kekuatan politik di Mesir yaitu “Yayasan Lembah Sungai Nil untuk menyelamatkan Al-Quds” .<br /><br />Sebagaimana Ikhwanul Muslimin juga ikut berpartisipasi dalam jihad, dan mengirim para pengikutnya setelah diputuskan adanya pembagian tanah Palestina pada tahun 1947, yang mana mereka memiliki track record yang baik yang disaksikan oleh dunia, dan menorehkan sejarah dengan darah para syuhada akan jiwa kepahlawanan bersama ikhwan mereka di Palestina, dan juga yang diikuti oleh imam Al-Banna yang syahid pada tahun 1949.<br /><br />Al-Banna dan Nasionalisme<br /><br />Imam Al-Banna berpendapat bahwa nasionalisme dengan arti cinta kepada negara dan bernostalgia kepadanya, bekerja dengan keras untuk memerdekakannya dan memperkuat keberadannya, mempererat hubungan di antara anggota-anggotanya sehingga mampu memberikan manfaat bagi mereka, sebagai ideologi yang tepat yang ditetapkan oleh Islam adalah keniscayaan, karena itulah kami juga percaya dan meyakininya dan berusaha bekerja keras untuknya, sebagaimana yang diingatkan oleh Imam al-Banna bahwa Ikhwanul Muslimin merupakan manusia yang paling ikhlas terhadap negari mereka dan tanpa pamrih dalam memberikan pelayanan kepadanya, dan bahwa asas nasionalisme menurut mereka adalah aqidah yang berada di puncak tertinggi.<br /><br />Dalam sebuah risalah “Ila syabab” (kepada para pemuda) Imam Al-Banna mengingatkan bahwa ikhwanul Muslimin terus bekerja untuk tanah air mereka yaitu Mesir, berjuang di jalannya, dan professional serta tanpa pamrih dalam berjihad di jalanya; karena Mesir adalah pemimpin negara Islam dan umat Islam, dan ini merupakan bagian pertama dari berbagai rangkaian menuju kebangkitan yang diidamkan, bahkan ia merupakan bagian dari negeri Arab secara umum, dan kami ketika sedang bekerja untuk Mesir berarti juga dalam usaha bekerja untuk Arab, timur dan Islam. <br /><br />Karena itu, bahwa sikap nasionalisme yang dibangun oleh Imam Al-Banna mampu membina pada setiap individu perasaan loyalitas yang tinggi dan perasaan memiliki negeri Mesir serta rasa tanggung jawab terhadapnya, mampu membangkitkan jiwa untuk bekerja menuju kemerdekaan dan kemajuannya, dan pada saat yang bersamaan mampu memperluas cakrawala terhadap negeri, dengan anggapan bahwa Mesir merupakan bagian pertama dari kebangkitan.<br /><br />Al-Banna dan persatuan Arab<br /><br />Imam Al-Banna menjelaskan bahwa Arab dalam dakwah Ikhwanul Muslimi memiliki posisi yang sangat penting dan strategis, karena Arab merupakan umat Islam yang pertama, Islam muncul dan berkembang dari negeri Arab dan berbahasan Arab, dan mampu tersebar ke berbagai pelosok negeri melalui orang-orang Arab, dan kitab sucinya juga berbahasa Arab, dan bersatunya Bangsa-Bangsa dengan nama Islam atas lisan (bahasa) Arab, karena itu Arab adalah Inti Islam, dan Al-Banna memperingatkan akan bahaya lepasnya Mesir dari persatuan Arab, dengan menjelaskan bahwa berpegang teguhnya Mesir pada bahasa Arab dan Arabisme menjadikannya sebagai sebuah bangsa yang mengakar mulai dari Teluk Persia hingga ke Samudera Atlantik.<br /><br />Imam Al-Banna juga menjelaskan bahwa persatuan Arab merupakan perkara yang sangat penting dan urgen untuk mengembalikan daulah Islam dan kemuliaannya. Dan wajib bagi setiap muslim untuk bekerja guna menghidupkan kembali persatuan Arab dan kesatuannya, begitupula mendukungnya dan membelanya, karena tanpa adanya persatuan kata pada bangsa Arab dan kebangkitannya maka tidak akan terjadi kebangkitan Islam, beliau berkata:<br /><br />وَالْجَامِعَةُ الْعَرَبِيَّةُ فِي وَضْعِهَا الصَّحِيْحِ الَّذِي يَجْعَلُهَا جَامِعَةً حَقِيْقِيَّةً تَضُمُّ كُلَّ عَرَبِيٍّ عَلَى وَجْهِ الأَرْضِ فِي الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ، وَتَسْتَطِيْعُ أَنْ تَقُوْلَ كَلَمِتًهَا فَيَحْتَرِمُ هَذِهِ الكَلِمَةَ الْعَرَبُ وَغَيْرُ الْعَرَبِ، هَذِهِ الْجَامِعَةُ الْعَرَبِيَّةُ مِنْ وَاجِبِنَا أَنْ نَعْمَلَ عَلَى تَقْوِيَتِهَا وَتَدْعِيْمِهَا، وَمِنْ حَقِّنَا أَنْ يَعْتَرِفَ النَّاسُ بِهَا، وَأَنْ يُقََدِّرُوْهَا قَدْرَهَا، وَأَنْ يُؤْمِنُوا بِأَنَّهَا حِيْنَ تُقَوِّى وَتَعِزُّ سَتَكُوْنُ مِنْ أَقْوَى دَعَائِمِ الإِسْلاَمِ الْعَالَمِي<br /><br />“Persatuan Arab yang berada pada posisi yang tepat akan mampu secara nyata adanya persatuan yang hakiki, yang menghimpun semua komponen Arab di muka bumi ini baik di timur maupun di barat, bahkan Arab akan mampu mengungkapkan ucapannya sehingga dihormati oleh Arab dan non-Arab, dan persatuan Arab ini sebagai bagian dari kewajiban kita untuk bekerja memperkuat dan mengkonsolidasikan serta mendukungnya, dan juga hak kita setiap umat manusia harus mengakui ini, menghargai dan menghormatinya, mengimani bahwa ketika kuat dan kokoh maka ia merupakan bagian dari kekokohan dan kekuatan pondasi Islam di seluruh dunia. “<br /><br />Ikhwanul Muslimin telah menempatkan isu dunia Arab seluruhnya, terutama isu kemerdekaan negara-negara Arab dari kolonialisme Barat, dan isu persatuan Arab, dan mengisi semua surat kabar dan risalah mereka dengan berita-berita tentang dunia Arab dan membela akan isu-isunya, memberikan kesadaran akan kondisi politik dan militernya, dan tidak ada keraguan di dalamnya bahwa peran serta ikhwan dalam Perang Palestina pada tahun 1948 adalah merupakan bukti terbesar dan kongkrit akan perasaan yang mendalam mendalam terhadap permasalahan Islam yang terpatri dalam diri dan jiwa Ikhwanul Muslimin yang mana mereka secara suka rela berjuang di Palestina.<br /><br />Al-Banna dan isu wanita<br /><br />Imam Al-Banna juga sangat perhatian terhadap isu dan permasalahan wanita; sejak semula beliau telah menyadari akan urgensi dan peran penting wanita serta potensi social yang sangat besar yang terdapat dalam diri wanita, hal itu tampak dengan jelas akan semangat beliau mendirikan sekolah khusus untuk “akhwat muslimat” yang tidak hanya memberikan pengajaran dan pendidikan umum kepada para wanita namunjuga berfokus pada sisi lain berupa dengan memberikan tarbiyah kepada mereka akan nilai-nilai dan etika Islam, dan menganggap bahwa pengalaman itu merupakan upaya pertama yang serius di dunia Arab – di zaman modern – untuk kemajuan para wanita, menumbuhkan mereka secara intelektual, sosial dan politik; guna dapat berpartisipasi dalam kehidupan sosial dan politik di tengah bangsa mereka.<br /><br />Dalam risalah “al-mar’ah muslimah” imam Al-Banna berkata:<br /><br />وَالإِسْلاَمُ جَعَلَ الْمَرْأَةَ شَرِيْكَةَ الرَّجُلِ فِي الْحُقُوْقِ وَالْوَاجِبَاتِ، إِذْ هِيَ كَفْءُ الرَّجُلِ فِي إِنْسَانِيَّتِهِ وَمُسَاوِيَةٍ لَهُ فِي الْقَدْرِ، وَأَنَّهُ اعْتِرَافٌ لَهَا بِحُقُوْقِهَا الشَّخْصِيَّةِ كَامِلَةً وَبِحُقُوْقِهَا الْمَدَنِيَّةِ كَامِلَةً، وَبِحُقُوْقِهَا السِّيَاسِيَّةِ كَامِلَةً أَيْضًا، وَعَامِلُهَا عَلَى أَنَّهَا إِنْسَانٌ كَامِلُ الإِنْسَانِيَّةِ لَهُ حَقٌّ وَعَلَيْهِ وَاجِبٌ<br /><br />Imam Al-Banna dalam (wanita Muslim): ” Islam mengangkat harkat dan martabat wanita dan menjadikannya partner laki-laki dalam hak dan kewajiban. Karena Islam telah meninggikan derajat wanita dan mengangkat nilai kemanusiaannya serta menetapkannya sebagai saudara sebagai sesamanya dan partner bagi laki-laki dalam kehidupan. Islam mengakui hak-hak pribadi, hak-hak peradaban, dan hak-hak politik wanita secara umum dan sempurna. Islam memperlakukannya sebagai manusia dengan kesempurnaan kemanusiaannya yang memiliki hak dan kewajiban. “<br /><br />Al-Banna dan orang-orang Koptik<br /><br />Imam Al-Banna dalam berbagai ceramah dan risalahnya banyak memberikan sikap kepada minoritas, terutama Koptik, dalam risalah (dakwatuna) beliau berkata:<br /><br />إَنَّ الإِسْلاَمَ دِيْنُ الْوِحْدَةِ وَدِيْنُ الْمُسَاوَاةِ، وَأَنَّهُ كَفَّلَ هَذِهِ الرَّوَابِطَ بَيْنَ الْجَمِيْعِ مَا دَامُوْا مُتَعَاوِنِيْنَ ﴿لا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِينِ ولَمْ يُخْرِجُوكُم مِّن دِيَارِكُمْ أَن تَبَرُّوهُمْ وتُقْسِطُوا إلَيْهِمْ إنَّ اللَّهَ يُحِبُّ المُقْسِطِينَ، فَمِنْ أَيْنَ يَأْتِي التَّفْرِيْقُ إِذَنْ؟<br /><br />“Islam adalah agama persatuan dan menghargai pluralitas, dan Islam menjamin hubungan dan ikatan ini selama mereka mau bekerja sama “Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan Berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang Berlaku adil”. (Mumtahanah:8), jadi dimanakah letak perbedaan/perpecahan itu?<br /><br />Dan dalam risalah (nahwa nur) beliau menyampaikan:<br /><br />إِنَّ الإِسْلاَمَ يَحْمِي الأَقَلِيَّاتِ عَنْ طَرِيْقِ: أَنَّهُ قَدَّسَ الْوِحْدَةَ الإِنْسَانِيَّةَ الْعَامَّةَ وَالْوِحْدَةَ الدِّيْنِيَّةَ الْعَامَّةَ بِأَنْ فَرَضَ عَلَى الْمُؤْمِنِيْنَ بِهِ الإِيْمَانَ بِكُلِّ الرِّسَالاَتِ السَّابِقَةِ، ثُمَّ قَدَّسَ الْوِحْدَةَ الدِّيْنِيَّةَ الْخَاصَّةَ فِي غَيْرِ تِعْدٍ وَلاَ كِبْرٍ، وَيَقُوْلُ إِنَّ هَذَا هُوَ (مَزَاجُ الإِسْلاَمِ الْمُعْتَدِلِ) لاَ يَكُوْنُ سَبَبًا فِي تَمْزِيْقِ وِحْدَةٍ مُتَّصِلَةٍ، بَلْ يُكْسِبُ هَذِهِ الْوِحْدَةُ صِفَةََ الْقُدَاسَةِ الدِّيْنِيَّةِ، بَعْدَ أَنْ كَانَتْ تَسْتَمِدُّ قُوَّتُهَا مِنْ نَصٍّ مَدَنِيٍّ فَقَطْ<br /><br />“Islam melindungi kaum minoritas dengan cara: karena Islam sangat mensucikan persatuan kemanusiaan secara umum dan persatuan keagamaan secara khusus dengan mewajibkan kepada orang-orang yang beriman kepadanya untuk meyakini dengan seluruh risalah sebelumnya, dan kemudian mensucikan persatuan agama secara khusus tanpa berlebihan dan keangkuhan, , dan beliau mengatakan bahwa hal ini merupakan (model Islam moderat) tidak akan menjadi alasan dalam memecah belah persatuan yang saling menyambung, namun diharapkan mampu memperoleh model dan karakter kesucian agama, setelah meletakkan sumber kekuatannya pada teks sipil saja. “<br /><br />Begitu pula beliau mewasiatkan dalam risalah Ilas syabab-nya untuk bersikap moderat dan adil kepada suku Koptik dan berbuat baik dalam berinteraksi kepadanya: “Bagi mereka apa yang menjadi bagian kita dan atas mereka apa yang mereka atas kami”.; jangan sampai kita menyerukan pada apharteidsme atau fanatisme kelompok.<br /><br />Al-Banna dan sistem ekonomi<br /><br />Imam Al-Banna juga menyerukan kemerdekaan ekonomi dari dominasi asing dan peningkatan perekonomian nasional. Karena itu dalam berbagai seruannya menuntut untuk mewujudkan hal tersebut seperti kerajinan tangan, melakukan perubahan dari bentuk industri kepada pertanian, dan membimbing umat Islam untuk mengurangi kemewahan, dan peduli terhadap proyek-proyek nasional.<br /><br />Dan ikhwanul Muslimin juga telah berusaha melampaui seruan teoritisnya pada kebangkitan dan kemandirian ekonomi; karena itu mereka menyeru untuk melakukan boikot terhadap berbagai barang, toko dan perusahaan asing, dan mendirikan berbagai perusahaan yang memberikan kontribusi pada bidang ekonomi, dan mengajak kepada para pekerja untuk menuntut hak-hak mereka dalam surat kabar dan buku-buku mereka.<br /><br />Al-Banna dan tatanan konstitusional <br /><br />Imam Al-Banna dalam (Risalah muktamar al-khamis) berkata:<br /><br />إن طبيعة الإسلام التي تساير العصور والأمم، وتتسع لكل الأغراض والمطالب، لا تأبى أبدًا الاستفادة من كل نظامٍ صالحٍ لا يتعارض مع قواعده الكلية وأصوله العامة”، ولقد طبَّق الإمام البنا هذا المنهج على الموقف من النظام النيابي والدستوري الذي تبلور في تجارب الديمقراطيات الغربية<br /><br />“Bahwa tabiat Islam yang selalu konsideran dengan perkembangan zaman dan bangsa, dan mengakomodasi berbagai tujuan dan tuntutannya, selamanya tidak menolak untuk tidak mengambil keuntungan dari semua sistem yang berlaku selama tidak bertentangan dengan aturan-aturan umum dan konsep-konsep dasarnya,” dan Imam al-Banna telah menerapkan metode dan manhaj dalam sistem parlementer dan konstitusional yang muncul dalam demokrasi Barat, dalam (risalah nahwan nur) beliau berkata:<br /><br />إنه ليس في قواعد هذا النظام النيابي الذي نقلناه عن أوروبا ما يتنافى مع القواعد التي وصفها الإسلام لنظام الحكم، وهو بهذا الاعتبار ليس بعيدًا عن النظام الإسلامي ولا غريبًا عنه<br /><br />“Ini bukanlah penerapan aturan system parlementer yang kita contoh dari Eropa yang bertentangan dengan Islam dan sistem pemerintahan, sebagaimana pula yang demikian tidak jauh dari sistem Islam dan tidak asing darinya. “<br /><br />Karena itu Prinsip dan tujuan yang dibawa oleh Islam dalam menerapkan kebijakan umat dan Negara akan dapat dicapai dengan “sistem sipil” dan “pengalaman manusia” yang merupakan kreativitas manusia, dan norma dalam penerimaan dan penolakan adalah sejauh mana mampu mewujudkan sistem ini untuk kepentingan Islam pada keterlibatan bangsa dan umat dalam kemapuan melakukan pengambilan keputusan dan mewujdukan keadilan di tengah umat manusia. <br /><br />Demikianlah sosok imam syahid Hasan al-Banna yang mampu merasakan berbagai permasalahan umatnya dengan ruhnya, indranya, akalnya dan pemikirannya, dan Ikhwanul Muslim hingga saat ini masih berjalan di atas manhajnya, berpegang teguh dengan prinsip-prinsip dan parameter yang sesuai dengan Al-Quran dan Sunnah, begitu pula dengan dengan sikap-sikapnya yang jelas dan tegas terhadap berbagai masalah bangsa di mana ia hidup di dalamnya, rela mati syahid untuknya, dan inilah yang pernah dikenalkan oleh Imam Banna dalam ugnkapannya yang universal pada saat beliau ditanya: “Siapakah Anda” lalu beliau menjawab:<br /><br />أَنَا سَائِحٌ يَطْلُبُ الْحَقِيْقَةَ، وَإِنْسَانٌ يَبْحَثُ عَنْ مَدْلُوْلِ الإِنْسَانِيَّةِ بَيْنَ النَّاسِ، وَمُوَاطِنٌ يُنْشِدُ لِوَطَنِهِ الْكَرَامَةَ وَالْحُرِّيَّةَ وَالاِسْتِقْرَارَ وَالْحَيَاةَ الطَّيِّبَةَ فِي ظِلِّ الإِسْلاَمِ الْحَنِيْفِ، وَمُتَجِّرٌد أَدْرَكَ سِرَّ وُجُوْدِهِ؛ فَنَادَى ﴿قُلْ إنَّ صَلاتِي ونُسُكِي ومَحْيَايَ ومَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ العَالَمِينَ. لا شَرِيكَ لَهُ وبِذَلِكَ أُمِرْتُ وأَنَا أَوَّلُ المُسْلِمِينَ<br /><br />“Saya adalah seorang turis yang mencari kebenaran kebenaran, seorang manusia yang mencari makna kemanusiaan di tengah umat manusia, seorang warga negara yang mendambakan negaranya memiliki martabat, kebebasan dan stabilitas serta kehidupan yang baik dibawah naungan Islam yang suci, dan seorang yang kosong berharap menemukan rahasia eksistensinya di dunia; lalu beliau berkata: “Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagiNya; dan demikian Itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)”. (Al-An’am:162-163)Saiful A. Ritongahttp://www.blogger.com/profile/18224646366203620872noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5667707626430986830.post-42940401732017846482010-03-18T17:46:00.000-07:002010-03-18T17:46:00.266-07:00peradaban-ilmu.blogspot.com<a href="http://smartcerdas.blogspot.com/2010/01/ketika-ikhwah-jatuh-cinta-akwah.html">Rumah Cinta: Ketika Ikhwah Jatuh Cinta - Akwah Berbicara</a>Saiful A. Ritongahttp://www.blogger.com/profile/18224646366203620872noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5667707626430986830.post-22073702489203628532010-02-24T08:06:00.000-08:002010-02-24T08:07:20.915-08:00risalah Hasan Al BannaMenuju Cahaya<br /><br />Kairo, Rajab 1336 H.<br /><br />Kepada<br /><br />Yth …………….<br /><br />Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh<br /><br />Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga tetap terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad, keluarga, serta para sahabatnya.<br /><br />Amma ba’du,<br /><br />Kami persembahkan surat ini ke hadapan Tuan yang mulia, dengan keinginan yang sangat untuk ikut memberi bimbingan kepada umat, yang urusan mereka telah Allah swt. bebankan ke pundak Anda di zaman ini. Suatu bimbingan yang kiranya dapat mengarahkan umat di atas sebaik-baik jalan. Sebuah jalan yang dibangun oleh sebaik-baik sistem hidup, yang bersih dari kerancuan dan jauh dari ketidakpastian, Lebih dari itu, ia adalah jalan hidup yang telah teruji oleh sejarah yang panjang.<br /><br />Kami tidak mengharap apa pun dari Anda. Cukuplah bahwa dengannya berarti kami telah menunaikan kewajiban dan mempersembahkan kepada Anda sebuah nasihat. Sungguh pahala Allah, dialah yang lebih baik dan lebih kekal.<br /><br />TANGGUNG JAWAB SEORANG PEMIMPIN<br /><br />Sesungguhnya Allah swt. telah menyerahkan urusan umat ini kepada Tuan, Kemaslahatan urusan mereka di hari ini dan masa mendatang merupakan amanah Allah yang harus Anda tunaikan. Anda bertanggung jawab di hadapan Allah swt.<br /><br />Jika generasi hari ini adalah kekuatan bagi Anda, maka generasi esok merupakan tanaman. Alangkah mulianya seseorang, jika ia bersikap amanah, bertanggung jawab, dan mau memikirkan umatnya. Sebagaimana sabda Rasulullah saw,<br /><br />“Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap pemimpin dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya tersebut.”<br /><br />Dahulu, pernah berkata seorang pemimpin yang adil, “Seandainya seekor kambing di Irak terpeleset kakinya, maka aku menganggap dirikulah yang harus bertanggung jawab di hadapan Allah. Mengapa aku tidak membuatkan jalan untuknya?”<br /><br />Umar bin Khathab menggambarkan tentang betapa agungnya tanggung jawab dengan sebuah ungkapan, “Saya sudah cukup senang jika dapat keluar dari dunia ini dengan impas: tidak mendapat dosa dan tidak pula diberi pahala.”<br /><br />PENDAHULUAN<br /><br />Masa Peralihan<br /><br />Dengan pengamatan yang jeli terhadap perjalanan hidup manusia, kita dapat menyimpulkan bahwa masa yang paling rawan dalam kehidupan umat adalah ketika berlangsungnya masa peralihan. Karena saat itulah ideologi kehidupan yang baru diberlakukan, langkah-langkah ke depan mulai digariskan, dan nilai-nilai dasar kehidupan –di mana umat akan tegak di atasnya– mulai dibangun.<br /><br />Oleh karenanya, jika langkah, program, dan sistem nilai yang hendak dibangun itu jelas dan baik, maka berbahagialah umat tersebut. Mereka akan menikmati kehidupan yang sarat dengan aktivitas yang mulia dan agung. Demi keberhasilan yang telah mengantarkan umat pada kehidupan yang baik, maka berilah kabar gembira kepada pemimpinnya dengan pahala yang agung, keriangan indah yang abadi, sejarah yang bersih, dan perjalanan hidup yang lurus.<br /><br />Di Persimpangan JalanMasa peralihan bagi umat itu paling tidak memiliki dua urgensi:<br /><br /><br />Pertama, membebaskan umat dari belenggu penindasan dalam kehidupan politik sampai mereka memperoleh kemerdekaannya, sehingga kebebasan dan kepemimpinan yang dulu dimilikinya bisa diperoleh kembali.<br /><br />Kedua, menegakkan bangunan umat mulai dari awal, agar eksistensi mereka diakui oleh bangsa lain dan mampu bersaing dengan mereka secara sehat.<br /><br />Saat ini – hingga waktu tertentu– ketegangan politik telah berangsur mereda, dan kalian bersama umat ini telah memasuki sebuah era baru. Di hadapan kalian terbentang dua jalan, yang masing-masing mengajak kalian untuk mengarahkan pandangan umat kepadanya dan meniti langkah di atasnya. Masing-masing jalan tersebut memiliki keistimewaan, kekhususan, pengaruh, dan produk-produk yang dihasilkannya. Selain itu juga memiliki para penyerunya.<br /><br />Jalan yang pertama adalah jalan Islam; dengan landasan pemikiran, prinsip dasar, dari peradabannya. Sedangkan jalan yang kedua adalah jalan Barat; dengan segala fenomena kehidupan yang melingkupinya, undang-undang, serta sistem ideologinya.<br /><br />Kita berkeyakinan bahwa jalan pertamalah (jalan Islam) – dengan segenap prinsip nilai dan fikrahnya– satu-satunya jalan yang wajib ditempuh dan menjadi orientasi utama dalam mengarahkan umat, baik di masa kini maupun di masa mendatang.<br /><br />Keistimewaan Orientasi Islam<br /><br />Jika kita menempuh jalan Islam ini bersama umat, kita dapat memetik banyak manfaat darinya. Hal ini antara lain dikarenakan:<br /><br />1. Kebenaran manhaj Islam telah teruji dan sejarah telah menjadi saksi atas keunggulannya.<br /><br />2. Manhaj Islam telah berhasil mencetak umat paling kuat, paling utama, paling sarat kasih sayang, dan paling diberkati di antara bangsa-bangsa yang ada.<br /><br />3. Dengan kesucian manhaj Islam dan telah bersemayamnya manhaj ini dalam dada manusia. menjadikannya mudah diterima semua kalangan, mudah dipahami, dan mudah diikuti pesan-pesannya. Apalagi Islam juga membenarkan bahkan menanamkan kebanggaan berbangsa dan memberikan bimbingan kepada manusia agar mencintai tanah airnya. Mengapa demikian? Karena kita harus membangun kehidupan ini di atas nilai-nilai kehidupan kita sendiri, tanpa perlu mengambil milik orang lain. Dan pada yang demikian itulah kita dapatkan hakikat kemerdekaan sosial dan kemuliaan hidup, setelah kemerdekaan secara politik.<br /><br />4. Berjalan di atas jalan ini berarti mengokohkan persatuan Arab secara khusus, dan persatuan Islam secara umum. Dunia Islam dengan segenap jiwanya telah memberikan kepada kita kepekaan perasaan, kelemahlembutan, dan dukungan, sehingga kita menyaksikan sebuah jalinan yang demikian kuat antara kita dengan Islam, yang keduanya saling memberi dukungan dan saling menghormati. Pada yang demikian itu ada sebuah keberuntungan (peradaban) yang besar, yang tidak mungkin diingkari oleh siapa pun.<br /><br />5. Manhaj Islam adalah manhaj yang sempurna dan menyeluruh. Ia memuat sistem paling utama untuk memandu kehidupan umat secara umum, baik kehidupan lahiriah maupun batiniah. Inilah keistimewaan Islam apabila dibandingkan dengan ajaran lain, di mana ia (Islam) meletakkan undang-undang kehidupan umat ini di atas dua pondasi pokok: mengambil yang maslahat dan menjauhi yang mudarat.<br /><br />Apabila kita menempuh jalan ini, kita akan terhindar dari berbagai kesulitan hidup, sebagaimana yang melanda berbagai bangsa yang tidak mengenal jalan ini, apalagi menempuhnya.<br /><br />Di atas jalan ini pula kita dapat memecahkan berbagai persoalan hidup yang pelik, yang tidak mungkin dapat dipecahkan oleh sistem nilai mana pun.<br /><br />Kita nukilkan ungkapan Bernard S. yang berkata, “Alangkah butuhnya dunia ini kepada seorang seperti Muhammad, yang dapat memecahkan berbagai persoalan pelik sembari meneguk secangkir kopi.”<br /><br />Jika kita menempuh jalan ini, akan datanglah pertolongan dan dukungan Allah swt. dari belakang kita. Kedatangannya akan memompa semangat kita tatkala diliputi kelesuan, melepaskan kita dari kesulitan, meringankan kita dari beban berat, dan mendorong kita agar terus maju.<br /><br />“Janganlah kamu berhati lemah dalam mengejar musuhmu. Jika kamu menderita sakit, maka sesungguhnya mereka pun menderita sakit sebagaimana kamu, sedang kamu mengharap dari Allah apa yang tidak mereka harapkan. Dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana.” (An-Nisa: 104)<br /><br />Peradaban Barat Saat ini<br /><br />Guna melengkapi pembahasan ini, kami ingin mengatakan bahwa kemajuan teknologi di Barat –yang lelah membuat kesombongan para ilmuwannya dan pernah menundukkan dunia dengan produk-produknya– kini menghadapi kebangkrutan. Peradabannya mulai roboh, undang-undang dan nilai-nilai dasarnya pun mulai hancur. Dominasi politiknya telah binasa oleh kediktatoran, tonggak perekonomiaannya diguncang oleh krisis yang tiada henti, sedangkan berjuta-juta orang menderita. Pengangguran dan kelaparan turut menjadi saksi atas keruntuhan peradaban ini.<br /><br />Akar sistem sosial mereka digerogoti oleh berbagai prinsip yang ganjil. Unjuk rasa yang kian marak di berbagai tempat seakan menggugat keberadaannya. Orang-orang kebingungan mencari penyelesaian atas berbagai persoalan yang mereka hadapi, dan kini mereka pun tersesat jalan.<br /><br />Konferensi-konferensi yang mereka adakan telah gagal, tanpa membuahkan hasil apapun. Perjanjian-perjanjian yang mereka buat hancur tercabik-cabik. Mereka bagaikan sesosok bayangan yang tak lagi mempunyai ruh dan tidak memiliki cahaya untuk dapat menembus kegelapan hidup.<br /><br />Adapun orang-orang besar di antara mereka, tangan sebelahnya menciptakan berbagai kesepakatan damai dengan sesamanya sedangkan tangan yang lain melahirkan berbagai penderitaan hidup.<br /><br />Demikianlah, dunia kini –dengan segala perilaku politiknya yang aniaya dan rakus– bagaikan bahtera di tengah samudera yang diterpa angin topan dari segala penjuru. Kemanusiaan seluruhnya tengah mengalami penderitaan, kegelisahan, dan guncangan Mereka telah terbakar oleh api kerakusan dan materialisme. Karenanya mereka kini sangat membutuhkan tetesan embun nan sejuk dari nilai-nilai Islam yang hanif, untuk membasuh dan membersihkan noda penderitaan mereka, serta membawanya kepada kebahagiaan.<br /><br />Pada masa lalu, kepemimpinan dunia ini pernah dipegang oleh dunia Timur. Setelah muncul peradaban Yunani dan Romawi, maka berpindahlah ia ke Barat. Setelah itu, datanglah masa kenabian Musa, Isa, dan Muhammad saw. yang membawa kepemimpinan dunia kembali ke Timur. Setelah itu, dunia Timur terlelap lagi dalam tidurnya yang panjang, dan bangkitlah Negara-negara Barat dengan peradaban modernnya.<br /><br />Demikianlah hukum alam yang tidak mungkin dapat dihindari. Dunia Barat mewarisi kepemimpinan dunia hingga saat ini. Namun, inilah wajah peradaban Barat; sebagaimana kita saksikan sekarang penuh dengan kezhaliman, sikap aniaya, dan melampaui batas.<br /><br />Sungguh, kini dunia tengah menanti-nantikan kembalinya kepemimpinan peradaban timur yang kuat, untuk menaungi mereka dengan panji-panji ilahi, memayunginya dengan naungan Al-Qur’an, dan menghadirkan ke hadapan dunia “tentara-tentara iman” yang kuat dan tegar.<br /><br />Hanya dengan cara itulah dunia ini akan kembali tenteram dan damai, sehingga seluruh alam pun berucap, “Segala puji bagi Allah yang telah menunjuki kami kepada petunjuk ini, dan kami sekali-kali tidak akan mendapat petunjuk kalau Allah tidak memberikan kepada kami petunjuk tersebut.” (At-A’raf: 43)<br /><br />Cita-cita ini bukanlah khayalan belaka, namun ia merupakan kepastian sejarah. Kalau pun hal ini tidak terwujud, maka Allah swt. telah berfirman,<br /><br />“Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu murtad dari agama-Nya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang-orang mukmin, yang bersikap tegas terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang-orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah yang diberikan kepada siapa yang dikehendaki-Nya.” (Al-Maidah: 54)<br /><br />Meskipun demikian, kita berusaha untuk menjadi orang-orang yang mendapatkan anugerah Allah dan ditulis di papan terhormat ini:<br /><br />“Tuhanmulah yang menciptakan apa yang Dia kehendaki dan Dia pilih.”<br /><br />ISLAM MENJAMIN KEBUTUHAN BANGSA YANG BANGKIT<br /><br />Di dunia ini, tiada satu pun ideologi yang dapat memberikan apa-apa yang dibutuhkan oleh umat yang sedang bangkit, menyangkut sistem perundang-undangan kaidah-kaidah hukum, maupun kelemahlembutan perasaan dan kepekaan moral sebagaimana yang diberikan oleh Islam.<br /><br />Al-Qur’an sarat dengan berbagai gambaran tentang aspek-aspek tersebut. Guna memperjelas pengertian, ia menyajikan gambaran umum pada suatu kali, dan memberi gambaran secara rinci di kali yang lain.<br /><br />Al-Qur’an juga menawarkan penyelesaian terhadap berbagai persoalan dengan jelas dan rinci, sehingga bangsa mana pun yang mau mengambilnya sebagai landasan hidup, niscaya ia akan memperoleh apa yang diinginkannya.<br /><br />Islam dan Cita-cita<br /><br />Umat yang tengah bangkit membutuhkan cita-cita yang luhur. Al-Qur’an telah menyodorkan jawaban untuk memenuhi tuntutan cita-cita itu, dengan suatu metodologi yang mampu mengubah umat yang jumud menjadi dinamis, penuh semangat untuk meraih cita-cita, dan memiliki tekad yang kuat untuk membangun dirinya.<br /><br />Cukuplah sebagai bukti bagi kalian, bahwa Islam menjadikan sifat putus asa itu sebagai jalan menuju kekufuran dan termasuk salah satu fenomena kesesatan.<br /><br />Sedangkan umat yang paling lemah saja, kedudukannya di sisi Allah adalah seperti difirmankan-Nya dalam Al-Qur’an,<br /><br />“Dan Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi itu dan hendak menjadikan mereka pemimpin dan menjadikan mereka orang-orang yang mewarisi.” (Al-Qashash: 5)<br /><br />“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman. Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itupun (pada perang Badar) mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejadian dan kehancuran) itu Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapatkan pelajaran).” (Ali Imran: 139-140)<br /><br />“Dialah yang mengeluarkan orang-orang kafir di antara ahli kitab dari kampung-kampung mereka pada saat pengusiran kali yang pertama. Kamu tiada menyangka bahwa mereka akan keluar, dan mereka yakin bahwa benteng-benteng mereka akan dapat mempertahankan mereka dari (siksaan) Allah maka Allah mendatangkan kepada mereka (hukuman) dari arah yang tidak disangka-sangka Dan Allah mencampakkan ketakutan ke dalam hati mereka, mereka memusnahkan rumah-rumah mereka dengan tangan mereka sendiri dan tangan orang-orang yang beriman. Maka ambillah (kejadian itu) sebagai pelajaran, hai orang-orang yang mempunyai pandangan.” (Al-Hasyr: 2)<br /><br />“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta diguncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: ‘Kapankah datangnya pertolongan Allah?’ Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.” (Al-Baqarah: 214)<br /><br />Umat yang paling lemah sekalipun -jika mendengar janji-janji Allah di ayat-ayat tersebut dan membaca kisah-kisahnya yang faktual dan realistis- mestinya harus bangkit menjadi umat yang terkuat, baik iman maupun ruhaninya.<br /><br />Tidakkah engkau rasakan, pada cita-cita agung tersebut terdapat suatu kekuatan yang membangkitkan semangat untuk bertahan menghadapi berbagai kesulitan, betapa pun beratnya. Kekuatan yang membuat kita siap bergumul dengan berbagai peristiwa betapa pun dahsyatnya, sampai kita mendapatkan kemenangan yang gilang-gemilang.<br /><br />Islam dan Kebangsaan<br /><br />Umat yang tengah bangkit membutuhkan rasa bangga terhadap bangsanya; bangga sebagai umat yang utama dan mulia, yang memiliki berbagai keistimewaan dan perjalanan sejarah nan indah, sehingga kebanggaan ini akan tertanam pula dalam jiwa generasi penerusnya. Dengan kebanggaan itu, mereka siap mempertahankan kehormatan bangsanya serta siap menebusnya meski dengan mengalirkan darah dan mengorbankan nyawa. Mereka siap berkarya nyata demi kejayaan tanah airnya, mempertahankan kehormatannya, serta menciptakan kebahagiaan masyarakatnya.<br /><br />Doktrin “rasa bangga” terhadap bangsa yang seperti ini -dengan keadilan, keutamaan, dan kelembutan perasaannya tidak kita dapatkan pada ideologi mana pun kecuali dalam Islam yang hanif ini. Kita (umat Islam) adalah bangsa yang mengetahui secara persis bahwa kehormatan dan kemuliaan kita disakralkan Allah melalui ilmu-Nya dan diabadikan dalam Al-Qur’an dengan firman-Nya,<br /><br />“Kalian adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah” (Ali Imran: 110)<br /><br />“Dan demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar rasul (Muhammad) menjadi saksi (perbuatan) kamu.” (Al-Baqarah: 143)<br /><br />“Dan bagi Allah-lah kehormatan, bagi rasul-Nya dan bagi orang-orang yang beriman.” (Al-Munafiqun: 8)<br /><br />Oleh karena itu, mestinya kita pula yang paling pantas untuk mempersembahkan pengorbanan -dengan dunia dan seisinya dalam rangka mempertahankan kehormatan yang Rabbani ini.<br /><br />Sebenarnya, bangsa-bangsa modern zaman ini telah pula berhasil menanamkan doktrin semacam ini kepada jiwa para pemuda, para tokoh, dan anggota masyarakatnya. Kita telah mendengar kumandang slogan,<br /><br />“Jerman di atas segalanya”, atau “Italia di atas semua”, atau “Wahai Inggris, pimpinlah kami.”<br /><br />Namun ada perbedaan yang menyolok antara masyarakat yang terpola oleh nilai-nilai Islam dengan masyarakat yang didoktrin oleh slogan-slogan seperti ini, yakni rasa kebangsaan orang muslim merupakan perasaan yang melambung tinggi sehingga menyatu dengan Allah swt. Akan halnya rasa kebangsaan mereka, dia hanya sampai pada batas doktrin tersebut. Lebih dari itu Islam memberikan batasan bagi tujuan diciptakannya perasaan ini, sehingga mendorong kuatnya komitmen padanya dan menjelaskan bahwa ia bukan fanatisme buta atau kebanggaan yang semu. Ia adalah rasa bangga sebagai pemimpin dan pemandu dunia menuju kehidupan yang baik dan sejahtera.<br /><br />Karenanya Allah swt. berfirman,<br /><br />“Kalian menegakkan amar ma’ruf, mencegah kemunkaran, dan beriman kepada Allah.” (Ali Imran: 110)<br /><br />Ayat ini mengandung maksud: dukungan kita terhadap keutamaan, pernyataan perang terhadap setiap kehinaan, penghormatan terhadap nilai-nilai yang luhur, serta komitmen untuk selalu melakukan kontrol atas setiap aktivitas.<br /><br />Karena itu, jiwa kepemimpinan bangsa muslim terdahulu berhasil menciptakan sikap adil dan kasih sayang yang sempurna dan paling ideal, yang pernah dilahirkan oleh sebuah umat.<br /><br />Adapun prinsip-prinsip kepemimpinan yang tertanam di jiwa bangsa-bangsa Barat, ia tidak memiliki batasan tujuan yang jelas kecuali fanatisme yang rancu. oleh karenanya, kebanggaan mereka justru membangkitkan sikap permusuhan dari bangsa-bangsa lain yang lemah.<br /><br />Islam telah menggariskan hal terbaik dalam urusan ini. Ia ingin menanamkan nilai luhur di dada putra-putranya dan menjauhkan mereka dari doktrin-doktrin negatif yang melampaui batas.<br /><br />Islam telah memperluas batasan “tanah air Islam”, dan mewasiatkan kepada putra-putranya agar berkarya demi kebaikannya serta siap berkorban demi mempertahankan kemerdekaan dan kehormatannya.<br /><br />Tanah air dalam pengertian Islam menyangkut hal-hal sebagai berikut:<br /><br />Pertama, wilayah geografis secara khusus.<br /><br />Kedua, meluas ke berbagai negeri Islam, karena bagi setiap muslim negeri-negeri itu adalah tanah air dan kampung halamannya.<br /><br />Ketiga, melebar ke berbagai bekas wilayah daulah Islamiyah, yang pernah diperjuangkan dengan darah dan nyawa para pendahulu sehingga berhasil menegakkan panji-panji ilahiyah di sana. Peninggalan sejarah masih mencatat kejayaan dan kegemilangan yang pernah mereka raih pada masa lalu, sehingga setiap muslim akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan mahkamah ilahi tentang wilayah-wilayah ini, mengapa tidak ada perjuangan untuk mengembalikannya.<br /><br />Keempat, meluas ke berbagai negeri kaum muslimin sehingga mencakup dunia seluruhnya. Tidakkah kalian dengar ketika Allah swt. berfirman,<br /><br />“Dan perangilah mereka, supaya jangan ada fitnah dan supaya agama itu semata-mata bagi Allah. Jika mereka berhenti (dari kekafiran) maka sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan.” (Al-Anfal: 39)<br /><br />Dengan demikian, Islam memadukan antara perasaan cinta tanah air secara khusus dan cinta tanah air secara umum, dengan segala puncak kebaikannya demi mewujudkan kesejahteraan umat manusia.<br /><br />“Wahai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan serta menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal.” (Al-Hujurat: 13)<br /><br />Islam dan Ruh Keprajuritan<br /><br />Umat yang tengah bangkit pasti membutuhkan kekuatan yang besar, dan jiwa keprajuritan putra-putranya.<br /><br />Apalagi di masa sekarang, di mana tidak ada sesuatu pun yang dapat menjamin tegaknya perdamaian kecuali kesiapan untuk berperang. Bahkan, masyarakat telah begitu akrab dengan slogan “kekuatan adalah cara yang paling menjamin tegaknya kebenaran. ”<br /><br />Islam tidak mengabaikan hal ini, bahkan ia dijadikan sebagai sebuah kewajiban di antara kewajiban-kewajiban yang lain, Islam tidak memberi jarak sedikit pun antara kekuatan di satu sisi, dengan shalat dan puasa di sisi yang lain. Bahkan, di dunia ini tiada satu pun sistem ideologi yang memiliki perhatian demikian besar terhadap kekuatan -baik pada masa lalu maupun sekarang sebagaimana yang dimiliki oleh sistem Islam, yang tertuang dalam Al-Qur’an, Hadits Rasulullah saw., dan sejarah kehidupannya.<br /><br />Anda dapat melihat hal ini demikian jelas dalam firman Allah swt.,<br /><br />“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu…” (Al-Anfal: 60)<br /><br />“Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu. Boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu…” (Al-Baqarah: 216)<br /><br />Bahkan Anda dapat melihat semangat juang yang tertuang dalam sebuah kitab suci, yang dibaca di kala shalat, berdzikir, beribadah, dan bermunajat kepada Allah swt.<br /><br />Allah swt. berfirman,<br /><br />“Karena itu hendaklah orang-orang yang menukar kehidupan dunia dengan kehidupan akhirat berperang di jalan Allah…” (An-Nisa’: 74)<br /><br />Allah kemudian menjelaskan pahalanya dengan penjelasan sebagai berikut,<br /><br />“Barangsiapa yang berperang di jalan Allah, lalu gugur atau memperoleh kemenangan maka kelak akan Kami berikan kepadanya pahala yang besar.” (An-Nisa: 74)<br /><br />Pada ayat Selanjutnya terdapat seruan yang amat menyentuh kalbu dan jiwa kita untuk turut menyelamatkan bangsa dan tanah air.<br /><br />“Mengapa kamu tidak mau berperang di jalan Allah dan membela orang-orang yang lemah baik laki-laki, wanita-wanita maupun anak-anak yang berdoa, ‘Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri ini (Mekkah) yang zhalim penduduknya dan berilah kami pelindung dan penolong dari sisi-Mu.”‘ (An-Nisa’: 75)<br /><br />Setelah itu, Allah swt. menjelaskan kepada putra-putra Islam tentang keagungan tujuan hidup mereka dan kehinaan tujuan hidup musuh-musuhnya. Hal itu sebagai penegasan kepada mereka bahwa untuk memperoleh barang yang mahal nilainya -yakni ridha Allah- mereka harus membayar dengan harga yang mahal pula berupa kehidupan itu sendiri. Sementara musuh-musuh mereka berperang tanpa memiliki tujuan yang jelas. Mereka orang-orang yang berjiwa sangat kerdil dan bernurani sangat rapuh. Hal ini ditegaskan oleh Allah swt. dalam firman-Nya,<br /><br />“Orang-orang yang beriman berperang di jalan Allah, dan orang-orang yang kafir berperang di jalan thaghut. Oleh karena itu, perangilah kawan-kawan setan itu, karena sesungguhnya tipu daya setan adalah lemah.” (An-Nisa’: 76)<br /><br />Allah swt. kemudian mencela orang-orang yang menghindar dari kewajiban dan lebih suka mengerjakan tugas-tugas ringan dengan meninggalkan tugas-tugas yang: memerlukan jiwa kepahlawanan. Allah menjelaskan kekeliruan sikap mereka dan menegaskan bahwa terjun di medan laga itu tidak akan merugikan dirinya sedikit pun. Bahkan, sikap mundur itu tidak menguntungkan mereka sama sekali, karena kematian selalu mengintai di belakang mereka kapan pun dan di mana pun.<br /><br />Pada ayat berikutnya Allah swt. berfirman,<br /><br />“Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang dikatakan kepada mereka, ‘Tahan lah tanganmu (dari berperang), dirikanlah shalat. Dan tunaikan zakat. ‘Setelah diwajibkan kepada mereka berperang, tiba-tiba sebagian dari mereka (golongan munafik) takut kepada manusia (musuh), seperti takutnya kepada Allah, bahkan lebih dari itu, Mereka berkata, Ya Tuhan kami, mengapa tidak Engkau tangguhkan (kewajiban berperang) kepada kami sampai beberapa waktu lagi? ‘Katakanlah, ‘Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang bertaqwa, dan kamu tidak akan dianiaya sedikit pun. Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, walaupun kamu berada di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh…” (An-Nisa: 77-78)<br /><br />Demi Allah, tiada doktrin kemiliteran macam apa pun yang dapat menandingi kekuatan dan kejelasannya, yang sesuai dengan impian setiap panglima di medan perang, baik menyangkut keyakinan, tekad, maupun harga dirinya.<br /><br />Jika dua pilar besar dalam sistem militer adalah nizham (aturan) dan ketaatan, maka Allah swt. (pada dua ayat di atas) telah memadukannya secara serasi. Kemudian Allah swt. berfirman,<br /><br />“Sesungguhnya, Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang teratur.” (Ash-Shaf: 4)<br /><br />“Taat dan mengucapkan perkataan yang baik (adalah lebih baik bagi mereka) apabila telah tetap perintah perang.” (Muhammad: 21)<br /><br />Jika Anda membaca dalam ajaran Islam mengenai anjuran menyiapkan bekal, meningkatkan kekuatan, berlatih menunggang kuda dan melempar, menjunjung tinggi para syuhada, melipat gandakan pahala jihad dan pahala orang yang mendanainya, pahala orang yang menanggung keluarga mujahid, dan sebagainya, maka akan anda dapatkan penjelasan yang tak terhitung banyaknya, baik pada ayat-ayat Al-Qur’an, hadits-hadits, dan sirah Rasulullah saw., serta penjelasan para fuqaha dalam kitab-kitab fiqih.<br /><br />“Rahmat dan ilmu-Mu meliputi segala sesuatu.” (Al-Mu’min: 7)<br /><br />Bangsa-bangsa modern di zaman ini memiliki perhatian yang besar terhadap persoalan ini, bahkan mereka pun membangun rezimnya di atas pondasi ini. Kita lihat bahwa akar-akar Fasisme Musolini, Nazi Hitler, maupun Komunisme Stalin adalah militer murni. Akan tetapi terdapat perbedaan yang menyolok antara militer mereka dengan militer Islam.<br /><br />Islam adalah ajaran yang mengagungkan kekuatan. Namun demikian ia lebih cenderung kepada perdamaian. Allah pun berfirman setelah berbicara mengenai kekuatan,<br /><br />“Dan jika mereka cenderung kepada perdamaian, maka cenderunglah kamu kepadanya dan bertawakallah kepada Allah…” (Al-Anfal: 61)<br /><br />Ia pulalah yang memberikan batasan nilai kemenangan dan fenomena riilnya dalam firman-Nya,<br /><br />“…Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong agama-Nya. Sesungguhnya, Allah benar-benar Mahakuat lagi Mahaperkasa. (Yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, niscaya mereka mendirikan shalat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat yang ma’ruf, dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allahlah kembali segala sesuatu.” (Al-Hajj: 41)<br /><br />Bahkan, Allah juga meletakkan dasar undang-undang darurat perang sebagaimana dalam firman-Nya,<br /><br />“Dan jika kamu mengetahui pengkhianatan dari suatu golongan, maka kembalikanlah perjanjian itu kepada mereka dengan cara yang jujur. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat khianat.” (Al-Anfal: 58)<br /><br />Di samping itu, kita juga mendapatkan sabda Rasulullah saw. dan ucapan para khalifah setelah beliau, tatkala mengirim pasukan selalu disertai dengan wasiat yang sarat dengan pesan kasih sayang dan perdamaian. Rasulullah saw. bersabda,<br /><br />“Janganlah engkau melanggar janji, melampaui batas, mencincang musuh, membunuh perempuan, anak-anak, membunuh orang-orang yang sudah tua, memotong pohon yang sedang berbuah, dan menyengsarakan orang yang terluka. Di medan perang engkau akan menjumpai para rahib yang sedang beribadah di rumah-rumah ibadah mereka, maka tinggalkanlah mereka itu dan biarkanlah mereka dengan kesibukannya.”<br /><br />Di samping itu, kedudukan militer di dalam Islam adalah sebagai polisi keadilan serta penegak undang-undang dan hukum. Adapun militer Eropa yang ada sekarang, semua orang mengetahuinya, dia adalah pasukan bar-bar yang zhalim dan tentara yang hanya berpikir untuk keselamatan dirinya. Kalian dapat membandingkan, mana yang lebih utama di antara keduanya?<br /><br />Islam dan Kesehatan Secara Umum<br /><br />Setelah kita sadari bahwa bangsa yang tengah bangkit sangat membutuhkan jiwa keprajuritan yang tinggi, maka ketahuilah bahwa salah satu dari pilar-pilar yang menyangga jiwa keprajuritan tersebut adalah sehat dan kuatnya jasmani.<br /><br />Al-Qur’an telah memberi isyarat yang jelas menyangkut masalah ini tatkala mengisahkan suatu umat yang sedang berjihad, yang siap bangkit menanggung segenap beban, dan menghadang berbagai rintangan untuk merebut kemerdekaan, kebebasan, dan membangun bangsanya. Oleh karena itu Allah swt, memilih untuknya seorang pemimpin yang memiliki kekuatan pikir dan keperkasaan fisik.<br /><br />Allah menjadikan kekuatan fisik sebagai salah satu pilar utama untuk menegakkan kebangkitan dengan segenap bebannya.<br /><br />Kisah tersebut merupakan kisah Bani Israel tatkala dianugerahi seorang pemimpin bernama Thalut, dalam firman-Nya,<br /><br />“Sesungguhnya Allah telah memilihnya menjadi rajamu dan menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa…” (Al-Baqarah: 247)<br /><br />Rasulullah saw. telah menjelaskan hal yang berkaitan dengan persoalan kesehatan fisik ini dalam beberapa haditsnya. Beliau menganjurkan kepada orang-orang beriman untuk menjaga kekuatan tubuhnya, sebagaimana mereka memelihara kekuatan ruhaninya.<br /><br />Pada sebuah hadits shahih, beliau saw. bersabda,<br /><br />“Mukmin yang kuat itu lebih baik daripada mukmin yang lemah”.<br /><br />“Sesungguhnya, pada tubuhmu ada hak yang harus kamu penuhi.”<br /><br />Beliau juga telah menjelaskan kepada umatnya mengenai banyak hal yang berkaitan dengan kesehatan secara umum, khususnya tentang sikap preventif yang merupakan langkah paling utama dalam tinjauan medis.<br /><br />Rasulullah saw. bersabda,<br /><br />“Kami adalah kaum yang tidak makan kecuali jika telah merasa lapar, dan jika kami makan tidak sampai kekenyangan.”<br /><br />Beliau juga menganjurkan supaya hati-hati jika minum air. Dalam sebuah hadits disebutkan,<br /><br />“Rasulullah saw. senantiasa memilih air yang baik untuk diminum.”<br /><br />Rasulullah saw. melarang umatnya membuang air seni dan kotoran (tinja) di air yang diam (tidak mengalir). Beliau juga mengumumkan isolasi terhadap suatu daerah yang terserang wabah, agar penduduknya tidak meninggalkan tempat dan tidak pula memasukkan orang luar ke dalamnya. Beliau juga mengingatkan kepada umatnya akan berbagai penyakit menular, dan meminta supaya menyingkir dari penyakit lepra oleh karena itu Rasulullah saw. menganjurkan kepada umatnya agar banyak berolahraga seperti melempar, berenang, jogging (lari-lari), maupun latihan perang.<br /><br />Sungguh, perhatian Rasulullah saw. terhadap persoalan ini amat besar sehingga beliau bersabda,<br /><br />“Barangsiapa yang telah memiliki keahlian melempar kemudian melupakannya, maka ia bukan golonganku.”<br /><br />Oleh karena itu pula, beliau melarang dengan keras sikap berlebihan dalam urusan ibadah sampai menelantarkan kesehatan tubuhnya dengan alasan taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah swt.<br /><br />Beliau menganjurkan kepada umatnya agar memiliki sifat tawazun (proporsional). Semua ini menjadi bukti bagi kita bahwa Islam adalah ajaran yang memberikan perhatian besar terhadap kesehatan umat secara umum, mendorong mereka supaya menjaganya, dan melapangkan dada mereka agar siap bekerja bagi kebaikan dan kebahagiaannya dalam masalah yang penting ini.<br /><br />Islam dan Ilmu<br /><br />Sebagaimana umat ini membutuhkan kekuatan, ia juga membutuhkan ilmu pengetahuan yang dapat menopang kekuatan Islam tersebut dan mengarahkannya pada tujuan yang utama mendorong sepenuhnya berbagai kegiatan ilmiah seperti penelitian dan penyusunan karya ilmiah. Islam sama sekali tidak abai terhadap ilmu pengetahuan, bahkan menjadikan aktivitas ilmiah sebagai salah satu kewajiban diantara kewajiban-kewajiban yang lain.<br /><br />Sebagai bukti, cukuplah kutipan awal dari firman Allah berikut,<br /><br />“Bacalah, dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan; Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah; Bacalah, Tuhanmulah yang paling Pemurah; yang mengajarkan (manusia) dengan perantaraan kalam; Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (Al-’Alaq: 1-5)<br /><br />Pada perang Badar, Rasulullah saw. meminta tebusan bagi Pembebasan tawanan orang-orang musyrik dengan cara satu tawanan diminta mengajari baca-tulis kepada sepuluh anak-anak Islam, dalam rangka menghapuskan buta huruf di kalangan umat Islam kala itu.<br /><br />Allah tidak pernah menyamakan antara orang-orang yang berilmu dengan para juhala (orang bodoh), sebagaimana tersurat dalam firman-Nya,<br /><br />“Katakanlah, ‘Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang yang tidak mengetahui? ‘Sesungguhnya, orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.” (Az-Zumar: 9)<br /><br />Bahkan Islam Menimbang setara antara tinta para ulama dengan darah para syuhada, dan saling mengikat dengan kuat antara ilmu dan kekuatan pada dua ayat berikut,<br /><br />“Tidak sepatutnya orang-orang yang mukmin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya? Hai orang-orang yang beriman, perangilah orang-orang kafir yang disekitar kamu itu, dan hendaklah mereka menemui kekerasan daripadamu. Dan ketahuilah, bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertaqwa. ” (At-Taubah: 122-123)<br /><br />Al-Qur’an juga tidak membedakan antara ilmu pengetahuan (umum) dengan ilmu agama, bahkan mewasiati kita supaya meraih keduanya, Allah swt. menuturkan firman-Nya yang berkenaan dengan alam pada satu ayat, lalu menganjurkan untuk menguasainya dan menjadikan pengetahuan atasnya sebagai jalan menuju ma’rifah dan khasyatullah (takut kepada Allah).<br /><br />“Tidakkah kamu melihat bahwasanya Allah menurunkan hujan dari langit…”<br /><br />Ini isyarat mengenai bentangan kosmos dan pertautan erat antara langit dan bumi. Lalu dalam firman-Nya,<br /><br />“…Lalu Kami hasilkan dengan hujan itu buah-buahan yang beraneka macam jenisnya…”<br /><br />Di sini ada isyarat mengenai pengetahuan dunia tumbuh-tumbuhan dengan keunikan, keajaiban, dan unsur kimiawinya.<br /><br />“Dan di antara gunung-gunung itu ada garis-garis putih dan merah yang beraneka macam warnanya dan ada pula yang hitam pekat.” (Fathir: 27)<br /><br />Pada ayat di atas ada isyarat pengetahuan mengenai geologi dan lapisan-lapisan bumi serta rotasinya. Lalu disambung dengan ayat berikutnya,<br /><br />“Dan demikian pula di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya).”<br /><br />Pada ayat tersebut ada isyarat pengetahuan mengenai biologi dan ilmu hewan dengan segala cakupannya; termasuk manusia, serangga, dan binatang.<br /><br />Nah, apakah kalian mendapati ayat-ayat ini mengabaikan pengetahuan alam?<br /><br />Lalu Al-Qur’an menutup uraian tersebut dengan firman Allah,<br /><br />“Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara para hamba-Nya hanyalah ulama.” (Fathir: 28)<br /><br />Tidakkah kalian melihat untaian ayat-ayat Al-Qur’an yang ajaib itu, bahwa Allah swt. mendorong dan memerintahkan manusia agar melakukan studi terhadap alam? Allah swt. menjuluki orang-orang yang pengetahuannya mendalam terhadapnya sebagai ahli ma’rifat dan ahli khashyah (orang-orang takut kepada-Nya).<br /><br />Semoga Allah meningkatkan Pengetahuan kaum muslimin terhadap agamanya.<br /><br />Islam dan Akhlaq<br /><br />Umat yang tengah bangkit paling membutuhkan akhlaq yang mulia, jiwa yang besar, dan cita-cita yang tinggi. Hal ini karena umat tersebut akan menghadapi berbagai tuntutan dari sebuah masyarakat baru. Suatu tuntutan yang tidak mungkin dipenuhi kecuali dengan kesempurnaan akhlaq dan ketulusan jiwa, yang lahir dari iman yang menghunjam dalam dada, komitmen yang menancap kuat di dalam hati, pengorbanan yang besar, dan mental yang tahan uji. Hanya Islamlah yang mampu mencetak kepribadian serupa itu, dan ia pula yang menjadikan kebersihan dan kesucian jiwa sebagai pondasi bagi bangunan kejayaan umat. Allah swt. berfirman,<br /><br />“Sungguh, beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu dan sungguh merugilah orang yang mongotorinya.” (Asy-Syams: 9-10)<br /><br />Islam menggantungkan perubahan urusan umat ini kepada perubahan akhlaq dan kebersihan jiwanya. Sebagaimana Allah swt. berfirman,<br /><br />“Sesungguhnya, Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada mereka sendiri,” (Ar-Ra’d: 11)<br /><br />Anda pasti mendengar ayat Al-Qur’an yang sangat berkesan mengenai kosa kata “akhlaq mulia”, maka Anda akan mendapati kekuatan yang terpancar dari kesucian dan kesiapan jiwa.<br /><br />Umpamanya mengenai kesetiaan (wafa), Allah swt. berfirman,<br /><br />“Di antara orang-orang mukmin itu ada orang yang setia kepada apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu, dan mereka sedikit pun tidak merubah (janjinya), supaya Allah memberikan balasan kepada arang-orang yang benar itu karena kebenarannya.” (Al-Ahzab: 23-24)<br /><br />Mengenai pengorbanan, kesabaran, ketahanan, dan kemampuan mengatasi berbagai persoalan pelik, Allah swt. berfirman,<br /><br />“Yang demikian itu adalah karena mereka tidak ditimpa kehausan, kepayahan, dan kelaparan pada jalan Allah dan tidak pula menginjak suatu tempat yang membangkitkan amarah orang-orang kafir, dan tidak menimpakan suatu bencana kepada musuh, melainkan dituliskanlah bagi mereka dengan yang demikian itu suatu amal shalih. Sesungguhnya, Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik. Dan mereka tidak menafkahkan suatu nafkah yang kecil dan tidak (pula) yang besar dan tidak melintasi suatu lembah, melainkan dituliskan bagi mereka (amal saleh pula), karena Allah akan memberi balasan kepada mereka (dengan balasan) yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (At-Taubah: 120-121)<br /><br />Sesungguhnya, tidak ada ajaran yang setara dengan ajaran Islam. Ia adalah sebuah ajaran yang dapat membangunkan hati, menghidupkan perasaan, dan menegakkan kontrol diri dengan sebaik-baik kontrol. Tanpa kehadirannya tidak mungkin ada sebuah undang-undang yang tertata dari masalah yang global hingga masalah yang paling detail.<br /><br />Islam dan Ekonomi<br /><br />Umat yang tengah bangkit juga sangat membutuhkan penanganan atas urusan ekonominya, karena ia merupakan persoalan paling penting di masa kini. Islam sama sekali tidak mengesampingkan masalah ini, bahkan ia telah meletakkan kaidah dasar dan konsep-konsepnya secara jelas dan tuntas. Kalian dapat mendengarkan firman Allah swt. mengenai bagaimana Islam mengajarkan kepada kita untuk menjaga. harta, menjelaskan nilainya, serta mengingatkan kewajiban kita untuk memperhatikannya. Allah swt. berfirman,<br /><br />“Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya, harta yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan.,.” (An-Nisa’: 5)<br /><br />Allah swt. berfirman mengenai keseimbangan antara infaq dan penghasilan,<br /><br />“Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya, yang karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal.” (Al-Isra’: 29)<br /><br />Dalam sebuah hadits Rasulullah saw. bersabda,<br /><br />“Tidak miskin orang yang hemat.”<br /><br />Sebagaimana harta itu memberi manfaat kepada pribadi, demikian pula ia memberi manfaat kepada umat. Sabda Rasul saw,<br /><br />“Sebaik-baik harta adalah harta yang ada pada orang shalih”<br /><br />Sistem ekonomi yang baik -apapun namanya dan dari mana pun sumbernya- akan dapat diterima oleh Islam. Umat pun akan didorong untuk mendukungnya, meskipun kitab fiqih sendiri telah sarat dengan hukum-hukum ekonomi berikut rincian penjelasannya, sehingga tidak perlu lagi tambahan dari konsep ekonomi yang lain.<br /><br />Akhirnya, ketahuilah bahwa jika suatu umat telah dapat memenuhi seluruh pilar ini; cita-cita, cinta tanah air, ilmu pengetahuan, kekuatan, kesehatan, dan ekonomi, maka tidak dapat diragukan lagi bahwa inilah umat terbaik itu, dan masa depan ada di tangannya. Apalagi jika -di samping itu- ia bersih dari sifat egois, permusuhan, dan sifat-silat melampaui balas lainnya, niscaya lahirlah dari sana kebaikan yang akan menghiasi dunia seluruhnya. Sesungguhnya Islam telah menjamin tegaknya semua itu sehingga tidak ada alasan bagi suatu bangsa yang ingin bangkit untuk menolak konsep Islam ini, apalagi berpaling dari jalannya.<br /><br />Sistem Islam Secara Umum<br /><br />Pembicaraan di atas hanyalah sebagian kecil saja dari aspek-aspek ideal yang ada dalam sistem Islam, khususnya yang terkait dengan masalah kebangkitan umat, karena kita memang tengah menghadapi zaman kebangkitan.<br /><br />Adapun jika kita ingin membahas seluruh aspek ideal dalam sistem Islam, maka membutuhkan pembicaraan panjang dan butuh berjilid-jilid buku untuk menuliskannya. Oleh karena itu cukuplah bagi kita sebuah kalimat global, bahwa sistem Islam yang berkaitan dengan kehidupan pribadi, keluarga, bangsa -baik pemerintah maupun rakyatnya-, serta hubungan antar bangsa telah merangkum berbagai sisi penghayatan, kecermatan, kejelasan, serta pengutamaan maslahat. Ia adalah sistem yang paling mendatangkan manfaat dan paling sempurna, yang pernah dikenal oleh umat manusia, sejak dahulu hingga sekarang.<br /><br />Pernyataan ini telah dibuktikan kebenarannya oleh sejarah, dan dikuatkan dengan riset yang mendalam oleh para peneliti dalam berbagai sisi kehidupan.<br /><br />Pernyataan semacam ini dahulu terasa eksklusif, namun kini sudah sangat populer dan dinyatakan oleh setiap cendekiawan yang jujur. Para peneliti -setiap melakukan risetnya- senantiasa menyingkap sesuatu yang ajaib dalam sistem abadi ini, yang tidak pernah terlintas di benak mereka sebelumnya. Mahabenar Allah tatkala berfirman,<br /><br />“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Qur’an itu adalah benar. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu?” (Fushilat: 53)<br /><br />ISLAM MELINDUNGI GOLONGAN MINORITAS DAN MEMELIHARA HAK-HAK ORANG ASING<br /><br />Kepada<br /><br />Yth . ……….<br /><br />Banyak orang berprasangka bahwa komitmen terhadap Islam dan menjadikannya sebagai pondasi bagi bangunan kehidupan berarti menolak keberadaan kelompok minoritas non muslim dalam masyarakat Islam dan menolak adanya kesatuan berbagai kelompok masyarakat. Padahal sesungguhnya ia merupakan pilar yang kokoh di antara pilar-pilar penyangga kebangkitan umat.<br /><br />Prasangka tersebut jelas tidak benar, karena Islam yang diturunkan oleh Dzat yang Mahabijaksana dan Maha Mengetahui -yang memahami benar apa yang terjadi pada umat manusia, baik di masa lalu, masa kini, dan masa mendatang, yang pengetahuan-Nya menguasai berbagai persoalan umat masa lalu tidak menciptakan sebuah sistem yang suci dan arif kecuali pasti mencakup perlindungan terhadap masyarakat minoritas di dalam teks-teks wahyu-Nya yang demikian jelas; tidak ada kerancuan dan campur aduk di dalamnya.<br /><br />Jika orang ingin mengetahui lebih jelas, lihatlah ayat berikut ini,<br /><br />“Allah tidak melarang kamu berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya, Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.” (Mumtahanah: 8)<br /><br />Ayat ini tidak hanya berbicara mengenai perlindungan saja, melainkan juga berbicara mengenai anjuran agar berbuat baik kepada mereka, karena Islam adalah ajaran yang mensakralkan kesatuan umat manusia, sebagaimana firman-Nya,<br /><br />“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal.” (Al-Hujurat: 13)<br /><br />Kemudian, Islam mensakralkan kesatuan agama sehingga ia memotong akar-akar fanatisme buta dan mewajibkan kepada putra-putranya untuk beriman kepada seluruh agama langit secara keseluruhan, sebagaimana firman Allah,<br /><br />“Katakanlah (hai, orang-orang yang beriman), ‘Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya’qub dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhannya. Kami tidak membeda-bedakan seorang pun di antara mereka dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya.’ Oleh karena itu, jika mereka beriman kepada apa yang kamu telah beriman kepadanya, sungguh mereka telah mendapat petunjuk. dan jika mereka berpaling, sesungguhnya mereka berada dalam permusuhan (dengan kamu), dan Allah akan memelihara kamu dari mereka. Dan Dialah yang Maha mendengar lagi Maha Mengetahui. Shibghah Allah, dan siapakah yang lebih baik shibghahnya dari pada Allah. Dan kepada-Nya lah kami mengikhlaskan hati.” (Al-Baqarah: 137)<br /><br />Kemudian ia mensakralkan ikatan agama secara khusus tanpa kesan memuji diri atau memusuhi orang lain.<br /><br />Allah swt. berfirman,<br /><br />“Sesungguhnya. orang-orang mukmin itu adalah saudara. Oleh karena itu, damaikanlah antara saudaramu dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat , (Al-Hujurat: 10)<br /><br />Ajaran Islam ini -yang membangun prinsipnya di atas keseimbangan dan keadilan yang sempurna- tidak mungkin mencetak pengikut yang menjadi biang perpecahan dan perselisihan.<br /><br />Sebaliknya, ia bahkan menganggap persatuan sebagai sesuatu yang dijunjung tinggi oleh agama, ketika (selama ini) kekuatan persatuan hanya berlandaskan pada teks-teks kesepakatan belaka.<br /><br />Ajaran Islam juga menetapkan batasan-batasan secara rinci tentang siapa yang harus dilawan dan diputus hubungannya, sebagaimana tersebut dalam firman Allah swt.,<br /><br />“Sesungguhnya. Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangi kamu karena agama, dan mengusir kamu dari negerimu, dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang yang zhalim.” (Mumtahanah: 9)<br /><br />Tidak ada satu pun orang bijak yang dapat memaksakan kepada suatu bangsa untuk rela. di dalam tubuhnya ada orang yang sifatnya seperti tersebut pada ayat di atas, yang hanya akan menciptakan kerusakan dan mengacaukan sistem hidupnya (bangsa itu).<br /><br />Inilah sikap Islam terhadap kelompok minoritas non muslim, sangat jelas dan sama sekali tidak aniaya. Prinsip Islam dalam menyikapi umat lain adalah prinsip perdamaian dan persahabatan, sepanjang mereka berperilaku lurus dan berhati bersih. Namun, jika hati mereka rusak dan kejahatan mereka merajalela, Al-Qur’an pun menggariskan sikap tegas dengan firman-Nya,<br /><br />“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya menimbulkan kemudaratan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka. dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. Sungguh, telah kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahami nya,” (Ali Imran: 118)<br /><br />Dengan demikian, Islam telah memberi pemecahan terhadap persoalan ini secara lebih rinci dan jernih.<br /><br />ISLAM TIDAK MENGERUHKAN HUBUNGAN KITA DENGAN BARAT<br /><br />Ada sebagian orang menuduh bahwa sistem Islam (dalam alam kehidupan modern ini) menjauhkan kita dari negara-negara Barat dan mengeruhkan hubungan politik antara kita dengan mereka, yang sebelumnya. berjalan harmonis. Tuduhan itu tentu saja tanpa dasar dan merupakan lamunan belaka.<br /><br />Akan halnya negara-negara itu, kalau mereka tetap berburuk sangka kepada kita, memang begitulah jalan pikiran mereka, baik kita mengikuti Islam maupun tidak. Namun, jika saja mereka dengan tulus mau memberikan kepercayaannya kepada kita sebenarnya para juru bicara dan para. politisi mereka juga sering berkata lantang bahwa setiap negara itu bebas menentukan sistem ideologi yang akan dijadikan pijakannya, sepanjang tidak merampas hak-hak bangsa lain.<br /><br />Para pemimpin politik negara-negara itu seharusnya paham bahwa Islam sebagai sistem kenegaraan adalah sistem paling mulia lagi sakral yang pernah dikenal oleh sejarah. Sedangkan dasar-dasar ideologi yang diletakkan oleh Islam yang bertujuan untuk melindungi dan menjaga kemuliaannya, adalah dasar-dasar ideologi paling kokoh yang pernah dikenal manusia.<br /><br />Islamlah yang mengumandangkan pemeliharaan hak dan penunaian perjanjian, sebagaimana tersurat dalam firman-Nya,<br /><br />“Tepatilah janji. Sesungguhnya janji itu akan dipertanggungjawabkan (di hadapan Allah).” (Al-Isra’: 34)<br /><br />“Kecuali orang-orang musyrik yang kamu telah mengadakan perjanjian (dengan mereka) dan mereka tidak mengurangi sesuatu pun (dari isi perjanjianmu) dan tidak pula membantu seseorang yang memusuhi kamu, maka terhadap mereka itu penuhilah janjinya sampai batas waktunya. Sesungguhnya. Allah menyukai orang-orang yang bertaqwa.” (At-Taubah: 4)<br /><br />“Maka selama mereka berlaku lurus terhadapmu, hendaklah kamu berlaku lurus pula terhadap mereka.” (At-Taubah: 7)<br /><br />Mengenai perlakuan baik terhadap orang-orang yang minta perlindungan dan pihak yang memberi perlindungan, Allah swt. berfirman,<br /><br />“Dan jika seorang di antara orang-orang musyrik itu meminta perlindungan kepadamu, maka lindungilah ia supaya sempat mendengarkan ayat-ayat Allah, kemudian antarkanlah ia ke tempat yang aman.” (At-Taubah: 6)<br /><br />Ini semua adalah perlakuan terhadap orang-orang musyrik, maka terhadap orang-orang ahli kitab tentu lebih lunak lagi.<br /><br />Ajaran Islam, yang meletakkan dasar-dasar ideologi ini kemudian mengarahkan umatnya agar komitmen kepadanya, dan memberi jaminan keamanan kepada orang lain agar orang lain pun memperlakukannya dengan sikap serupa. Seharusnya, sikap yang demikian itu menjadi pelajaran bagi negara-negara Barat.<br /><br />Bahkan, kami menegaskan pula bahwa Eropa mestinya akan lebih baik jika dalam mengendalikan bangsa-bangsanya menggunakan sistem ini. Dan tentunya ia (Islam) lebih baik dan lebih menjamin keabadiannya.<br /><br />AKAR-AKAR KEBANGKITAN DI TIMUR BUKANLAH YANG ADA DI BARAT<br /><br />Kepada yang mulia ………<br /><br />Salah satu penyebab yang menjadikan bangsa-bangsa di Timur menyeleweng dari Islam dan memilih taklid kepada Barat adalah studi yang mereka lakukan terhadap kebangkitan negara-negara Barat. Mereka sampai pada kesimpulan bahwa kebangkitan negara-negara Barat tegak di atas penghancuran agama dan gereja, terlepasnya mereka dari kekuasaan Paus dan cengkeraman para pendeta serta para rabi, pemberangusan terhadap segala fenomena kepemimpinan agama di masyarakat, dan pemisahan secara total antara urusan agama dengan urusan politik kenegaraan.<br /><br />Taruhlah hal ini benar-benar terjadi di negara-negara Barat, maka tidaklah demikian yang harus berlaku di tubuh umat Islam. Mengapa? Karena watak ajaran Islam itu berbeda sama sekali dengan watak agama mana pun di dunia ini.<br /><br />Kekuasaan tokoh-tokoh agama di kalangan kaum muslimin itu terbatas sifatnya. Dia tidak memiliki hak untuk mengubah dasar-dasar hukum. Oleh karenanya, kaidah-kaidah dasar Islam senantiasa sesuai dan dapat mengikuti perkembangan zaman. Suaranya senantiasa bergema menyeru umatnya untuk terus maju mendukung ilmu pengetahuan, dan melindungi para ulamanya.<br /><br />Jadi, apa-apa yang berlaku di negara-negara Barat, sama sekali tidak terdapat di sini. Hal ini telah banyak dibahas oleh kalangan cendekiawan dan tertulis dalam banyak buku.<br /><br />Kepentingan kami dengan risalah ini hanyalah ingin mengungkapkan secara sekilas mengenai pokok persoalan, kemudian mengingatkan, dan meluruskan syubhat yang ada.<br /><br />Kami yakin sepenuhnya bahwa setiap orang yang adil pasti berada di pihak kami dalam memahami prinsip-prinsip ini.<br /><br />Atas dasar itu, cara berpikir dengan kerangka Barat di atas tidak mungkin menjadi pondasi bagi kebangkitan baru kami, sebuah kebangkitan yang harus dibangun di atas pondasi akhlak yang mulia, ilmu pengetahuan yang luas, dan kekuatan yang tegar. itulah yang diperintahkan oleh Islam.<br /><br />TOKOH AGAMA BUKANLAH AGAMA ITU SENDIRI<br /><br />Salah satu alasan pembenar yang dipakai oleh orang-orang yang berpikir dengan kerangka pikir model Barat -dalam rangka menyudutkan Islam- adalah mereka senantiasa menggembor-gemborkan perilaku para tokoh agama di kalangan kaum muslimin, di mana sikap mereka senantiasa kontra produktif terhadap kebangkitan bangsa mereka sendiri. Mereka (para tokoh agama) senantiasa menindas warganya, bekerja sama dengan para perampas hak rakyat, memberikan kepada mereka (para. perampas) perlakuan yang istimewa, serta membagi-bagi kedudukan dan keuntungan materi, dengan mengabaikan kemaslahatan negara dan masyarakat.<br /><br />Tuduhan semacam itu, kalaupun benar, adalah karena bobroknya mentalitas para tokoh agama itu sendiri, bukan karena agamanya. Lagi pula. apakah pantas agama ini memerintahkan demikian?<br /><br />Tidakkah Anda menyimak kisah hidup para ulama, di mana mereka menghinakan para raja dan penguasa di pagar dan pintu istana mereka? Mereka dengan sangat tegar dan keras menunjukkan sikapnya, berani memerintah, mencegah, bahkan menolak hadiah-hadiah dari para penguasa dan raja-raja itu. Mereka menjelaskan makna hakikat kepada para penguasa tersebut, menyampaikan tuntutan-tuntutan umat, bahkan lebih dari itu mereka senantiasa siap memanggul senjata jika menghadapi berbagai tindak kezhaliman.<br /><br />Tinta sejarah belum lagi kering menuliskan bagaimana sekelompok fuqaha di bawah pimpinan Ibnu Al-’Ash mengibarkan panji jihad di berbagai negeri bagian timur daulah Islamiyah, sedangkan di wilayah barat sejarah mencatat nama Ibnu Yahya Al-Laitsi At-Maliki.<br /><br />Inilah tuntunan agama dan ini pula sejarah masa lalu para tokohnya. Adakah kita dapati padanya apa-apa yang mereka tuduhkan itu? Bisakah disebut keadilan jika penyelewengan tokoh agama ditimpakan kepada agamanya?<br /><br />Lagi pula, kalaupun tuduhan itu benar-benar terjadi pada Suatu bangsa, belum tentu ia juga terjadi pada bangsa-bangsa lain, sebagaimana jika terjadi pada suatu kondisi, tidak selalu terjadi pada kondisi yang lain.<br /><br />Simaklah sejarah kebangkitan baru di Timur maka Anda akan menyaksikan kisah kepahlawanan para tokoh agama (Islam), misalnya tegaknya Al-Azhar di Mesir, peran majelis tinggi di Palestina dan Lebanon, kisah perjuangan guru kami: Abil Kalam dan kawan-kawannya para ulama besar di India, serta pemimpin Islam di Indonesia. Semua itu masih segar diingat oleh sejarah.<br /><br />Oleh karenanya, tuduhan-tuduhan di atas tidak seharusnya menjadi alasan untuk memalingkan umat dari ajaran agamanya atas nama Nasionalisme murni. Bukankah merupakan sesuatu yang bermanfaat bagi umat jika Anda memperbaiki para tokoh agama tersebut (sekiranya dia memang salah) atau menuntut kebaikan dari mereka, bukan malah menyikapinya dengan sikap yang membinasakan? Lagi pula, istilah “tokoh agama” yang sudah demikian populer di masyarakat kita adalah istilah serapan dan taklid buta yang tidak sesuai dengan tradisi kita. Kalaupun hal ini dibenarkan dalam persepsi barat dengan nama Aklerus, maka dalam tradisi Islam meliputi seluruh Muslim. Baik orang muslim biasa maupun tokohnya, adalah tokoh agama.<br /><br />LANGKAH YANG BERANI DAN TEPAT<br /><br />Wahai<br /><br />yang mulia ……<br /><br />Setelah membaca penjelasan panjang lebar ini, kita tidak punya alasan lagi untuk menjauh dari jalan kebenaran, yakni sistem Islam. Dan tidak ada alasan pula untuk menuruti keinginan syahwat dan selera kemewahan duniawi, yakni sistem Eropa. Memang, pada sistem Eropa terdapat hiasan materi dan kemewahan. Padanya terdapat kenikmatan dan kesenangan, permisifisme dan kebebasan, serta segala yang menyenangkan hawa nafsu.<br /><br />Allah swt. berfirman,<br /><br />“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas dan perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak, sawah, dan ladang, Itulah kesenangan hidup di dunia…” (Ali Imran: 14)<br /><br />Akan tetapi, jalan Islam adalah jalan yang terhormat dan penuh pengendalian diri. Dia adalah kebenaran dan kekuatan, keberkahan dan jalan lurus, ketegaran dan keutamaan. ikutilah jejaknya bersama umat ini, semoga Allah memberi taufiq kepada Anda.<br /><br />Allah swt. berfirman,<br /><br />“Katakanlah, Inginkah aku kabarkan kepadamu apa yang lebih baik dari yang demikian itu?’Untuk orang-orang yang bertaqwa (kepada Allah) pada sisi Tuhan mereka ada surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya. Dan (ada pula) istri-istri yang disucikan, serta keridhaan Allah. Dan Allah Maha Melihat hamba-hamba-Nya.” (Ali Imran: 15)<br /><br />Sesungguhnya, kemewahan hidup telah menghancurkan banyak bangsa. Eropa pun telah diguncang oleh kenikmatan duniawi dan kerakusan terhadapnya.<br /><br />Allah swt. berfirman,<br /><br />“Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu supaya menaati Allah, tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu. Oleh karenanya, sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.” (Al-Isra’: 16)<br /><br />Sesungguhnya, Allah swt. telah mengutus Rasul-Nya sebagai rahmat bagi semesta alam sampai hari kiamat. Bersama Rasul itu diturunkanlah Kitab-Nya yang haq, sebagai cahaya dan petunjuk bagi manusia sampai hari kiamat. Kepemimpinan Rasulullah senantiasa abadi dengan sunah-sunahnya, kekuatan Al-Qur’an senantiasa tegar dengan hujah-hujahnya dan seluruh umat manusia pasti menuju kepada keduanya, baik dengan cara terhormat maupun dengan terhina baik dari jauh maupun dari dekat, hingga terwujudlah janji Allah,<br /><br />“Agar dimenangkan agama ini atas seluruh agama….”<br /><br />Oleh karena itu, jadilah Anda orang pertama yang bangkit dengan atas nama Rasulullah saw, yang membawa penyembuh dari Al-Qur’an untuk menyelamatkan dunia dari deraan penyakit yang diidapnya.<br /><br />Ia adalah langkah yang berani, dan memang demikianlah seharusnya. Sungguh, Allah pasti menang dalam segala urusan-Nya.<br /><br />“Dan di hari (kemenangan bangsa Romawi) itu bergembiralah orang-orang yang beriman karena pertolongan Allah. Dia menolong. siapa yang dikehendaki-Nya dan Dia-lah yang Mahaperkasa lagi Maha Penyayang.” (Ar-Ruum: 4-5)<br /><br />BEBERAPA LANGKAH PRAKTIS MENUJU PERBAIKAN<br /><br />Yang mulia …..<br /><br />Setelah kami jelaskan kepada Anda beberapa hal yang dapat menjadi acuan dalam membimbing umat menuju kebangkitan barunya secara rohani, selanjutnya kami Ingin memaparkan beberapa langkah aplikatif yang dapat memenuhi tuntutan konsep tersebut. Kami akan mengungkapkan tema pokoknya saja, karena kami tahu pasti bahwa setiap tuntutan yang akan kami sampaikan ini membutuhkan pembahasan yang panjang dan mendalam dengan melibatkan para pakar dan spesialis di bidang masing-masing. Namun, -pada saat yang sama- kami juga tidak mungkin mengurangi apa yang menjadi tuntutan kebangkitan umat tersebut.<br /><br />Di samping itu, kami meyakini bahwa untuk mewujudkan tuntutan tersebut bukan pekerjaan mudah yang dapat selesai dalam waktu satu dua hari. Setiap tuntutan pasti menghadapi berbagai kendala, yang membutuhkan kearifan sikap, kebulatan tekad, dan perjuangan yang panjang. Semua itu kami ketahui dan kami pahami benar.<br /><br />Namun demikian, kami tetap yakin bahwa jika ada tekad yang tulus dan jalan yang jelas membentang, sementara masyarakat sendiri memiliki kemauan yang keras untuk meniti jalan kebajikan, insya Allah semua itu akan terwujud. Mantapkanlah orientasi Anda, niscaya Allah swt. tetap bersama Anda.<br /><br />Adapun, tema pokok tentang perbaikan dan bersendikan ruh Islam yang benar meliputi hal-hal sebagai berikut:<br /><br />Dalam Aspek Politik, Hukum, dan Administrasi<br /><br />1. Menghancurkan fanatisme kelompok dan mengarahkan potensi umat secara politik dalam rangka menciptakan keseragaman orientasi dan kesatuan barisan.<br /><br />2. Perbaikan undang-undang sehingga sesuai dengan tuntutan syariat Islam dalam setiap cabangnya.<br /><br />3. Meningkatkan kekuatan pasukan, memperbanyak kelompok pemuda untuk proses pembangkitan semangat hidupnya dalam rangka memenuhi panggilan jihad Islam.<br /><br />4. Menguatkan ikatan antar wilayah Islam khususnya negeri-negeri Arab sebagai titik tolak bangkitnya pemikiran yang serius dan realistis menuju tegaknya kembali khilafah yang telah hilang.<br /><br />5. Membangkitkan semangat keislaman di kantor-kantor pemerintah, sehingga seluruh pegawai merasa membutuhkan kajian Islam.<br /><br />6. Melakukan kontrol terhadap perilaku pribadi para pegawai dan tidak memisahkan antara kepentingan pribadi dan pekerjaan.<br /><br />7. Mendahulukan pemenuhan janji-janji pekerjaan di kantor kapan saja, sehingga membantu penunaian berbagai kewajiban dan menghindarkan banyak begadang.<br /><br />8. Menghapuskan risywah (suap) dan komisi, serta hanya berharap dari kemampuan kerja dan peraturan yang sebenarnya.<br /><br />9. Menimbang setiap aktivitas pemerintah dengan timbangan hukum dan ajaran Islam. Oleh karena itu, peraturan penyelenggaraan pesta, pertemuan resmi, sistem lembaga pemasyarakatan, pengelolaan rumah sakit, dan lain-lain hendaknya tidak bertentangan dengan syariat Islam. Di samping itu jadwal kegiatan hendaknya diatur sedemikian rupa sehingga tidak berbenturan dengan waktu-waktu shalat.<br /><br />10. Memasukkan para personil AI-Azhar dalam pekerjaan militer dan kesekretariatan dan memberi pelatihan kepada mereka.<br /><br />Dalam Aspek Sosial dan Ilmiah<br /><br />1. Membiasakan masyarakat berpegang pada etika dan kesopanan umum, membuat aturan-aturan untuk mempertahankan pelaksanaannya, dan menindak tegas para pelanggarnya<br /><br />2. Mengatasi persoalan kaum wanita dengan solusi yang dapat menggabungkan antara peningkatan perannya dan pemeliharaan kehormatannya, sesuai dengan ajaran Islam. Dengan demikian, kita tidak mengabaikan persoalan mereka, karena ia merupakan masalah sosial yang terpenting. Di mana mereka berhadapan dengan goresan kasih sayang tinta penulis yang tendensius dan berbagai pandangan yang ganjil, baik dari kaum ekstremis maupun apatis.<br /><br />3. Memberantas prostitusi, baik yang terang-terangan maupun yang sembunyi-sembunyi Perbuatan zina, apapun alasannya, harus dianggap sebagai kejahatan dan kemungkaran yang mengakibatkan pelakunya bisa dihukum rajam.<br /><br />4. Menghancurkan praktek perjudian dengan segala bentuknya, seperti lotere, undian, maupun taruhan.<br /><br />5. Memerangi minuman keras dan obat-obat terlarang. Islam melarang itu semua dan menjauhkan masyarakat dari dampak negatifnya.<br /><br />6. Memerangi tabarruj, pamer dandanan, dan pamer aurat. Memberi pengarahan dengan tegas kepada para wanita untuk berperilaku sebagaimana layaknya muslimah yang shalihah, khususnya kepada para guru, para siswi, para mahasiswi, para dokter, dan lain-lain profesi yang menjadi sorotan masyarakat.<br /><br />7. Meninjau kembali kurikulum pendidikan kaum wanita dan melakukan pemisahan sebanyak mungkin poin, antara kurikulum pendidikan untuk siswa putra dan putri.<br /><br />8. Melarang bercampurnya siswa dan siswi dalam satu kelas, dengan penegasan bahwa jika seorang lelaki dan seorang perempuan berdua di tempat yang sepi, maka hal itu termasuk kejahatan yang ada sanksi hukumnya.<br /><br />9. Memompakan semangat para pemuda untuk menikah dan mendapatkan keturunan dengan berbagai jalan yang dapat mengantarkan mereka ke sana. Syari’at Islam menganjurkan kepada kita untuk membangun keluarga, melindungi, dan memecahkan berbagai persoalannya.<br /><br />10. Menutup klub-klub malam, panggung tarian maksiat, dan berbagai kegiatan serupa atau yang menuju ke hal tersebut.<br /><br />11. Mengontrol kegiatan pentas dan peredaran film-film di bioskop, serta menganjurkan dimasyarakatkannya kisah-kisah yang baik dan kaset-kaset yang bermanfaat.<br /><br />12. Mengganti nyanyian yang berkembang di masyarakat dan menyeleksinya secara sungguh-sungguh.<br /><br />13. Menyeleksi produk siaran yang dikonsumsi masyarakat, baik berupa ceramah maupun nyanyian, dan menggunakan studio siaran sebagai sarana pendidikan akhlak masyarakat.<br /><br />14. Menyita cerita-cerita porno dan buku-buku yang mengaburkan kebenaran dan merusaknya. juga penerbitan-penerbitan sejenis yang berpengaruh terhadap merajalelanya kejahatan dan terumbarnya nafsu syahwat.<br /><br />15. Mengatur keberadaan vila-vila agar tidak disalahgunakan dan mengembalikan fungsi dasar vila-vila itu sebagai tempat peristirahatan.<br /><br />16. Membatasi waktu buka warung-warung secara umum dan mengontrol kesibukan para pengunjungnya. Selain itu, juga memberikan pengarahan kepada mereka agar tidak menghamburkan waktunya dengan berlama-lama berada di situ.<br /><br />17. Menggunakan warung-warung tersebut sebagai tempat pengajaran membaca dan menulis kepada para buta huruf dengan melibatkan para pemuda, yang mereka dilengkapi dengan seragam guru atau pelajar.<br /><br />18. Memerangi tradisi yang negatif dalam perilaku ekonomi, akhlaq, dan sebagainya. Mengubah tradisi negatif yang melanda masyarakat tersebut dan menggantinya dengan tradisi yang positif, atau mewarnai tradisi itu dengan sesuatu yang membawa maslahat, seperti tradisi pesta, resepsi kematian, ulang tahun, resepsi hari raya, dan sebagainya. Hendaknya pemerintah menjadi teladan dalam hal-hal seperti ini.<br /><br />19. Menjadikan aktivitas memerangi orang yang menentang hukum Allah sebagai amar ma’ruf nahi mungkar, seperti makan di siang hari Ramadhan, meninggalkan shalat dengan sengaja, mencaci maki ajaran agama, atau yang semisal dengan itu.<br /><br />20. Menghimpun lembaga pendidikan resmi di kampung-kampung dan masjid-masjid yang ada, untuk secara bersama-sama melakukan perbaikan yang menyeluruh, sehingga anak-anak didik terbiasa dengan disiplin shalat dan para pengasuhnya terbiasa dengan ilmu.<br /><br />21. Menetapkan kurikulum agama sebagai materi pokok di setiap sekolah (dengan berbagai ragamnya) dan di perguruan tingginya.<br /><br />22. Mendorong kegiatan menghafal Al-Qur’an di kantor-kantor umum dan menjadikannya syarat untuk memperoleh tanda kelulusan dari lembaga pendidikan, khususnya jurusan yang berhubungan dengan agama dan Bahasa Arab. Di samping itu menetapkan peraturan. wajib hafal beberapa surat dalam Al-Qur’an di setiap sekolah.<br /><br />23. Meletakkan strategi pengajaran yang baku dalam rangka meningkatkan dan mendongkrak kualitas sistem pendidikan. Menyatukan berbagai kurikulum yang memiliki tujuan beragam dan menyatukan berbagai pengetahuan umum yang bervariasi. Di samping itu, menetapkan pembinaan mental cinta tanah air serta pembinaan akhlaq utama sebagai tahap awal dari pencapaian tujuan pendidikan.<br /><br />24. Memberikan porsi yang cukup bagi mata pelajaran Bahasa Arab di setiap jenjang pendidikan dan menjadikannya sebagai mata pelajaran utama di samping bahasa-bahasa yang lain.<br /><br />25. Memberikan perhatian kepada materi Sejarah Islam, Sejarah Nasional, Pembinaan Kebangsaan, serta Sejarah Peradaban Islam.<br /><br />26. Memikirkan diwujudkannya berbagai sarana yang mendukung dalam rangka menyatukan keragaman tradisi yang ada di masyarakat secara bertahap.<br /><br />27. Menghapuskan gaya hidup kebarat-baratan dari rumah-rumah penduduk; menyangkut bahasa, kebiasaan, mode pakaian, tradisi para pendidik, perawat, dan profesi lainnya. Semua itu harus diperbaiki, dimulai dari rumah tangga para tokoh masyarakat.<br /><br />28. Memberikan pengarahan yang baik kepada penerbit dan memberi dorongan kepada para penulis untuk mengarang buku yang bertema keislaman dan ketimuran.<br /><br />29. Memperhatikan urusan kesehatan secara umum dengan mengundang juru penerangan kesehatan untuk berbicara di berbagai pelosok, memperbanyak jumlah rumah sakit, puskesmas keliling, dan mempermudah prosedur pengobatan.<br /><br />30. Memperhatikan keadaan kampung, menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan penertiban lingkungan, kebersihan, sanitasi, sistem saluran air, serta berbagai sarana penerangan, pengetahuan dan rekreasi dengan senantiasa membersihkannya dari nilai-nilai moral yang negatif.<br /><br />Dalam Aspek Ekonomi<br /><br />1. Mengatur pengelolaan zakat, baik penggalangan maupun pendistribusiannya sesuai dengan ajaran Islam yang lembut, dan memanfaatkannya untuk kemaslahatan sosial, seperti mendanai panti-panti jompo dan fakir miskin, panti yatim, serta untuk mendanai kegiatan kemiliteran.<br /><br />2. Mengharamkan riba dan mengatur sistem perbankan yang Islami untuk mendukung pencapaian target ini. Pemerintah hendaknya menjadi teladan dalam hal ini dengan menghapuskan berbagai nilai tambah uang dalam sistem yang di terapkan secara khusus, seperti pendirian bank tanpa bunga dan lain-lain.<br /><br />3. Mendorong dan menggalakkan kegiatan perekonomian untuk membuka lapangan pekerjaan kepada para penganggur di kalangan masyarakat pribumi dengan melepaskan ketergantungan kepada tenaga-tenaga asing.<br /><br />4. Melindungi masyarakat umum dari penindasan yang dilakukan oleh praktek monopoli, dengan memberlakukan aturan yang ketat untuk mendapatkan kemanfaatan yang sebesar-besarnya bagi mereka.<br /><br />5. Memperbaiki nasib para pegawai rendahan dengan meningkatkan posisi mereka serta memperbesar standar gajinya di satu sisi, dan di sisi lain memperkecil gaji pegawai tinggi.<br /><br />6. Melakukan pengaturan tugas, khususnya yang banyak dan menumpuk, serta mencukupkan diri pada pekerjaan yang darurat. Di samping itu melakukan pembagian tugas secara adil dan proporsional di antara para pegawai.<br /><br />7. Memberikan dorongan dan pembinaan kepada para buruh dan tani serta memberi perhatian kepada peningkatan kualitas produk pertanian dan pekerjaan yang mereka hasilkan.<br /><br />8. Memberi perhatian kepada berbagai keterampilan dan aktivitas sosial serta meningkatkan kualitas mereka dalam berbagai bidang kehidupan.<br /><br />9. Memanfaatkan sebesar-besarnya kekayaan alam yang ada seperti lahan yang gersang, berbagai hasil tambang yang kurang diperhatikan, dan lain-lainnya.<br /><br />10. Mendahulukan pembuatan dan pengelolaan berbagai proyek yang mendesak kegunaannya daripada yang bersifat sekunder.<br /><br />Demikianlah, risalah Ikhwanul Muslimin yang kami persembahkan kepada Anda. Jiwa kami dan segala yang kami miliki siap dimanfaatkan oleh lembaga atau pemerintah mana pun yang ingin melangkah bersama umat menuju kejayaan dan kebangkitannya.<br /><br />Kami penuhi setiap ajakan menuju perbaikan dan kami siap menjadi tebusan. Dengan demikian, kami berharap bahwa kami telah menunaikan amanat yang ada di pundak kami dan telah menyampaikan seruan kami. Sedangkan agama ini adalah nasihat; bagi Allah, bagi Rasul-Nya, bagi Kitab-Nya, bagi para pemimpin kaum muslimin, dan umatnya.<br /><br />Cukuplah Allah bagi kami, dan kesejahteraan hanyalah bagi hamba-hamba-Nya yang terpilih.<br /><br />Hasan Al-BannaSaiful A. Ritongahttp://www.blogger.com/profile/18224646366203620872noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5667707626430986830.post-80927970038378543642009-11-22T08:15:00.002-08:002009-11-22T08:45:19.705-08:00Sombong Dan Senioritas Bukan Sifat Daiالسلام عليكم ورحمة الله وبركاته<br />بسم الله، الحمد لله، والصلاة والسلام على رسول الله، وعلى آله وصحبه ومن تبع هداه ووالاه، أما بعد:<br />Puja puji hanya milik Allah Rabb alam semesta. Shalawat dan salam semoga dicurahkan kepada Pemimpin, teladan, imam para dai Nabi Muhammad saw.<br /><br />Ikhwah fillah….<br />Doa dan harap kita kepada Allah swt, semoga kita selalu diberikan curahan rahmat dan inayah-Nya serta kesabaran dalam menapaki jalan dakwah yang begitu panjang dan penuh dengan berbagai rintangan dan hambatan, hanya ridha-Nya yang senantiasa kita harapkan selama kita juga ridha dengan kewajiban dakwah ini, tulus ikhlas dalam menjalankannya, senang terhadap tugas-tugas yang kita emban.<br />Ikhwah fillah, semoga Allah selalu menjaga kebersihan hati kita.<br />Bukankah Allah swt telah memilih kita sebagai pengemban amanah dakwah Islam dalam sebuah gerakan Islam yang menginternasional? Allah memberikan kepercayaan kepada kita untuk meneruskan risalah para nabi, khususnya misi dan ajaran Nabi Muhammad saw. Suatu penghargaan besar dari Allah swt yang telah mentakdirkan kita menjadi hamba-hamba-Nya yang dapat berhimpun dalam gerakan dakwah ini; sebab jika kita hormati penghargaan Ilahi ini, kita respon positif amanat tersebut, insya Allah, hasil dan dampaknya tak akan sia-sia, kemuliaan dunia akhirat akan diberikan sesuai dengan janji Allah swt :<br /><br />Sesungguhnya yang berikrar Robb kami adalah Allah, kemudian beristiqamah, niscaya para Malaikat turun (membawa berita), jangan kalian merasa takut dan sedih, bergembiralah dengan syurga yang dijanjikan. Kami adalah pelindung kalian dalam kehidupan dunia dan di akhirat kelak, di sana bagi kalian apa yang diinginkan dan yang diminta. Yang diturunkan dari Yang Maha Pengampun dan Maha Penyayang. Siapakah yang lebih baik perkataannya dari orang yang berdakwah ke jalan Allah dan beramal shalih serta berkata sesungguhnya aku termasuk orang-orang muslim (Q.S. Fushilat:30-33)<br />Ikhwah fillah, semoga Allah senantiasa memberkahi persaudaraan kita.<br />Penghargaan Allah terhadap kita tersebut bukan untuk dibanggakan, lalu merasa tinggi hati, apalagi ujub –na’udzubillah min dzalik- terhadap diri dan menyombongkan diri dengan meremehkan orang lain. semua itu perbuatan terlarang, bahkan tidak pantas rasanya seorang yang diberikan kemuliaan sebagai da’i melakukan sikap dan perbuatan itu.<br />Lebih dari pada itu –ikhwani- sikap dan perilaku sombong, serta merasa tinggi hati mengakibatkan kerusakan struktur hubungan antara sesama. Bayangkan! Jika manusia saling merendahkan dan meremehkan yang satu dengan yang lainnya. Tidak saling hormat, tidak ada kewibawaan, tidak ada trust (saling tsiqah), tidak ada etika, tidak menghormati tata susila, apa jadinya kehidupan ini jika itu yang terjadi?.<br />Apa gerangan yang membuat seseorang menjadi sombong, merasa tinggi, merasa lebih hebat dari orang lain??? <br />Ilmu yang dimilikinya? Tidak ada yang harus dibanggakan dari ilmu yang kita miliki. Ilmu itu pada hakikatnya milik Allah, Dia mengajarkan kepada kita sedikit dari ilmu-Nya, maka justru ilmu itulah yang seharusnya memberikan rasa takut kepada Allah :<br />( إنما يخشى اللهَ من عباده العلماءُ ) <br />Sesungguhnya yang paling takut kepada Allah dari hamba-hamba-Nya adalah para ulama.<br />Atau seseorang bangga dan merasa tinggi hati karena amal-amal dan aktivitas ibadahnya yang begitu banyaknya??? Bukankah seharusnya semakin tinggi keimanan seseorang dan ketaqwaannya, semakin ia merendahkan hatinya, baik ke hadirat Allah swt, maupun kepada manusia (Adzillatin ‘alal Mu’minin a’izzatin ‘alal kafirin), rendah hati di hadapan orang beriman dan tegas di hadapan orang kafir. Nabi Muhammad saw saja sebagai khoiru khalqillah (sebaik-baik makhluk Allah) dan orang yang paling taqwa dari umatnya, masih dipesankan Allah swt dalam firman-Nya:<br /><br />Rendahkanlah hatimu kepada pengikutmu orang-orang mukminin (QS asy-Syu’ara: 215).<br />Bahkan merasa lebih banyak amalnya, lebih tinggi kedudukannya di dalam gerakan dakwah karena merasa lebih dulu aktif dan lebih senior, akan membuat dirinya lebih hina dan lebih buruk dalam pandangan Allah swt. Simaklah pesan-pesan teladan kita Nabi Muhammad saw: <br />إذا سمعتم الرجل يقول هلك الناس هو أهلكهم (رواه مسلم)<br />Jika kamu mendengar seseorang berkata “semua orang rusak”, maka dialah orang yang paling rusak (HR Muslim)<br />كفى بالمرء شرا أن يحقر أخاه المسلم (رواه مسلم)<br />Cukuplah keburukan seseorang, karena ia menghina saudaranya sesama muslim (HR Muslim).<br />Atau ada seseorang yang sombong hanya lantaran keturunan dan keluarga besarnya? La haula wala quwwata illa Billah, renungkan kisah Nabi Muhammad tentang 2 orang yang bertikai lantaran saling berbangga dengan kehormatan keluarga besar dan keturunannya. Yang satu berkata kepada kawannya, ” Tahukah kamu siapa aku, aku ini adalah anak keturunan si Fulan, sedangkan kamu seorang anak yang tak punya ibu!” Lalu Nabi mengingatkan seraya bersabda; ” Ada 2 orang yang saling berbangga dengan keturunannya di hadapan Nabi Musa a.s. Salah seorang mereka berkata; “ Aku adalah anak keturunan si Fulan bin Fulan ”, ia sebutkan sampai 9 keturunan. Kemudian Allah mewahyukan kepada Nabi Musa, “ Katakanlah wahai Musa kepada orang yang berbangga tersebut, 9 keturunanmu itu adalah ahli neraka dan engkau yang kesepuluhnya (Riwayat Abdullah bin Ahmad dalam Zawaid al-Musnad dengan sanad yang sahih, dan Imam meriwayatkannya mauquf pada Muadz dengan kisah Musa saja). <br />Nabi Muhammad saw juga mengingatkan dalam sebuah hadits, “Seorang yang berbangga dengan keturunannya, sungguh ia menjadi arang api neraka, atau lebih rendah dari hewan yang bermain-main di kotoran sampah” (HR Abu Daud dan Tirmidzi, beliau meng-hasan-kan hadits ini).<br />Ikhwah fillah, semoga Allah senantiasa menjaga dalam ketaatan kepada Allah.<br />Salah satu fikrah dakwah kita adalah “Salafiyah” yang menuntut kita untuk meneladani pendahulu kita yang shalih dalam sifat rendah hati mereka. Tidak ada yang merasa lebih hebat betapapun tinggi ilmu yang mereka miliki. Mereka tidak merasa lebih senior betapapun mereka lebih dahulu berbuat dan aktivitas jihad mereka lebih banyak.<br />Kepemimpinan Nabi Muhammad saw memberikan keteladanan kepada umatnya dalam sikap tawadhu’, sebagaimana berita yang diriwayatkan Anas bin Malik, ia berkata, “Meskipun (kita tahu) bahwa para sahabat adalah orang yang paling cinta kepada Rasulullah, namun mereka tidak pernah berdiri menyambut kedatangan Rasulullah saw, karena mereka tahu bahwa hal itu tidak disenangi Nabi saw” (HR Tirmidzi, hadits hasan).<br />Aduhai… siapa yang tidak mengenal Abdur-Rahman bin Auf yang sangat disegani di kalangan kaumnya. Namun kepiawaian dan kesenioran beliau tidak membuat dirinya tinggi hati sampai kepada pelayannya sekalipun, hal itu dikisahkan oleh sahabat Abu Darda’, “…..Abdur-Rahman bin Auf sulit dibedakan dengan pelayannya, karena tidak nampak perbedaan mereka dalam bentuk lahiriyahnya”. Duduk sama rendah berdiri sama tinggi, kira-kira peribahasa itulah yang digunakan.<br />Demikian pula kehebatan Imam Hasan Basri dalam ilmu agama tidak memperdayakan dirinya menjadi seorang yang ‘sok’ atau merasa lebih hebat di hadapan teman-temannya. Suatu saat Hasan Basri berjalan dengan beberapa orang, orang-orang itu berjalan pada posisi di belakang Hasan Basri, maka Hasan Bashripun mencegah mereka (melakukan itu), seraya berkata, “Tidak benar hal ini dilakukan setiap hamba Allah?”.<br />Sosok tabiin seperti Abu Sofyan ats-Tsauri ternyata juga benar-benar teruji sifat tawadhunya. Saat beliau berkunjung ke Ramallah (di Palestina), Ibrahim bin Ad-ham mengutus seseorang kepada Sofyan untuk meminta agar ia datang bersinggah ke rumahnya, seraya berkata, “Wahai Sofyan kemarilah untuk berbincang-bincang”. Sofyan pun mendatangi Adham. Ketika Adham ditegur seseorang “Mengapa kamu berbuat demikian”. Adham menjawab “Saya ingin menguji ke-tawadhu’-annya”.<br />Demikian pula jabatan dan kedudukan tidak layak dijadikan alasan untuk berbangga diri apalagi mengusungkan dada “akulah orang besar”. Dalam sebuah riwayat dikisahkan, bahwa Umar bin Abdul Aziz ra kedatangan seorang tamu saat ia sedang menulis, saat lampu padam karena terjatuh, sang tamupun berkata: Biarkan aku ambil lampu itu untuk aku perbaiki! Umar Sang Khalifah berkata: Tidak mulia seseorang yang menjadikan tamunya sebagai pelayan. Tamu itu berkata lagi, “Atau saya minta bantuan anak-anak”. Umar Amirul Mukminin berkata: Mereka baru saja tidur (jangan ganggu mereka)”. Kemudian Sang Khalifah pun beranjak dari tempat duduknya untuk mengambil lampu itu dan memperbaikinya sendiri. Tamu itu terheran-heran seraya berseru, “Wahai Amiril Mukminin, engkau melakukannya itu sendiri? Amiril Mukminin berkata, “Saat saya pergi saya adalah Umar, saat saya kembali pun saya adalah Umar, tidak kurang sedikit pun dari saya sebagai Umar. Sebaik-baik manusia adalah yang tawadhu di sisi Allah swt”. Subhanallah……<br />Ikhwah fillah, orang-orang yang berhimpun dalam mahabbah dan keridhaan Allah sejatinya mengenyahkan sifat sombong, ‘sok’, senioritas apalagi figuritas. Hiasilah diri Antum dengan tawadhu’, rendah hati, selalu merasa memerlukan tambahan ilmu, pengalaman dan merasa saling butuh dengan sesama ikhwah lainnya.<br />Akhirnya, ikhwah fillah terimalah taujih Rabbani ini :<br /><br />Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung. Semua itu kejahatannya amat dibenci di sisi Tuhanmu (Q.S. ِِAl-Isra: 37-38).<br />Wallahu A’lamSaiful A. Ritongahttp://www.blogger.com/profile/18224646366203620872noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5667707626430986830.post-72815499669120326012009-11-11T10:20:00.000-08:002009-11-11T10:21:58.894-08:00Jati Diri<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiE6Q0goVEiUUkn3OJyjIVxZ-dYg44AOUpF22iZbHooC7Or7LPD0_IsmDsWX-UOJoUiZjvaZfl5OflKfh7OjjWhJWYMIMINDEhksABH6N3EQAEhTdZuE11dhhvo7Yn1-5gA1Uas_7uOW4k/s1600-h/8927_1100170477184_1614330690_295362_2824648_s.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 86px; height: 130px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiE6Q0goVEiUUkn3OJyjIVxZ-dYg44AOUpF22iZbHooC7Or7LPD0_IsmDsWX-UOJoUiZjvaZfl5OflKfh7OjjWhJWYMIMINDEhksABH6N3EQAEhTdZuE11dhhvo7Yn1-5gA1Uas_7uOW4k/s400/8927_1100170477184_1614330690_295362_2824648_s.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5402912976468618674" /></a><br />Karakter Kader KAMMI<br /><br />Sebuah benda dikenal manusia karena benda itu berbeda dari benda lain. Sesuatu yang tampak serupa akan sulit untuk dibedakan. Bahkan manusia diakui sebagai manusia karena ia tidak sama dengan yang lain. Ia ada sebagai makhluk yang istimewa dan memiliki kekhasan sendiri. Matahari juga berbeda dari rembulan. Bukankah begitu gampang untuk membedakan matahari dan rembulan? Hal itu tidak terjadi kecuali karena adanya kekhasan yang dimiliki masing-masing. Bahkan sesama manusia juga memiliki keunikan masing-masing. Anak yang dilahirkan kembar sekalipun tetap tidak sama. Allah pun menciptakan makhluk sebagai hamba yang akan sendiri mempertanggungjawabkan perbuatannya semasa ia hidup di alam fana.<br /><br />Demikian halnya kehidupan secara kolektif. Dua buah universitas unggulan pasti akan berbeda satu sama lain. Ada saja kekhasan tersendiri yang dimiliki masing-masing universitas. Masing-masing universitas (baca:kelompok) memiliki sesuatu yang tidak dimiliki kelompok lain. Begitu juga dengan kehidupan sosial masyarakat; batak identik dengan ulos dan suara keras, jawa identik dengan batik dan kelembutan, dan islam identik dengan Masjid. Secara organisasi, tentunya GMKI tidak pernah sama dengan HMI, GMKK tidak akan pernah sama dengan LDK dan IMM juga tidak akan pernah sama dengan MMI. Begitu pula KAMMI sudah tentu tidak sama dengan LDK dan organisasi lainnya.<br /><br />Itulah karakter. Satu hal yang mampu mendefenisikan sesuatu dengan detail. Jati diri yang menjadi pola tersendiri dalam perilaku dan akhlak seseorang. Sebenarnya hal ini berkaitan dengan sistem pembentukan diri di dalam kelompok itu sendiri. Berbagai perlakuan yang diperoleh individu akan membentuk suatu pola kejiwaan yang akan menjadi karakter. Hal ini yang akan menjadi khas pada diri individu itu.<br /><br />Oleh karena itu, KAMMI sebagai organisasi kader tentu sudah mempersiapkan segala hal yang akan memberikan perkembangan ke arah pembentukan jati diri itu. Hal ini juga berarti KAMMI sudah menentukan karakter kadernya. Karakter seperti apa yang diinginkan oleh KAMMI? Jawaban dari pertanyaan inilah yang semestinya menjadi pengetahuan yang mendalam bagi kader KAMMI.<br /><br />KAMMI adalah organisasi pergerakan. Untuk melakukan pergerakan itu dibutuhkan pribadi yang kokoh. Pribadi yang mampu menghadapi berbagai cobaan dan fitnah dalam perjuangan KAMMI. Oleh sebab itu, karakter ini harus betul-betul tertanam kuat pada individu yang mengaku kader KAMMI. Karakter itu meliputi:<br /><br />1. Pemikir yang ikhlas<br /><br />A llah swt menganugerahkan akal kepada manusia sebagai pembeda yang nyata dari binatang dan makhluk yang lain. Allah swt melalui ayat-ayat-Nya di dalam Al quran mengisyaratkan penggunaan akal secara optimal. A falata’qiluun. Demikian sindiran yang nyata tentang penggunaan akal. KAMMI menghargai potensi ini sebagai fitrah manusia yang memang dari awal penciptaannya sudah dibekali dengan akal.<br /><br />Jadi, kader KAMMI adalah orang-orang yang berpikir dan berkehendak merdeka. Bertindak sesuai dengan pemahaman. Tidak ada intervensi dari siapapun. Tidak ada satu orang pun yang mampu memaksanya untuk berbuat. Segala sesuatu diletakkan atas dasar yang jelas sesuai dengan asas KAMMI, Islam. Standard kebenaran yang dipakai KAMMI adalah wahyu ilahi dan petunjuk Allah melalui utusan-Nya. Dalam meletakkan posisi wahyu dan nalar, KAMMI menundukkan akal di bawah bimbingan wahyu.<br /><br />Pergerakan dilakukan atas dasar pemahaman bukan taklid. Bukan ikut-ikutan dan bukan menjadi plagiat (tukang contoh). Kader KAMMI adalah pelopor dalam setiap proyek kebaikan dan proyek anti-kebatilan. Ia adalah para pendobrak pertama. Ia juga adalah orang-orang anti status quo, perancang yang produktif dan individu yang paling pandai meciptakan dan memanfaatkan momentum.<br /><br />Pergerakan dilakukan atas dasar keikhlasan. Ikhlas adalah bahan dasar utama pergerakannya. Karena pergerakan yang dilakukan merupakan panggilan nurani yang bersih dan peka terhadap permasalahan umat. Sehingga, ia tidak akan pernah peduli dengan pujian taupun cacian yang dilontarkan oleh para pencaci. Ia juga tidak pernah teriming-imingi dengan kedudukan yang menggiurkan. Ia bergerak atas panggilan nurani dan dipersembahkan secara utuh kepada penciptanya. Hanya balasan dari-Nya yang diharapkan oleh kader KAMMI. Yang terpenting baginya adalah pergerakan yang dilakukan tidak berseberangan dengan keinginan penentu syariat kehidupan manusia, Allah swt. Jadi kader KAMMI adalah orang yang paling memahami keinginan syariat Islam dan menjadi pembangunnya yang paling kokoh. Ia tidak ragu dengan Q.S 9:105.<br /><br />2. Pemberani<br /><br />Kader KAMMI adalah para pemberani yang memiliki mental baja, percaya diri yang tinggi dan keyakinan yang kokoh. Tidak ada satu makhlik pun yang mampu menggetarkan hatinya apalagi membuatnya tertunduk dan takluk. Bahaya yang paling besar sekalipun menjadi indah di matanya jika hal itu demi tertegak syariat-Nya. Hukum yang ia yakini dan fahami adalah ketentuan yang ditetapkan oleh yang berhak membuat hokum, Allah swt.<br /><br />Ia hanya takut dan tunduk kepada pemilik alam semesta. Ia hanya takut Allah menjadi murka dan tidak meridhoi kehidupan dan perjuangannya. Ia lebih takut jika melakukan sedikit kesalahan di hadapan tuhannya daripada berhadpan dengan bala tentara musuh yang siap menghabisi nyawanya. Sedikit hal yang tidak Allah senangi lebih ia sesali,jika ia melakukannnya, daripada kehilangan harta bendanya.<br /><br />Ketundukannya secara utuh hanya ia persembahkan bagi Allah semata. Ia adalah prajurit yang senantiasa menaati perintah dari tuhannya. Ibarat prajurit dan komandan, maka ia adalah prajurit teladan dalam melakukan perintah Allah swt. Tidak ada pertanyaan yang ia lontarkan jika perintah itu datang dari tuhannya. Ia tidak pernah tunduk pada hukum manapun kecuali hukum Allah.Ketakutan dan ketundukannya kepada Allah mengalahkan segalanya. Ia hanya takut Allah murka karena kelalaiannya.<br /><br />Seluruh harapan telah ia serahkan kepada-Nya. Sehingga tidak akan pernah ada khawatir di hatinya dalam melakukan perjuangan karena ia yakin akan janji-Nya. Sesungguhnya allah tidak pernah mengingkari janji-Nya. Ia menjadi berani karena Allah akan menolong dan memenangkannya. Ia senantiasa ingat dengan janji tuhan-Nya di dalam Q.S 47:7.<br /><br />3. Pejuang Sejati<br /><br />Kader KAMMI adalah insan pejuang dengan mental baja. Atas nama Al haq ia berjuang. Ia senantiasa bergairah untuk berharakah dan bergerak. Ia bukan dari golongan orang-orang yang melarikan diri dari perjuangan. Ia juga bukan orqang yang enggan berangkat dan melakukan perjuangan. Ia senantiasa merancang proyek kebaikan. Dan lebih dari itu, ia adalah orang yang senantiasa berpeluh karena melaksanakan proyeknya. Proyek untuk membangun kehidupan yang dipenuhi berkah dan ridha tuhannya.<br /><br />Kader KAMMI adalah individu yang senantiasa memiliki optimisme yang tinggi. Keyakinannya yang tidak pernah pudar adalah kemenangan perjuangannya menegakkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan. Setiap geraknya ditarik oleh kemenagan itu. Sehingga dirinya tidak pernah berhenti ataupun bisa dihentikan. Ia hanya akan berhenti pada pusara usia. Saat tiba masa menemui Rabb-nya, barulah ia beristirahat sempurna.<br /><br />4. Cermat dan tidak takut pada risiko<br /><br />Kader KAMMI adalah individu yang penuh kecermatan. Insan yang selalu hati-hati dan waspada. Perhitungnnya matang dan akurat. Ia memahami segala konsekuensi dari perjuangannya. Namun,ia bukan orang yang takut menanggung itu semua. Konskuensi perjuangan adalah katalisator pergerakannya.<br /><br />Dalam berjuang, cita-cita tertingginya adalah syahid. Kemuliaan yang cari adalah syahid. Satu hal yang paling ia rindukan adalah syurga. Ia menjadi penebar aroma surga kepada setiap hamba-Nya dan di setiap tempat ia berada. Waktunya senantiasa dibingkai dzikir. Tilawah Al quran menjadi desah napasnya. Saling memberikan nasihat dalam kebaikan dan kesabaran adalah jalinan masa yang ia lalui. Kebiasaanya adalah melakukan diskusi-diskusi yang bermanfaat dan jauh dari kesia-siaan. Kerja-kerja nyata demi perbaikan masyarakat menjadi amal andalannya.<br /><br />Kader KAMMI adalah putra tunggal dakwah. Ia menjadi pekerja yang paling tekun dalam membangunnya. Perputaran dakwah menjadi rute kehidupannya. Rute hidupnya berhenti dan bergerak senada dengan dakwah. Ia ibarat kumbang dakwah. Menjadi penyebar dakwah yang paling progresif. Benih dakwah ia semaikan di segala penjuru. Ia juga menjadi pondasi dakwah yang paling kokoh. Kekokohan dakwah adalah kekokohan dirinya dan kekokohan dirinya adalah kekokohan dakwah. Ia adalah bangunan dakwah itu.<br /><br />5. Islamic iron stock<br /><br />Kader KAMMI senantiasa mempersiapkan diri untuk masa depan islam. Ia tidak suka berleha-leha. Pesimis tidak pernah ada dalam kamus hidupnya. Ia menjadi udara pemberi kehidupan. Ia hadir di semua lini kehidupan untuk memberikan kebaikan. Ia melakukan proyek-proyek yang terencana. Ia adalah insan progressif dan anti kejumudan. Status quo baginya adalah penjara sejati.<br /><br />Bagi kader KAMMI, kehidupan dalah tempat untuk belajar. Ia adalah generasi pembelajar sejati. Ia terus belajar untuk mempersiapkan diri menjadi perebut kemenangan. Sebuah kemenangan yang akan ia serahkan hanya untuk islam.<br /><br />6. Intelektual pejuang kemaslahatan<br /><br />Kader KAMMI adalah ilmuwan yang tajam analisisnya. Datanya akurat dan pendapatnya penuh kearifan. Ia adalah generasi anti kebatilan. Ia adalah pejuang kepentingan umat. Muslihat musuh tidak pernah mampu melukainya bahkan menyentuh kulitnya. Ia disenangi kawan dan disegani lawan. Ia adalah pejuang yang taat beribadah dan ahli ibadah yang tekun berjuang.<br /><br />Ia akan tampil sebagai pemimpin bermoral, teguh pada prinsip dan penebar kemaslahatan bagi masyarakat. Ia menjadi guru yang memberikan pemahaman dan keteladanan. Ia menjadi sahabat yang tulus dan penuh kasih sayang bagi masyarakatnya. Ia menjadi relawan yang tidak pernah dikenal. Ia merupakan pemberi solusi bagi permasalahan masyarakatnya, diminta ataupun tidak. Ia adalah warga yang ramah dan penuh tanggung jawab terhadap masalah umat.<br /><br />Kader KAMMI adalah manajer yang cermat, efektif dan efisien. Ia gagah berani dan pintar bersiasat. Kesetiaannya tidak perlu diragukan. Daya diplomasinya tidak tertandingi. Ia cermat dalam membangun wacana, memiliki pergaulan yang luas dan jaringan komunikasi yang kokoh. Ia adalah orang yang memiliki percaya diri yang tinggi dan selalu bersemangat. Ia tidak minimalis apalagi loyo.<br /><br />Begitulah karakter yang terpancar dari kader KAMMI. Itulah yang membuat ia tidak sama dengan kader yang lainnya. Kader seperti inilah yang siap menjadi oposisi kebatilan. Wallahua’lam.Saiful A. Ritongahttp://www.blogger.com/profile/18224646366203620872noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5667707626430986830.post-5597997451126544622009-11-11T09:28:00.000-08:002009-11-11T09:39:34.982-08:00Adab Pergaulan Sukses<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjSbq5G5LijxBOctNvEEu0zxwAiHMvy7n8dqr_9Yc5uHRaFENqWpX4YHKc2_fJzwCrjEZ2YhujpP5mp-XmPeWtK6v9QhZRSMpo6wGW7b3ZvlenZQzts1EWOby32haCHexTk_H206EpKYnA/s1600-h/sar.jpg"><img style="float:right; margin:0 0 10px 10px;cursor:pointer; cursor:hand;width: 320px; height: 240px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjSbq5G5LijxBOctNvEEu0zxwAiHMvy7n8dqr_9Yc5uHRaFENqWpX4YHKc2_fJzwCrjEZ2YhujpP5mp-XmPeWtK6v9QhZRSMpo6wGW7b3ZvlenZQzts1EWOby32haCHexTk_H206EpKYnA/s320/sar.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5402901892181889090" /></a><br />Adab Interaksi Sosial dalam Kehidupan Muslim (Adabut Ta'amul Fil Jama'ah)<br />Manusia adalah makhluq sosial, dia tak bisa hidup seorang diri, atau mengasingkan diri dari kehidupan bermasyarakat. Dengan dasar penciptaan manusia yang memikul amanah berat menjadi khalifah di bumi, maka Islam memerintahkan ummat manusia untuk saling ta’awun, saling tolong-menolong, untuk tersebarnya nilai rahmatan lil alamin ajaran Islam. Maka Islam menganjurkan ummatnya untuk saling ta’awun dalam kebaikan saja dan tidak dibenarkan ta’awun dalam kejahatan ( QS Al Maaidah:2)<br /><br />Oleh karena itu manusia selalu memerlukan oranglain untuk terus mengingatkannya, agar tak tersesat dari jalan Islam. Allah SWT mengingatkan bahwa peringatan ini amat penting bagi kaum muslimin. <br /><br />“Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman” (Adz Dzariyat: 55) <br /><br />Bahkan Allah SWT menjadikan orang-orang yang selalu ta’awun dalam kebenaran dan kesabaran dalam kelompok orang yang tidak merugi hidupnya. (QS: Al Ashr: 1-3). Maka hendaknya ummat Islam mngerahkan segala daya dan upayanya untuk senantiasa mengadakan tashliihul mujtama’, perubahan ke arah kebaikan, pada masyarakat dengan memanfaatkan peluang, momen yang ada. <br /><br />Jika kita berada di bulan Ramadhan maka bisa melakukan ta’awun, misalnya dengan saling membangunkan untuk sahur, mengingatkan pentingnya memanfaatkan waktu selama menjalankan puasa. Mengingatkan agar jangan menyia-nyiakan puasa dengan amalan yang dilarang syari’at, dsb. Di bulan Syawal, lebih ditingkatkan lagi dengan hubungan sosial yang berkelanjutan, mengesankan. Bulan Dzulhijjah juga momen penting untuk merajut kembali benang-benang ukhuwah. Tentu saja hari-hari selain itu perlu kita tegakkan aktivitas-aktivitas sosial yang memang merupakan seruan Islam. <br /><br />1. Silaturahim <br /><br />Islam menganjurkan silaturahim antar anggota keluarga baik yang dekat maupun yang jauh, apakah mahram ataupun bukan. Apalagi terhadap kedua orang tua. Islam bahkan mengkatagorikan tindak “pemutusan hubungan silaturahim” adalah dalam dosa-dosa besar. <br /><br />“Tidak masuk surga orang yang memutuskan hubungan silaturahim” (HR. Bukhari, Muslim) <br /><br />2. Memuliakan tamu <br /><br />Tamu dalam Islam mempunyai kedudukan yang amat terhormat. Dan menghormati tamu termasuk dalam indikasi orang beriman. <br /><br />“…barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia memuliakan tamunya” (HR. Bukhari, Muslim) <br /><br />3. Menghormati tetangga <br /><br />Hal ini juga merupakan indikator apakah seseorang itu beriman atau belum. <br /><br />“…Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah ia memuliakan tetangganya” (HR. Bukhari, Muslim) <br /><br />Apa saja yang bisa dilakukan untuk memuliakan tetangga, diantaranya: <br /><br />- Menjaga hak-hak tetangga <br />- Tidak mengganggu tetangga <br />- Berbuat baik dan menghormatinya <br />- Mendengarkan mereka <br />- Menda’wahi mereka dan mendo’akannya, dst. <br /><br />4. Saling menziarahi. <br /><br />Rasulullah SAW, sering menziarahi para sahabatnya. Beliau pernah menziarahi Qois bin Saad bin Ubaidah di rumahnya dan mendoakan: “Ya Allah, limpahkanlah shalawat-Mu serta rahmat-Mu buat keluatga Saad bin Ubadah”. Beliau juga berziarah kepada Abdullah bin Zaid bin Ashim, Jabir bin Abdullah juga sahabat-sahabat lainnya. Ini menunjukkan betapa ziarah memiliki nilai positif dalam mengharmoniskan hidup bermasyarakat. <br /><br />“Abu Hurairah RA. Berkata: Bersabda Nabi SAW: Ada seorang berziyaroh pada temannya di suatu dusun, maka Allah menyuruh seorang malaikat (dengan rupa manusia) menghadang di tengah jalannya, dan ketika bertemu, Malaikat bertanya; hendak kemana engkau? Jawabnya; Saya akan pergi berziyaroh kepada seorang teman karena Allah, di dusun itu. Maka ditanya; Apakah kau merasa berhutang budi padanya atau membalas budi kebaikannya? Jawabnya; Tidak, hanya semata-mata kasih sayang kepadanya karena Allah. Berkata Malaikat; Saya utusan Allah kepadamu, bahwa Allah kasih kepadamu sebagaimana kau kasih kepada kawanmu itu karena Allah” (HR. Muslim). <br /><br />5. Memberi ucapan selamat. <br /><br />Islam amat menganjurkan amal ini. Ucapan bisa dilakukan di acara pernikahan, kelahiran anak baru, menyambut bulan puasa. Dengan menggunakan sarana yang disesuaikan dengan zamannya. Untuk sekarang bisa menggunakan kartu ucapan selamat, mengirim telegram indah, telepon, internet, dsb. <br /><br />Sesungguhnya ucapan selamat terhadap suatu kebaikan itu merupakan hal yang dilakukan Allah SWT terhadap para Nabinya dan kepada hamba-hamba-Nya yang melakukan amalan surga. Misalnya; <br /><br />“Sampaikanlah kabar baik, kepada mereka yang suka mendengarkan nasihat dan mengikuti yang baik daripadanya” (Az Zumar: 17). <br /><br />“Maka Kami memberi selamat kepada Ibrahim akan mendapat putra yang sopan santun (sabar)”. (Al Maidah: 101), <br /><br />Rasulullah SAW juga memberikan kabar gembira (surga) kepada para sahabatnya semisal, Abu bakar RA, Umar bin Khaththab RA, Utsman RA, Ali RA, dsb. <br /><br />6 Peduli dengan aktivitas sosial. <br /><br />Orang yang peduli dengan aktivitas orang di sekitarnya, serta sabar menghadapi resiko yang mungkin akan dihadapinya, seperti cemoohan, cercaan, serta sikap apatis masyarakat, adalah lebih daripada orang yang pada asalnya sudah enggan untuk berhadapan dengan resiko yang mungkin menghadang, sehingga ia memilih untuk mengisolir diri dan tidak menampakkan wajahnya di muka khalayak. <br /><br />“Seorang mukmin yang bergaul dengan orang lain dan sabar dengan gangguan mereka lebih baik dari mukmin yang tidak mau bergaul serta tidak sabar dengan gangguan mereka” (HR. Ibnu Majah, Tirmidzi, dan Ahmad). <br /><br />7. Memberi bantuan sosial. <br /><br />Orang-orang lemah mendapat perhatian yang cukup tinggi dalam ajaran Islam. Kita diperintahkan untuk mengentaskannya. Bahkan orang yang tidak terbetik hatinya untuk menolong golongan lemah, atau mendorong orang lain untuk melakukan amal yang mulia ini dikatakan sebagai orang yang mendustakan agama. <br /><br />“Tahukah kamu orang yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin” (Al Maa’un: 1-3). <br /><br />BERINTERAKSI DENGAN NON MUSLIM<br /><br />- Muamalah dengan yang setimpal. <br />- Tidak mengakui kekufuran mereka. <br />- Berbuat yang adil terhadap mereka dan menahan diri dari mengganggu mereka. <br />- Mengasihani mereka dengan rohamh insaniyah. <br />- Menumjukkan kemuliaan akhlaq muslim dan izzah Islam. <br /><br />Dari uraian-uraian di atas jelaslah bahwa Islam menuntut ummatnya untuk menerapkan perilaku-perilaku kebaikan sosial. Untuk lebih luas lagi dapat dikatakan bahwa wujud nyata atau buah dari seorang mu’min yang rukuk, sujud, dan ibadah kepada Allah SWT adalah dengan melakukan aktivitas kebaikan. Seorang yang menyatakan diri beriman hendaknya senantiasa menyuguhkan , menyajikan kebaikan-kebaikan di tengah masyarakat. Jika setiap orang yang beriman rajin melakukan hal ini, maka lingkungan kita akan “surplus kebaikan”. Dus, defisit keburukan. <br /><br />Sementara yang terjadi sekarang adalah tata kehidupan sosial masyarakat yang “surplus keburukan”. Seseorang tidak akan merasa aman membawa uang dalam jumlah besar di jalan raya, di bus kota. Orang tidak tenang meninggalkan hartanya tanpa adanya sistem keamanan yang ketat. Fenomena seperti orang mudah sekali terprovokasi untuk anarkhi, mudah sekali berkelahi, masalah kecurangan, tipu menipu dalam perdagangan, dan sebagainya yang meliputi di hampir setiap bidang kehidupan kita. Semua membuat sesaknya nafas kehidupan ini. Memang sebenarnya negara ini bukan disesakkan oleh jumlah penduduknya tetapi akhlaq yang buruklah yang menyesakkan dada. <br /><br />Atas dasar inilah harus dibuat arus kebaikan, budaya kebaikan, sehingga orang mudah menemukan kebaikan dimana saja dia berada. Seseorang mudah mendapatkan salam dan senyum ketika bertemu orang lain walaupun belum saling kenal, tidak mudah curiga terhadap yang lain, banyak orang yang mampu menahan marah, mendapati orang suka berbuat baik, menolong dsb. Kondisi kehidupan seperti ini layaknya kehidupan zaman Rasulullah SAW, ataupun para salafush sholeh, dimana banyak orang berbuat baik tanpa disuruh dan diminta, hanya kerena mengharap ridho Allah SWT semata. Kita masih ingat kisah dua orang di zaman salafush shaleh, sedang mengadakan tarnsaksi jual beli sebidang tanah. Tanah telah dibeli oleh seorang pembelinya dan diolah tanah tersebut, ternyata dia mendapatkan sebatang emas dalam timbunan tanah tsb. Lantas dikembalikannya emas itu kepada si penjual, tapi ditolaknya, lantaran dia telah menjual semuanya apapun didalamnya. Namun si penemu emas (pembeli) tak bersedia menerima kembali karena dia hanya bermaksud membeli tanah. Terjadilah cek-cok saling menolak batangan emas. Akhirnya diadukan ke qodli, dan diputuskan dengan adil. Orang yang menemukan emas menikahkan anak laki-lakinya dengan anak perempuan si penjual tanah, dengan mahar emas tsb. Maka selesailah masalah. <br /><br />Demikianlah jika setiap kita suka berlomba dalam kebaikan maka dampaknya, yang akan menikmati hasilnya adalah kembali ke kita juga. Yaitu sebuah kehidupan yang kita impikan, surplus kebaikan. <br /><br />Di zaman sekarang ini surplusnya kebaikan hanya terjadi dalam waktu dan tempat yang tertentu saja. Misalnya hanya di bualan Ramadhan saja orang menahan marah, suka shodaqoh, jujur, dsb, dan setelah itu amalan tersebut langka. Di tempat tertentu misalnya hanya di seputar Ka’bah ketika bulan Hajji, di sana sering didapatkan orang memberikan uangnya kepada siapa saja yang ditemuinya, bahkan ada yang menyebarnya. Di Kuwait ketika Ramadhan telah tiba, saat menjelang ifthor, banyak warga yang membuka warung makan dan mempersilakan siapa saja untuk ifthor di sana, gratis! <br /><br />Sungguh nikmat jika adat seperti itu berjalan di sepanjang waktu dan di setiap tempat. Namun yang terjadi setelah bulan itu berlalu, kehidupan berjalan sebagaimana yang sebelumnya. <br /><br />Untuk itu hanya orang-orang mu’minlah satu-satunya manusia harapan untuk menciptakan peradaban seperti itu. <br /><br />“Hai orang-orang yang beriman, ruku’lah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu dan perbuatlah kebaikan, supaya kamu mendapat kemenangan.” (Al Hajj: 77). <br /><br />BAGAIMANA ADAB BERINTERAKSI DENGAN MASYARAKAT? <br /><br />Dengan atau tanpa da’wah, interaksi dengan masyarakat adalah suatu kemestian sosial. Bagi seorang muslim untuk menyebarkan rahmat Islam bagi semesta alam tentu dilakukan dnegan berinteraksi dengan masyarakat. Terlebih jika dikaitkan dnegan da’wah. Karena karakter da’wah sendiri harus berbaur dengan masyarakat (mukholathoh), yaitu dengan mukholathoh yang ijabi (positif). <br /><br />Dengan demikian thobiah da’wah itu adalah da’wah ammah. Da’wah khoshshoh bukan merupakan suatu badil (pengganti) bagi da’wah ammah tetapi lebih merupakan unsur penunjangnya. Karena da’wah ammah belum dapat dimunculkan sebagaimana mestinya. Berinteraksi dengan masyarakat dimulai dari yang terdekat dengan kita. Kita melihatnya dengan mizanud da’wah, sementara sikap atau asas berinteraksi dengan masyarakat adalah mu’amalah bimitsli. Sedangkan sikap ta’amul da’wah adalah ‘amilun naas bimaa tuhibbu ‘an tu’aamiluuka bih. Bagaimana atau apa yang seharusnya kita berikan kepada masyarakat <br /><br />A. BERINTERAKSI DENGAN PARA DA’I YANG LAIN <br /><br />Adapun yang dimaksud dengan da’i di sini adalah para da’i yang belum indhimam satu shaf dengan kita. <br /><br />1. Kita memiliki tujuan umum yang sama yaitu membela Islam dan memajukan ummat.<br /><br />2. Namun kita tetap menyadari adanya perbedaan dalam khiththah dan uslub (cara kerja).<br /><br />3. Menjalin kerjasama dalam hal-hal yang disepakati dan bersikap toleran dalam hal yang ikhtilaf. <br /><br />4. Menyenangi ijma’ untuk mencapai wihdatul fikriyah dan tidak menyenangi nyleneh (syadz). Karena syadz berbeda dengan ghorib. Syadz tidak punya akar apapun juga (misalnya adanya pemikiran dari Ahmadiyah yang mengatakan bahwa semua orang baik kafir atau muslim masuk surga. Atau pemikiran Gus Dur yang mengomentari ayat; wa lan tardlo ‘ankal yahud….dst, sudah tak berlaku lagi). Sedangkan grorib adalah pemikiran yang baik, tetapi tidak dikenal oleh masyarakat. <br /><br />5. Toleransi dalam masalah khilaf dan furu’ dan membenci ta’shub.<br /><br />6. Persoalan apaun tidak perlu merusak mawaddah di anatara kaum muslimin. <br />Pernah As Syahid difitnah bahwa Jinah Asykari akan menyerang Jama’ah Jihad. Tentu saja pimpinan Jama’ah Jihad marah dan meminta dialog dengan Asy Syahid untuk mengeluarkan segala uneg-unegnya. Asy Syahid hanya menjawab dengan “sammihuuni”, maafkan saya. <br /><br />7. Khilaf hendaknya dikaji secara ilmiyah, tidak hanya terhenti sebagai apologetik (pembelaan) saja. <br /><br />B. BERINTERAKSI DENGAN TOKOH MASYARAKAT<br /><br />1. Di tempatkan pada posisinya. <br /><br />Sikap Rasul kepada Abu Sufyan. Rumahnya dijadikan baitul qoshid. Kedudukannya tidak direbut tetapi di ta’ziz. <br /><br />2. Dihormati di tengah-tengah para pengikutnya. <br /><br />Sa’ad bin Muadz ketika diberikan kehormatan untuk mengambil putusan hukum atas bani Quraidzah, Rasul SAW bersabda: “Quumuu ilaa sayyidatikum”. <br /><br />3. Sebitkan juga jasa-jasa mereka kepada Islam. <br /><br />Ketika khalifah di Tsaqifah, pidato Abu bakar sangat bijak. Ia menyebut-nyebut nikmat Islam, jasa-jasa kaum Anshar dan kebaikan-kebaikan Muhajirin. Dengan begitu kaum Anshar ikut mendukung. <br /><br />Dalam sebuah munasabah, Asy Syahid juga pernah diminta untuk mengisi acara semacam tabligh. Namun sayangnya panitia kurang memiliki fiqhul mujtama’ sehingga terjadi konflik dengan ulama di sekitar tempat acara. Setelah diceritakan oleh panitia mengenai konflik tersebut kepada Asy Syahid sebelum acara dimulai, akhirnya Asy Syahid mohon ijin untuk mendatangi para ulama di sekitar itu satu per satu untuk memohon maaf kepada mereka. Setelah itu baru ia memulai ceramah. Dua per tiga dari isi ceramahnya, menyebut-nyebut kebaikan dan jasa-jasa para ulama tersebut terhadap Islam. Akhirnya para ulama mendatangi tempat dimana Asy Syahid berceramah. <br /><br />4. Berhubungan dengan mereka dan mendo’akan mereka. <br /><br />Rasulullah menghububgi tokoh Thoif serta mendo’akan mereka. <br /><br />Umar Tilmitsani ketika Sadat meninggal dunia, ia mengucapkan do’a; “inna lillahi wa inna ilaihi raji’un” yang membuat ikhwah tercengang. <br /><br />5. Memperhatikan kepentingan bersama. <br /><br />Mulailah pembicaraan dari titik-titik persamaan, jangan dari titik perbedaan. <br /><br />Asy Syahid memulai dari point-point yang sama kemudian mendudukkan point-point yang berbeda. <br /><br />ADABUT TA’AMUL FIL JAMA’AH <br /><br />“Sesungguhnya jikalau engkau tak bersama mereka maka engkau tak akan bersama selain mereka. Sekiranya mereka tak bersama engkau, maka mereka akan bersama selain engkau”. <br /><br />A. DENGAN DA’WAH<br /><br />1. Lepaskan hubungan dengan lembaga/jama’ah manapun terutama (dan secara khusus) lagi jika engkau diminta untuk itu. <br /><br />Hidup dalam sebuah jama’ah memang dituntut untuk tajarrud dan profesional di dalamnya. Kadangkala seorang a’dho’ (anggota jama’ah) diminta untuk masuk dalam organisasi tertentu dengan tujuan untuk belajar (on mission), menjalin hubungan, dsb. Namun adakalanya juga kita diminta untuk meninggalkannya. Mungkin karena lembaga tersebut dinilai membahayakan secara siyasi, aqidah, fikroh ataupun lainnya. Atas dasar itulah seorang a’dho’ harus memahami betul akan permintaan jama’ahnya dan diterimanya dengan legowo. Sebab sebuah jama’ah pasti mempunyai arah dan tujuan dalam menjalankan manhajnya. Semua tentunya telah disyurokan terlebih dahulu dengan pihak-pihak yang terkait. Setiap a’dho jama’ah berperan dalam menjalankan tugasnya dengan sebuah ikatan amal jama'i. <br /><br />2. Menghidupkan budaya Islami. <br /><br />a. At tahiyat (salam). <br /><br />Abdullah bin Amru bin Al-ash r.a. berkata: Seorang bertanya kepada Rasulullah s.a.w: “Apakah yang terbaik di dalam Islam? Nabi s.a.w. menjawab: Memberi makanan dan memberi salam terhadap orang yang kau kenal atau tidak kau kenal” (HR. Bukhari, Muslim) <br /><br />Salam, selain do’a juga merupakan pintu pembuka komunikasi. Hendaknya salam ini kita budayakan, karena dampaknya cukup besar terhadap peradaban Islam yang akan datang. Ketika seorang muslim yang belum kita kenal diberi salam maka dia akan membalas salam dan biasanya dilanjutkan jabat tangan, akan terjadi komunikasi, kontak hubungan, selanjutnya terserah anda, apakah akan berkenalan atau silaturahim, dari sinilah muncul benih-benih ukhuwah, dst. Karena itulah Abdullah bin Umar RA sengaja menyempatkan diri untuk pergi ke pasar, dan ia mengucapkan salam kepada setiap muslim yang dijumpainya, sampai suatu saat dia ditanya oleh seseorang; “Apa yang anda perbuat di pasar? Anda bukan seorang pedagang, tidak pula membeli dagangan, Anda juga tidak duduk dalam kepengurusan pasar, mengapa anda selalu ada di pasar? Jawab Ibnu Umar, ‘Aku sengaja setiap pagi pergi ke pasar hanya untuk mengucapkan salam kepada setiap muslim yang aku temui” (HR. Bukhari). <br /><br />b. Bahasa Arab.<br /><br />Bahasa Arab adalah bahasa kesatuan kaum muslimin sedunia, bahasa yang digunakan untuk komunikasi Allah SWT. dengan hamba-Nya (Rasulullah SAW) berupa Al Quran. Bahasa yang telah dipilih oleh Allah SWT. ini adalah bahasa yang paling sempurna di antara bahasa-bahasa yang ada di bumi ini. Suatu bahasa yang tetap akan terjaga asholah-nya (keaslian) sampai hari qiyamat, tak akan terkontaminasi oleh lajunya peradaban dunia. Tidak seperti bahasa lain yang mudah tercemar seiring dengan globalisasi dan majunya peradaban. Misalnya saja bahasa Indonesia atau bahasa Inggris seratus tahun yang lalu tak mudah dipahami oleh manusia/ bangsanya pada saat ini. <br /><br />Seseorang tak akan mampu memahami Islam dengan benar tanpa melalui kidah bahasa Arab. Menafsirkan Al qur’an wajib menggunakan kaidah bahasa Arab, bukan dengan kaidah/tata bahasa bahasa selainnya. Seorang muslim tak akan mungkin (mustahil berpisah dari bahasa Arab). Untuk itu kita mesti medalami dan mensyi’arkannya dalam kehidupan sehari hari. Asy Syahid Hasan Al Bana telah mewasiatkan: “ takallamul lughatal ‘arabiyatal fushkha fainnaha min sya’airil islam” (Berbicaralah dengan menggunakan bahasa Arab karena hal ini merupakan bagian dari syi’ar Islam). Shahabat Umar bin Khattab RA. pernah mengatakan: ”ta’allamul lughatal ‘arabiyah fainnaha min diinikum” (Pelajarilah bahasa Arab karena dia adalah bagian dari dien kalian). Juga hadits Rasulullah saw yang diriwayatkan oleh Al Hafidz Ibnu Asakir dengan sanad dari Malik: <br /><br />“Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Rabb itu satu, bapak itu satu, dan agama itu satu. Bukanlah Arab di kalangan kamu itu sebagai bapak atau ibu. Sesungguhnya , Arab itu adalah lisan (bahasa), maka barangsiapa yang berbicara dengan bahasa Arab, dia adalah orang Arab”. <br /><br />Demikianlah kaum muslimin sedunia telah disatukan dan dipersaudarakan dengan satu bahasa, bahasa Arab. Kita akan jaya dengan bahasa Arab. <br /><br />c. Penanggalan. <br /><br />Urgensi penanggalan hijriyah:<br /><br />Hijrah adalah moment terpenting dalam sejarah dakwah islamiyah. Hijrah adalah masa peralihan dalam sejarah kaum muslimin. Sebelum hijrah mereka adalah ummatud da’wah. Mereka menyampaikan da’wah Allah swt. kepada manusia tanpa didukung basis politis yang bisa melindungi para da’I-nya atau menangkal serangan musuh kepada mereka. <br /><br />Setelah hijrah berdirilah daulatud da’wah. Satu kedaulatan yang di pundaknya terletak tanggung jawab menginternasionalisasikan Islam ke seluruh jazirah arab dan sekitarnya. <br /><br />Maka tak heran jika masa keemasan khalifah Umar bin Khaththab RA telah sepakat menjadikan tahun hijrah nabawiyah sebagai permulaan penanggalan Islami. Pada waktu itu Khalifah Umar mengumpulkan sejumlah sahabat dan meminta pendapat mereka mengenai penanggalan Islami. Tujuannya adalah bahwa dengan penanggalan tsb mereka bisa mengetahui kapan saatnya melunasi hutang, dan lain-lain yang berkaitan dengan penanggalan. <br /><br />Seorang sahabat memberi usulan untuk membuat penanggalan seperti Parsi, yang lain mengusulkan seperti Romawi, namun Umar RA menolaknya. Ada juga yang mengusulkan penanggalan berdasarkan kelahiran Rasulullah SAW, berdasarkan tahun diutusnya Rasulullah SAW, hijrahnya atau wafatnya beliau. <br /><br />Namun pada akhirnya khalifah Umar RA cenderung membuat penanggalan berdasarkan hijrahnya Rasulullah SAW, dengan pertimbangan bahwa hijrah adalah babak baru munculnya Islam dan hal yang tidaka asing lagi bagi kaum muslimin. <br /><br />Umar RA tidak mau membuat penanggalan dengan bi’tsah Nabi SAW meskipun hal tersebut penting. Hal ini disebabkan bi’tsah dan masa setelah itu Islam dan kaum muslimin dalam kondisi lemah, mereka mustadl’afin, tak punya kekuatan apa-apa. Sementara pucuk pimpinan saat itu adalah Abu Jahal, Abu Lahab, Walid bin Mughirah dkk. Maka dari hal tsb tidaklah logis kalau dibuat penanggalannya karena tiadak mempunyai sejengkalpun daerah kekuasaan. Sedangkan Hijrah Nabawiyah merupakan “unjuk gigi” baik dalam konsep maupun qiyadah. Semua para sahabat tak terkecuali punya andil dalam membuat peristiwa-peristiwa hijrah dan sesudahnya. Setelah itu mereka menguatkannya dengan daulah Islamiyah. <br /><br />Penanggalan hijrah menunjukkan betapa kuat dan hebatnya jihad dan perjuangan ummat Islam. Sejarah tak mungkin diukir satu orang saja, meski ia mempunyai kemampuan lebih, bahkan ia seorang nabi atau rasul. Sesungguhnya yang membuat sejarah adalah ummat secara keseluruhan, yaitu ummat yang berdiri di pihak rasul-Nya atau qo’id-nya. Sudah berapa banyak rasul yang dikecewakan dan dihinakan oleh kaumnya sendiri dan mereka tak bisa berbuat apa-apa. Maka sesungguhnya ummat sekarang ini terpanggil untuk membuat sejarahnya dengan jiwa mereka sendiri. <br /><br />Dengan demikian kaum muslimin menjadi excelent (mutamayyiz) tidak mengekor ataupun menyerupai, Yahudi, Nashrani ataupun Majusi, dll. Kita menginginkan kepribadian yang bersih tak terkontaminasi dengan fikroh kafir yang membahayakan. Sudah menjadi aksioma bahwa di antara pilar-pilar suatu ummat adalah sejarahnya yang mereka banggakan yang akan menjadi ukiran peristiwa sejarah dengan penuh perjuangan dan titik darah penghabisan. <br /><br />d. Busana. <br /><br />Untuk wanita hendaknya senantiasa menutupkan aurat-nya ketika keluar rumah, dalam hal ini perintah Allah SWT sudah jelas. Hindari pakaian yang menimbulkan fitnah, ataupun perdebatan. Akan tetapi walaupun sudah menutup aurat jika terlalu mewah ataupun terlalu kumuh akan membuat peluang orang untuk menggunjingnya (dosa). Perhatikan juga warna dan corak yang tidak mencolok hingga menarik perhatian banyak orang. Sementara untuk laki-laki jangan memakai pakaian yang tasabuh (meniru) orang kafir. Seperti berpakaian dengan pakaian yang biasa (khusus) dipakai oleh para rahib atau pendeta, biksu, dsb. Hindari pakaian dengan gambar, assesoris, simbul agama tertentu, ataupun juga gambar dan tulisan jorok. Hal ini selain tidak berakhlaq juga akan mengusik kebersihan hati orang lain. Untuk pakaian yang bertuliskan kata-kata tertentu, perhatikan jangan sampai mengganggu konsentrasi orang lain, misalnya ketika shalat berjamaah di masjid. Bayangkan saja jika antum memakai kaos yang di belakangnya ada tulisan “mburiku munyuk”, padahal antum menjadi imam shalat! <br /><br />Untuk pakaian di masjid hendaknya memakai yang terbaik yang kita miliki, terutama shalat Jum’at. Dalam berbusana yang terpenting adalah memenuhi syarat, yaitu menutup aurat, (tidak menampakkan ataupun menonjolkannya) dan tidak tasabuh, setelah itu bisa menyesuaikan adat setempat. Jadi tidak harus berjubah dan bersorban ala Arab. Namun jika hal itu untuk menandakan rasa cinta terhadap Rasul SAW dalam hal berpakaian maka tentunya tidak mengapa. Akan tetapi hendaknya melihat kondisi masyarakat setempat. Jika mereka anti pati dan semakin menjauhi kita gara-gara pakaian , maka itu belum prioritas untuk diterapkan. <br /><br />3. Mengenal ikhwah du’at dengan ma’rifah yang sempurna dan sebaliknya. <br /><br />“Sesungguhnya orang-orang beriman itu bersaudara” (Al Hujurat:10). <br /><br />Ukhuwwah, setelah generasi pertama ummat Islam berlalu, telah hanya menjadi kata-kata penghias bibir kaum muslimin dan khayalan belaka di benak mereka, sampai kita datang dengan ukhuwah islamiyahnya. Kita telah berusaha menerapkannya di kalangan kita dan menginginkan kembalinya ikatan ummat yang saling bersaudara dengan jiwa ukhuwah islamiyah. Memang untuk meng- ukhuwah islamiyah-kan masyarakat, kita harus mewujudkan dahulu dalam kalangan kita sendiri. <br /><br />Ikhwah berarti saudara sedarah, sekandung. Setiap mu’min kita jadikan sebagai saudara sekandung, lebih dari sekedar teman kerabat. Rukun ukhuwah adalah ta’aruf, tafahum dan takaful. Ta’aruf yang sempurna adalah dengan mengenali seluruh jati dirinya; fisik, pola berpikir (baca: fikroh), dan jiwanya. hendaknya kita tidak lalai dalam hal ini, sebab akan dapat membawa resiko. <br /><br />Pernah dalam suatu acara mukhoyyam ikhwah, ketika sedang mengadakan perjalanan yang panjang di malam hari melewati bukit-bukit berbatu, jurang yang dalam, menyeberangi sungai nan deras, seorang ikhwah “hilang” dari barisan Setelah cukup lama, peserta baru sadar ada satu anggota yang “hilang”. Pemandu segera menyusur balik dan akhirnya ditemukan. Usut punya usut ternyata ikhwah yang tertinggal tersebut mempunyai penyakit rabun senja. Untunglah dengan izin Allah SWT al-akh tsb selamat, tak masuk jurang. <br /><br />Demikianlah satu akibat jika kita tak pernah mengenali ikhwah kita sendiri (fisiknya). Dan mungkin al akh yang menderita sakit tersebut sebelumnya juga tak pernah mengenalkan dirinya kepada ikhwah lainnya. Untuk itu bersegeralah mengenali ikhwah sedini dan sesempurna mungkin, sebaliknya kita juga mengenalkan diri kita kepada ikhwah. Selanjutnya tafahum dan takaful akan terwujud serta membentuk bangunan yang kuat seiring dengan kadar soliditas ukhuwah kita. <br /><br />4. Menunaikan kewajiban maaliyah. <br /><br />Jihad, selain memerlukan personil (rijal) juga membutuhkan finansial (maal). Dahulu seorang Mujahid Muslim menyiapkan sendiri perlengkapan, kendaraan dan perbekalan perangnya. Tak ada gaji bulanan yang diterima oleh para pimpinan dan prajurir. Yang ada hanya suka rela menyumbangkan harta dan jiwa. Itulah yang diperbuat oleh aqidah bila telah menjadi landasan tegaknya sistem dan undang-undang. <br /><br />Dahulu kaum muslimin yang miskin ingin berjihad membela manhaj Allah SWT dan panji aqidah, tak memiliki apa yang bisa dijadikan bekal untuk dirinya dan tak memiliki perlengkapan serta kendaraan. Kemudian mereka menghadap Nabi SAW meminta agar diikutsertakan ke medan pertempuran yang jauh, yang tak bisa ditempuh dengan berjalan kaki. Bila Nabi SAW tak mendapatkan apa yang bisa dipakai untuk membawa mereka maka; “mereka kembali, sedang mata mereka bercucuran air mata karena kesedihan, lantaran mereka tidak memperoleh apa yang mereka nafkahkan” (At Taubah:92) <br /><br />Banyak ayat Al Qur’an maupun hadits Rasulullah SAW yang menganjurkan untuk infaq di jalan Allah SWT. Ajakan berjihad sering diiringi dengan ajakan untuk berinfaq. Ada juga dalam ayat Al Qur’an yang mengidentikkan orang yang tak berinfaq dengan kebinasaan. <br /><br />“Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah , dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik” (Al Baqarah:195). <br /><br />Tak mau berinfaq di jalan Allah SWT adalah tindakan membinasakan jiwa dengan sifat kikir, disamping membinasakan jama’ah dengan ketidakberdayaan dan kelemahan, khususnya dalam suatu sistem yang didasarkan pada suka rela, sebagaimana dalam sistem Islam. <br /><br />Suatu saat seorang sahabat bernama Abu Dahdah dirinya merasa tersindir ketika Rasul SAW dalam khutbahnya terkesan sedang membutuhkan dukungan dana. Lantas Abu Dahdah mengatakan; “Yaa Rasulallah, saya mempunyai kebun (yang luasnya 600 pohon kurma), itu semua akan saya infaqkan fi sabilillah”. Kemudian Abu Dahdah pulang dan konfirmasi kepada istrinya bahwa kebunnya sudah menjadi milik kaum muslimin. Istrinya berkomentar; “robahal bai’..” (perniagaan yang menguntungkan). Karena kebun yang sepetak itu akan diganti dengan kebun surga. Subhanallah.. <br /><br />Marilah kita galakkan syi’ar ini (zakat, infaq, shodaqoh, dsb) untuk menggapai ridha Allah SWT. <br /><br />“Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai ridha Allah, maka (yang berbuat demikan) itulah orang-orang yang melipatgandakan pahalanya” (Ar rum:39). <br /><br />Di samping itu kita juga diperintahkan untuk membangun syarikat-syarikat islami untuk membangun ekonomi ummat Islam. Ummat Islam yang tengah bangkit membutuhkan penanganan atas urusan ekominya, karena ia merupakan persoalan paling penting saat ini. Islam sama sekali tak mengesampingkan masalah ini, bahkan ia telah meletakkan kaidah dasar dan konsep-konsepnya secara jelas dan tuntas. Lihatlah bagaimana Allah SWT. mengingatkan kita untuk menjaga harta, menjelaskan nilainya dan kewajiban untuk memperhatikannya. <br /><br />“Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna aqalnya, harta yang dijadikan Allah sebagai kehidupan…”.(An Nisa’:5) <br /><br />Allah SWT berfirman mengenai keseimbangan antara infaq dan penghasilan. <br /><br />“Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya, yang karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal”. (Al Isra:29) <br /><br />Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda: <br /><br />“Tidak miskin orang yang hemat” <br /><br />Sebagaimana harta itu membawa manfaat kepada pribadi, maka harta itupun akan membawa manfaat kepada ummat. Rasulullah saw bersabda: <br /><br />“Sebaik-baik harta adalah harta yang ada orang-orang shalih”. <br /><br />Sistem ekonomi yang baik -apapun namanya dan dari manapun sumbernya- akan diterima oleh Islam. Dan ummat pun akan didorong untuk mendukung dan menumbuhsuburkannya. Asy Syahid Hasan Al Bana telah berwasiat untuk memperhatikan aspek ini, dengan menggalakkan kegiatan perekonomian, membuka lapangan kerja, menangkal penindasan praktek monopoli. Selain itu juga pengelolaan zakat yang profesional. <br /><br />5. Menyebarkan da’wah dan membentuk keluarga atas hal itu.<br /><br />Hal ini sudah ditegaskan oleh Asy Syahid dalam risalah ta’lim-nya bab amal. Pembentukan keluarga muslim, yaitu dengan mengkondisikan keluarga agar menghargai fikrahnya, menjaga etika islam dalam setiap aktivitas kehidupan rumah tangganya, memilih istri yang baik dan menjelaskan kepadanya hak dan kewajibannya, mendidik anak-anak dan pembantunya dengan didikan yang baik, serta membimbing mereka dengan prinsip-prinsip islam. <br /><br />Bimbingan terhadap masyarakat, yaitu dengan menyebarkan da’wah, memerangi perilaku yang kotor dan munkar, mendukung perilaku mulia, utama, melakukan amar ma’ruf, bersegera mengerjakan kebaikan, menggiring opini umum untuk memahami fikrah islamiyah dan mencelup praktek kehidupan dengannya terus menerus. Itu semua adalah kewajiban yang harus ditunaikan oleh setiap sebagai pribadi, juga kewajiban bagi jama’ah sebagai institusi yang dinamis. <br /><br />Demikianlah bahwasanya keluarga adalah miniatur masyarakat Islam. Robohnya nilai Islam dalam keluarga maka roboh pula nilai Islam di masyarakat. Jika kita menginginkan daulah islamiyah (yang berarti menegakkan nilai-nilai Islam dalam sebuah kehidupan bermasyarakat dan bernegara), maka tegakkan dulu di hatimu maka akan tegak di bumimu. Ingat jargon yang salimah ini: “takun daulatal islamiyah fi qolbika takun fi ardlika”. <br /><br />6. Mengenal harakah islamiyah.<br /><br />Hal ini perlu dilakukan agar kita mengerti medan da’wah yang dihadapi, sehingga bisa diatur taktik dan strateginya. Adapun yang perlu kita ketahui berkaitan dalam hal ini antara lain: nama gerakan, manhaj-nya, nama pendirinya, nama pemimpinnya sekarang, sejarah berdirinya, markasnya, jaringannya, tokoh-tokohnya, buku-buku rujukannya, produk-produknya, bentuk-betuk aktivitasnya, karakteristik gerakannya, kebaikan dan kekurangannya. <br /><br />Untuk mengetahui masalah ini kita perlu aktif mengadakan diskusi, tatsqif dan membaca buku terkait. Dan yang penting kita harus senantiasa “buka mata buka telinga” untuk terus mencari informasi dan mengikuti perkembangannya. <br /><br />B. MA’AL MAS’UL (KETUA/PIMPINAN)<br /><br />- Dalam da’wah Ikhwanul Muslimin seorang pemimpin mempunyai hak orang tua dalam hubungan ikatan hati, dan ustadz dalam hubungan memberikan ilmu. <br /><br />- Seperti halnya seorang syaikh dalam hubungan tarbiyah ruhiyah. <br /><br />- Menjadi pemimpin dalam hubungan dengan kebijakan politik bagi da’wah secara umum dan da’wah kita menghimpun seluruh nilai-nilai ini. <br /><br />1. Taat, yaitu melaksanakan perintah dan merealisasikannya dalam kondisi semangat atau malas dan dalam kondisi sulit ataupun mudah. <br /><br />“Wajib atas seorang muslim mendengar dan taat, dalam keadaan senang maupun benci, kecuali perintah untuk maksiat, karena tak ada ketaatan terhadap makhluq dalam bermaksiyat kepada Allah” (HR. Muslim). <br /><br />Jama’ah, dalam merealisasikan tujuannya pastilah membutuhkan jundi yang taat dan memahami akan tuntutannya. Ingatlah juga syurut tajnid Asy Syahid Hasan Al Bana; faham, ikhlash, amal, jihad, pengorbanan, taat, tajarrud, tsabat, ukhuwwah, tsiqoh. Tuntutan demikan amatlah logis dan tidak mengada-ada. Organisasi jahat kaliber internasional pun menuntut hal yang identik demikian, bahkan kadang tidak logis. Para agen Mossad Yahudi bahkan tak segan-segan untuk membunuh anggotanya jika terbukti berkhianat. Jama’ah da’wah tidaklah demikian, orang boleh masuk dan tak akan menahan yang mau keluar darinya. Masing-masing akan memetik buahnya sendiri, baik di dunia maupun di akhirat. <br /><br />Jama’ah kita mempunyai tujuan yang amat mulia, perjuangannya melibatkan antar generasi dalam rentang waktu yang tak terbatas, menegakkan kalimattullah hiyal ‘ulya sampai dunia ini musnah. Hanya tentara Allah SWT sajalah yang mampu menegakkannya, bukan orang yang leda-lede. <br /><br />2. Tsiqoh, tentramnya jiwa dengan seluruh yang keluar darinya. <br /><br />Ibarat seorang tentara yang merasa puas dengan komandannya, dalam hal kapasitas kepemimpinannya maupun keikhlasannya, dengan kepuasan yang mendalam yang menghasilkan rasa cinta, penghargaan, penghormatan serta ketaatan. <br /><br />“Maka demi Rabb-mu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka esuatu keberatan terhadap sesuatu keputusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya” (An Nisa’ (4):65). <br /><br />Pemimpin adalah unsur penting dalam dalam da’wah; tak ada da’wah tanpa kepemimpinan. Kadar tsiqoh yang timbal balik antara pemimpin dengan yang dipimpin menjadi neraca yang menentukan sejauhmana kekuatan sistem jama’ah, ketahanan khthithah-nya, keberhasilannya mewujudkan tujuan, dan ketegarannya menghadapi tantangan. Tsiqoh kepada pemimpin adalah segalanya dalam keberhasilan da’wah. Untuk mengetahui kadar ke-tsiqoh-an dirinya terhadap mas’ul-nya bertanyalah kepada diri sendiri dengan tulus mengenai beberapa hal sbb: <br /><br />- Sejauhmana mengenal mas’ul tentang riwayat hidupnya <br /><br />- Kepercayaan terhadap kapasitas dan keikhlasannya. <br /><br />- Kesiapan menerima perbedaan pendapat dengan mas’ul, dan mas’ul telah memberi perintah dan atau larangan yang berbeda dengan pendapat kita. <br /><br />- Kesiapan meletakkan seluruh aktivitasnya dalam da’wah, dalam kendali mas’ul. <br /><br />3. Minta izin, jama’ah mengetahui segala kondisimu dan selalu ada hubungan ruh dan aktivitas dengan jama’ah. <br /><br />Sebenarnya bergerak dalam suatu jama’ah adalah tugas, tanggung jawab, amanat yang harus dipikul oleh pemimpin beserta seluruh anggotanya. Kesemuanya harus terkoordinasi rapi ibarat sebuah bangunan yang kokoh bershaf-shaf. Tidak boleh saling menelantarkan, berperilaku bahaya dan saling membahayakan. Tidak menyempal dari jama’ah atau hilang dari “peredaran” jama’ah dalam kurun waktu tertentu. .Harus ada jalinan komunikasi yang efektif serta terus menerus ber-musyarokah. Asy Syaikh Musthafa Masyur pernah memberi taujihat yang luar biasa: “Mutu jama’ah tergantung dari mutu harokah (gerakan), mutu harokah tergantung dari mutu musyarokah (berserikat), mutu musyarokah tergantung dari mutu muhawaroh (komunikatif, saling keterbukaan), dan mutu muhawaroh tergantung dari bagaimana mutu ukhuwahnya”. <br /><br />4. Memuliakan mas’ul.<br /><br />Memuliakan, menghormati mas’ul tidak semata-mata didasarkan kepada diri mas’ul, tetapi karena dirinya dipandang sebagai lambang jama’ah yang mengibarkan bendera Islam untuk menyerukan hidayah ke ummat manusia. Setiap gerakan yang merugikan kedudukan pemimpin akan merusak citra dan keutuhan jama’ah <br /><br />5. Merahasiakan nasihat.<br /><br />Di antara sifat mu’min adalah suka nasihat menasehati dengan kebenaran dan saling berwasiat dengan kesabaran. Ketinggian kedudukan mas’ul tidak boleh menjadi penghalang untuk itu, dalam rangka untuk memperbaiki amal dan menghindarkan hal-hal negatif. Tidak boleh merasa berat dalam memberi nasihat, begitu juga mas’ul harus lapang dada, dan bersyukur dalam menerimanya. <br /><br />“Ad dien itu adalah nasihat. Kami bertanya, ‘untuk siapa?’ Rasulullah SAW menjawab, ‘Bagi Allah, Rasul-Nya, pemimpin-pemimpin kaum muslimin dan orang orang awamnya” (HR. Muslim). <br /><br />Adapun adab yang harus kita jaga dalam memberi nasihat kepada mas’ul adalah dengan memilih ketepatan suasana dan cara. Paling tidak ada tiga hal yang perlu diperhatikan. Pertama, berilah nasihat dalam bentuk yang paling baik, dan nasihat tersebut hendaknya diterima menurut bentuknya. Kedua, dengan menasihatinya secara diam-diam berarti telah menghormati dan memperbaikinya. Sebab jika kita menasihatinya dengan cara terang-terangan di hadapan orang banyak, seolah kita telah mempermalukan dan merendahkannya. Ketiga, tatkala memberi nasihat maka hati/niat kita tidak boleh berubah walau sehelai rambutpun. Tidak merasa lebih mulia, tidak menggurui sehingga menjadikan obyek seolah-olah seorang pesakitan yang penuh dengan kekurangan. Rasa cinta dan hormat kepadanya tak bergeser sedikitpun. <br /><br /><b>C. DENGAN IKHWAH (SAUDARA SEPERJUANGAN)</b><br /><br />1. Husnudzon dan memohonkan maaf pada mereka. <br /><br />2. Menampakkan cinta pada mereka dan menahan marah karena kelalaian mereka. <br /><br />“…dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan” (Ali Imron:134) <br /><br />Manusia adalah tempatnya salah dan lalai. Baik diri kita maupun saudara kita tak luput dari sifat itu. Adalah tidak adil jika kita memarahi saudara, apalagi memutuskan hubungan dengannya ketika lalai. Justru yang paling baik adalah dengan menesihatinya. Setinggi-tinggi martabat pergaulan adalah dengan tetap menjalin kasih sayang baik ketika lalai maupun ingat. Seperti itulah salah satu ciri kehidupan masyarakat muslim. <br /><br />“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka” (Al Fath:29) <br /><br />Bahkan kadang kala kecintaan itu kita ikrarkan. Abu Kuraimah bin Ma’diy Karib Ra berkata; Bersabda Rasulullah SAW: “Jika seorang mencintai saudaranya, maka beritahukanlah kepadanya bahwa ia mencintainya karena Allah” (Abu Dawud). <br /><br />Sedangkan anjuran untuk menahan marah cukuplah nasihat Rasulullah SAW ketika seseorang datang kepada beliau dan berkata: “Nasihatilah saya”, kemudian Nabi SAW bersabda: “Jangan marah”, kemudian orang itu meminta mengulangi nasihat lagi, jawab Nabi :“Jangan marah” (HR Bukhari). <br /><br />Marah itu menghimpun berbagai kejahatan dan setiap kejahatan membawa dosa, sedangkan menahannya adalah menangkal dosa yang berarti memetik pahala surga. <br /><br />Muadz bin Anas berkata: Bersabda Rasulullah SAW: ”Siapa yang menahan marah padahal ia mampu memuaskannya, maka kelak di hari qiyamat Allah akan memanggilnya di depan sekalian makhluq, kemudian disuruhnya memilih bidadari sekehendaknya” (HR. Abu Daud, At Tirmidzi). <br /><br />3. Mendo’akan mereka ketika ghaib <br /><br />“Mintalah ampun untuk dosamu sendiri dan untuk kaum muslimin lelaki dan perempuan” (Muhammad: 19) <br /><br />Wujud ukhuwah Islamiyah yang telah dibina Rasulullah SAW ketika periode hijrah sangat nyata, bukan seruan bibir semata. Mereka saling mengutamakan kebutuhan saudaranya yang baru dibina itu Mereka saling memberikan harta bahkan jiwanya untuk sebuah persudaraan karena Allah SWT. Mereka juga memberikan do’anya. <br /><br />“Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka berdoa: ‘Ya Tuhan kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman” (Al Hasyr: 10) <br /><br />Abu Darda’ RA berkata, bersabda Rasulullah SAW: “Do’a seorang muslim untuk saudaranya di luar pengetahuan yang dido’akan itu do’a yang mustajab, di atas kepala orang yang berdo’a itu ada Malaikat yang ditugaskan supaya tiap ia berdo’a baik untuk saudaranya itu supaya disambut: amin wa laka bi mitslin (semoga diterima dan untukmu sendiri seperti itu)” (HR. Muslim). <br /><br />4. Bantulah saudaramu baik dalam kondisi mendzolimi atau terdzolimi, yaitu mencegah kejahatannya. <br /><br />D. DENGAN MUAYYID (PENDUKUNG)<br /><br />1. Tawazun dalam menilai/memuji, mereka bukanlah segalanya sampai tak menghiraukan yang lain, dan tidak pula meremehkan mereka sehingga kita jadikan mereka sebagai kasta rendah tak bernilai. <br /><br />2. Mendahulukan yang terpenting dari yang penting, dan permulaan yang terbaik adalah menempatkan aqidah dalam hati <br /><br />3. Sedikit dalam nasihat. <br /><br />4. Menghindari cara menggurui, meskipun dengan argumen yang jitu. <br /><br />5. Hindari jawaban langsung atau kritik pedas <br /><br />6. Hati-hati dari penyia-nyiaan potensi dengan penyembuhan/membuang urusan-urusan yang sepele atau debat yang tak bermanfaat. <br /><br />7. Menganggap mereka (mad’u) cerdas dan berilmu, maka jangan terlalu memperpanjang dalam menjelaskan yang aksiomatik (badihiyat). <br /><br />8. Setiap ucapan ada tempatnya, setiap tempat ada perkataannya, “khotibun naas ‘ala qodri ‘uqulihim “ (maka sampaikanlah pada manusia menurut kadar akalnya). <br /><br />9. Mempelajari kondisinya dan mengetahui akan halnya: <br /><br />Jangan mencacinya apabila terlambat dari kegiatan <br /><br />Jangan memaksanya ke dalam pekerjaan tertentu <br /><br />Jangan membebani melebihi kemampuan <br /><br />10. “Membina tidak cukup sehari semalam”. <br /><br />11. Jadilah qudwah baginya dalam segala sesuatu (“amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan” Ash Shoff: 3) <br /><br />12. Terus menerus dalam menda’wahi sampai tampak hasilnya. <br /><br />E. DENGAN IKHWAN (SAUDARA-SAUDARA SEPERJUANGAN)<br /><br />1. Husnudzon dan memohonkan maaf pada mereka <br /><br />2. Menampakkan cinta dan menahan marah serta dendam <br /><br />“Janganlah kamu meremehkan perbuatan ma’ruf sedikitpun, walaupun sekedar menunjukkan wajah yang berseri ketika bertemu dengan saudaramu” (HR.Muslim) <br /><br />3. Mendo’akan mereka ketika ghaib. (“Do’a seorang muslim kepada saudaranya terkabulkan dalam kesendiriannya, pada kepala orang itu ada malaikat yang ditugaskan setiap dia berdoa kebaikan untuk saudaranya, malaikat berkata: amin dan akan mendapatkan seperti itu pula”) HR. Ahmad, Muslim dan Ibnu Majah dari Abi Darda’. <br /><br />4. Mengakui pertolongan mereka baik dalam senang atau duka sebagai ungkapan bahwa kekuatannya (baca:kita) tidak mungkin bergerak sendiri dalam kehidupan. <br /><br />5. Tidak suka mencelakakan mereka dan bersegera untuk menghilangkannya/ menolak. <br /><br />6. Saling menolong, “tolonglah saudaramu baik saat mendzolimi atau saat terdzolimi, yaitu dengan mencegahnya”. <br /><br />7. Mempermudah urusan-urusan yang sulit.<br /><br />Salah satu dari ciri seorang muslim adalah suka mempermudah segala urusan yang dialami saudaranya. <br /><br />“Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesulitan” (Al Baqarah:185) <br /><br />“Ajarilah olehmu dan mudahkanlah olehmu dan jangan kamu mempersulit, dan jika salah seorang di antara kamu ada yang marah, maka hendaklah kamu diam” (HR. (Bukhari). <br /><br />Dari Ummul Mu’minin RA: <br /><br />“Jika menghadapi dua perkara, Rasulullah akan memilih yang termudah, jika kiranya tidak mengandung dosa. Maka jika urusan itu mengandung dosa, seluruh manusia harus menjauhinya. Dan apa yang menjadi pendirian Rasulullah SAW dalam menghadapi sesuatu, ialah tidak membalas dendam kepada siapapun jika yang disakiti itu hanya dirinya sendiri, kecuali jika larangan Allah telah dilanggar, maka beliau akan marah, dan membalasnya semata-mata hanya karena Allah” (HR. Muttafaq ‘alaih). <br /><br />Abu Qatadah RA berkata: <br /><br />“Aku mendengar Rasulullah SAW berkata, ”Barangsiapa yang memudahkan kesulitan muslim lainnya, untuk mendapatkan keselamatan dari Allah dari kesulitan-kesulitan hari kiamat, maka mudahkanlah kesulitan (orang lain) atau melepaskan bebannya” (HR. Muslim). <br /><br />8. Memberikan nasihat.<br /><br />Tak tersisa dalam hidup ini kecuali tiga kelompok: Seorang dimana kamu mendapatkan bergaul/ma’asyaroh dengannya, kalau kamu menyimpang dari jalur dia meluruskanmu, dan dia memberikan cukup kehidupanmu, tidak ada seorang yang bisa membebanimu, dan sholat di masjid jami’ kamu terhindar dari lupa padanya dan mendapatkan penghalang. (Perkataan Hasan Al Bashri). <br /><br />Dan berkata Al Muhasibiy, “Ketahuilah orang yang menasihatimu sungguh dia mencintaimu, dan barangsiapa yang menjilat kamu maka dia menipumu/mengujimu, dan siapa yang tak menerima nasihatmu bukanlah saudaramu”. <br /><br />F. DENGAN MUROBBI (PENDIDIK)<br /><br />1. Penghargaan dan memuliakan mereka karena Allah SWT telah menjadikan mereka sebab masuknya kalian ke dalam bintang yang besar (jama’ah) meskipun kalian mendahuluinya. <br /><br />Adab dalam bergaul dengan murobbi adalah dengan memuliakannya karena Allah SWT, memohonkan do’a bagi mereka. Karena mereka adalah orang-orang sholeh yang telah meghantarkan kita ke jalan Allah SWT. Tidak diperkenankan bagi kita untuk mencelanya, membesar-besarkan keburukannya dan berpaling bahkan membutakan diri dari kebaikan-kebaikan yang telah kita terima. Kita hendaknya bersabar dalam berjuang bersama-sama mereka, tidak terprovokasi oleh orang-orang hendak yang menjerumuskan, melemahkan atau membelokkan arah jalan da’wah kita, misalnya ada yang sering mengatakan kita dengan eksklusif, taqlid buta, jumud, tarbiyah tak akan mendapatkan apa-apa dan bukan segalanya untuk apa diteruskan, dan suara-suara miring lainnya. Ingatlah firman Allah SWT. <br /><br />“Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang yang menyeru Rabb-nya di pagi hari dan senja hari dengan mengharap ridha-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan mereka adalah kaum yang melampaui batas” (Al Kahfi:28). <br /><br />Dahulu kita dalam keterpurukan jahiliyah, dan sekarang tampak kemilau cahaya keislaman, kemudian memasukkan kita ke dalam sebuah gerakan besar, mewujudkan segala potensi yang selama ini terpendam, serta mengikatnya dengan jalinan ruhul islami. <br /><br />“Manusia itu ibarat barang tambang seperti logam emas dan perak, terpandangnya mereka ketika masa jahiliyah akan terpandang juga ketika masa islamnya, jika mereka telah memahami. Adapun ruh-ruh itu ibarat laskar tentara yang siap tempur, maka yang saling mengenal akan intim, sedangkan yang tidak mengenal akan berceceran” (HR. Bukhori dan Asy Syaikhoni) <br /><br />Siapakah yang mengasah dan membentuknya ke arah itu? Adalah para murobi tercinta! <br /><br />2. Sesungguhnya mereka bukan ustadz-mu dahulu saja, maka jangan kalian putus mereka, dan hormatilah mereka serta keluarga mereka untuk di ziyarahi. <br /><br />3. Terus menerus menyebut kebaikan mereka dan melupakan keburukan mereka.Saiful A. Ritongahttp://www.blogger.com/profile/18224646366203620872noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5667707626430986830.post-72159698698515148302009-11-10T10:57:00.000-08:002009-11-10T10:58:05.954-08:00hadits#<br />Mutiara Hadist<br />Rasulullah bersabda (yang artinya), "Sesungguhnya Islam pertama kali muncul dalam keadaaan asing dan nanti akan kembali asing sebagaimana semula. Maka berbahagialah orang-orang yang asing (alghuroba')." (hadits shahih riwayat Muslim) "Berbahagialah orang-orang yang asing (alghuroba'). (Mereka adalah) orang-orang shalih yang berada di tengah orang-orang yang berperangai buruk. Dan orang yang memusuhinya lebih banyak daripada yang mengikuti mereka" (hadits shahih riwayat Ahmad) "Berbahagialah orang-orang yang asing (alghuroba'). Yaitu mereka yang mengadakan perbaikan (ishlah) ketika manusia rusak." (hadits shahih riwayat Abu Amr Ad Dani dan Al Ajurry)Saiful A. Ritongahttp://www.blogger.com/profile/18224646366203620872noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5667707626430986830.post-68112214755996992102009-11-07T17:30:00.000-08:002009-11-07T17:32:12.925-08:00Manajemen RedaksionalPRINSIP-PRINSIP DASAR MANAJEMEN DALAM MEDIA MASSA<br /><br />Kata Manajemen berasal dari bahasa Prancis kuno ménagement, yang memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur. Manajemen belum memiliki definisi yang mapan dan diterima secara universal.Mary Parker Follet, misalnya, mendefinisikan manajemen sebagai seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini berarti bahwa seorang manajer bertugas mengatur dan mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi. Sementara itu, Ricky W. Griffin mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran (goals) secara efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan sesuai dengan jadwal; dalam berbagai bidang seperti industri, pendidikan, kesehatan, bisnis, finansial dan sebagainya. Dengan kata lain efektif menyangkut tujuan dan efisien menyangkut cara dan lamanya suatu proses mencapai tujuan tersebut. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI: 553, 1990) menyebutkan, manajemen adalah proses penggunaan sumber daya secara efektif untuk mecapai sasaran.<br /><br />Bagaimana Menerapkan Kebijakan dan Strategi?<br />1. Semua kebijakan harus didiskusikan dengan semua personel manajerial dan staf.<br />2. Manajer harus mengerti dimana dan bagaimana mereka menerapkannya.<br />3. Rencana sebuah tindakan harus diberitahukan pada setiap departemen.<br />4. Kebijakan dan strategi harus diperiksa ulang secara berkala.<br />5. Perencanaan cadangan harus dipikirkan dalam kasus perubahan.<br /> <br />Fungsi Manajemen<br />Manajemen beroperasi melalui bermacam fungsi, biasanya digolongkan pada perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan atau motivasi dan pengaturan.<br />1. Perencanaan: memutuskan apa yang harus terjadi esok hari dan seterusnya dan membuat rencana untuk dilaksanakan.<br />2. Pengorganisasian: membuat penggunaan maksimal dari sumberdaya yang dibutuhkan untuk melaksanakan rencana dengan baik.<br />3. Leading/Kepemimpinan dan Motivasi: memakai kemampuan di area ini untuk membuat yang lain mengambil peran dengan efektif dalam mencapai suatu rencana<br />4. Pengendalian: monitoting – memantau kemajuan rencana, yang mungkin membutuhkan perubahan tergantung apa yang terjadi<br /> <br /><br />Tingkatan Manajemen Keredaksian<br /><br />Pimpinan Redaksi merupakan manajemen tingkat atas. Bertugas merencanakan kegiatan dan strategi keredaksian secara umum dan mengarahkan jalannya proses redaksi. Middle management atau manajemen tingkat menengah bertugas sebagai penghubung antara manajemen puncak dan manajemen lini pertama, misalnya Wakil Pimpinan Redaksi atau Redaktur Pelaksana. Lower management atau manejemen lini pertama (first-line management) adalah manajemen yang memimpin dan mengawasi tenaga-tenaga operasional. Manajemen ini dikenal pula dengan istilah manajemen operasional. Umumnya para redaktur halaman atau redaktur desk. Ada khusus halaman ekonomi, politik, pendidikan, kriminal, hukum dst.<br /> <br />Manajemen Mengandung Lima Fungsi: <br />1. perencanaan <br />2. pengorganisasian<br />3. kepemimpinan<br />4. koordinasi<br />5. pengaturan<br /><br />Manajemen Keredaksian<br />Manajemen keredaksian dapat diartikan proses antar orang yang merupakan satu kesatuan secara efektif dalam sebuah organisasi media massa untuk mencapai tujuan atau sasaran. Manajemen keredaksian adalah perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan terhadap pengadaan, pengembangan, kompensasi, integrasi dan pemeliharaan orang-orang dengan tujuan membantu mencapai tujuan organisasi (pers), individual dan masyarakat. Paling penting adalah bagaimana individu-individu yang terlibat dalam organisasi harus mampu terlebih dahulu memanajemen pribadinya masing-masing. Manajemen pribadi tersebut meliputi beberapa hal antara lain: perencanaan kegiatan, pengorganisasian kegiatan, pelaksanaan kegiatan, evaluasi kegiatan dan pengawasan kegiatan dengan pemanfaatan waktu seefektif dan seefisien mungkin. Bila tiap individu di dalam organisasi menyadari betul akan posisi masing-masing dengan job description (deskripsi tugas) yang jelas dan tegas, maka perencanaan akan mudah dibangun dan diterapkan.<br /><br />Ada dua bagian besar sebuah penerbitan pers atau media massa: <br />1. Bagian Redaksi (Editor Department) dan <br />2. Bagian Pemasaran atau Bagian Usaha (Business Department). <br /><br />Bagian Redaksi dipimpin oleh Pemimpin Redaksi. Bagian Pemasaran dipimpin olen Manajer Pemasaran atau Pemimpin Usaha. Di atas keduanya adalah Pemimpin Umum (General Manager). Ada juga Pemimpin Umum yang merangkap Pemimpin Redaksi.<br /><br />Bagian Redaksi tugasnya meliput, menyusun, menulis, atau menyajikan informasi berupa berita, opini, atau feature. Orang-orangnya disebut wartawan. Redaksi merupakan merupakan sisi ideal sebuah media atau penerbitan pers yang menjalankan visi, misi, atau idealisme media.Bagian Redaksi dikepalai oleh seorang Pemimpin Redaksi. Di bawah Pemred biasanya ada Wakil Pemred yang bertugas sebagai pelaksana tugas dan penanggungjawab sehari-hari di bagian redaksi. Pemred/Wapemred membawahi seorang atau lebih Redaktur Pelaksana yang mengkoordinasi para Redaktur (Editor), Koordinator Reporter atau Koordinator Liputan (jika diperlukan), para Reporter dan Fotografer, Koresponden, dan Kontributor. Termasuk Kontributor adalah para penulis lepas (artikel) dan kolumnis. <br />Di Bagian Redaksi ada pula yang disebut Dewan Redaksi atau Penasihat Redaksi. Biasanya terdiri dari Pemred, Wapemred, Redpel, Pemimpin Usaha, dan orang-orang yang dipilih menjadi penasihat bidang keredaksian. Ada pula yang disebut Staf Ahli atau Redaktur Ahli, yakni orang-orang yang memiliki keahlian di bidang keilmuwan tertentu yang sewaktu-waktu masukan atau pendapatnya sangat dibutuhkan redaksi untuk kepentingan pemberitaan atau analisis berita. Bagian lain yang terkait dengan bidang keredaksian adalah Redaktur Pracetak yang membidangi tugas Desain Grafis (Setting, Lay Out, dan Artistik) serta Perpustakaan dan Dokumentasi. Dalam hal tertentu, bagian Penelitian dan Pengembangan (Litbang) dapat masuk ke bagian Redaksi.<br /><br /><br />Tugas<br />Pemimpin Umum (General Manager)<br />Ia bertanggung jawab atas keseluruhan jalannya penerbitan pers, baik ke dalam maupun ke luar. Ia dapat melimpahkan pertanggungjawabannya terhadap hukum kepada Pemimpin Redaksi sepanjang menyangkut isi penerbitan (redaksional) dan kepada Pemimpin Usaha sepanjang menyangkut pengusahaan penerbitan.<br /><br />Pemimpin Redaksi<br />Pemimpin Redaksi (Editor in Chief) bertanggung jawab terhadap mekanisme dan aktivitas kerja keredaksian sehari-hari. Ia harus mengawasi isi seluruh rubrik media massa yang dipimpinnya. Di suratkabar mana pun, Pemimpin Redaksi menetapkan kebijakan dan mengawasi seluruh kegiatan redaksional. Ia bertindak sebagai jenderal atau komandan yang perintah atau kebijakannya harus dipatuhi bawahannya. Kewenangan itu dimiliki katena ia harus bertanggung jawab jika pemberitaan medianya ?digugat? pihak lain. Pemimpin Redaksi juga bertanggung jawab atas penulisan dan isi Tajuk rencana (Editorial) yang merupakan opini redaksi (Desk opinion). Jika Pemred berhalangan menulisnya, lazim pula tajuk dibuat oleh Redaktur Pelaksana, salah seorang anggota Dewan Redaksi, salah seorang Redaktur, bahkan seorang Reporter atau siapa pun dengan seizin dan sepengetahuan Pemimpin Redaksi yang mampu menulisnya dengan menyuarakan pendapat korannya mengenai suatu masalah aktual.<br /><br />Dewan Redaksi<br />Dewan Redaksi biasanya beranggotakan Pemimpin Umum, Pemimpin Redaksi dan Wakilnya, Redaktur Pelaksana, dan orang-orang yang dipandang kompeten menjadi penasihat bagian redaksi. Dewan Redaksi bertugas memberi masukan kepada jajaran redaksi dalam melaksanakan pekerjaan redaksional. Dewan Redaksi pula yang mengatasi permasalahan penting redaksional, misalnya menyangkut berita yang sangat sensitif atau sesuai-tidaknya berita yang dibuat tersebut dengan visi dan misi penerbitan yang sudah disepakati. <br /><br />Redaktur Pelaksana<br />Di bawah Pemred biasanya ada Redaktur Pelaksana (Managing Editor). Tanggung jawabnya hampir sama dengan Pemred/Wapemred, namun lebih bersifat teknis. Dialah yang memimpin langsung aktivitas peliputan dan pembuatan berita oleh para reporter dan editor.<br /><br />Redaktur<br />Redaktur (editor) sebuah penerbitan pers biasanya lebih dari satu. Tugas utamanya adalah melakukan editing atau penyuntingan, yakni aktivitas penyeleksian dan perbaikan naskah yang akan dimuat atau disiarkan. Di internal redaksi, mereka disebut Redaktur Desk (Desk Editor), Redaktur Bidang, atau Redaktur Halaman karena bertanggung jawab penuh atas isi rubrik tertentu dan editingnya. Seorang redaktur biasanya menangani satu rubrik, misalnya rubrik ekonomi, luar negeri, olahraga, dsb.<br /><br />Redaktur Pracetak<br />Setingkat dengan Redaktur/Editor adalah Redaktur Pracetak atau Redaktur Artistik. Ia bertanggung jawab menangani? Naskah Siap Cetak? (All In Hand/All Up) dari para redaktur, yaitu semua naskah berita yang sudah diturunkan ke percetakan dan sudah diset bersih, desain cover dan perwajahan (tataletak, lay out, artistik), dan hal-ihwal sebelum koran dicetak. Bagian lain di yang berada di bawah koordinasi Redaktur Pracetak adalah Setter atau juruketik naskah. Ia bertugas mengetik naskah yang akan dimuat. Ada pula Korektor yang bertugas mengoreksi (membetulkan) kesalahan ketik pada naskah yang siap cetak.<br /><br /> Reporter <br />Di bawah para editor adalah para Reporter. Mereka merupakan prajurit di bagian redaksi. Mencari berita lalu membuat atau menyusunnya, merupakan tugas pokoknya.<br /><br /> Fotografer <br />Fotografer (wartawan foto atau juru potret) tugasnya mengambil gambar peristiwa atau objek tertentu yang bernilai berita atau untuk melengkapi tulisan berita yang dibuat wartawan tulis. Ia merupakan mitra kerja yang setaraf dengan wartawan tulisan (reporter). Jika tugas wartawan tulis menghasilkan karya jurnalistik berupa tulisan berita, opini, atau feature, maka fotografer menghasilkan Foto Jurnalistik (Journalistic Photography, Photographic Communications). Fotografer menyampaikan informasi atau pesan melalui gambar yang ia potret. Fungsi foto jurnalistik antara lain menginformasikan (to inform), meyakinkan (to persuade), dan menghibur (to entertain).<br /><br /> Koresponden <br />Selain reporter, media massa biasanya memiliki pula Koresponden (correspondent) atau wartawan daerah, yaitu wartawan yang ditempatkan di negara lain atau di kota lain (daerah), di luar wilayah di mana media massanya berpusat.<br /><br /> Kontributor<br />Kontributur atau penyumbang naskah/tulisan secara struktural tidak tercantum dalam struktur organisasi redaksi. Ia terlibat di bagian redaksi secara fungsional. Termasuk kontributor adalah para penulis artikel, kolomnis, dan karikaturis. Para sastrawan juga menjadi kontributor ketika mereka mengirimkan karya sastranya (puisi, cerpen, esei) ke sebuah media massa. Wartawan Lepas (Freelance Journalist) juga termasuk kontributor. <br />Wartawan Lepas adalah wartawan yang tidak terikat pada media massa tertentu, sehingga bebas mengirimkan berita untuk dimuat di media mana saja, dan menerima honorarium atas tulisannya yang dimuat. Termasuk kontributor adalah Wartawan Pembantu (Stringer). Ia bekerja untuk sebuah perusahaan pers, namun tidak menjadi karyawan tetap perusahaan tersebut. Ia menerima honorarium atas tulisan yang dikirim atau dimuat.<br /><br />Bidang Pendukung Redaksi<br />Bagian yang tak kalah pentingnya untuk membantu kelancaran kerja redaksi adalah bagian Perpustakaan dan Dokumentasi serta bagian Penelitian dan Pengembangan (Litbang). Litbang memantau perkembangan sebuah penerbitan, survei pembaca, dan memberikan masukan-masukan bagi pengembangan redaksional dan bagian lainnya, termasuk pembinaan dan pengembangan kualitas sumber daya manusia.<br /><br />Bagian Usaha (Business Department)<br />Bertugas menyebarluaskan media massa, yakni melakukan pemasaran (marketing) atau penjualan (saling) media massa. Bagian ini merupakan sisi komersial meliputi sirkulasi/distribusi, iklan, dan promosi. Biasanya, bagian pemasaran dipimpin oleh seorang. Pemimpin Perusahaan atau seorang Manajer Pemasaran (Marketing Manager) yang membawahkan Manajer Sirkulasi, Manajer Iklan, dan Manajer Promosi.<br /><br /><br /> Prinsip Dasar Sistem Pekerjaan Kewartawan<br />1. News Gathering. Hal ini adalah proses awal dari sistem pemberitaan, yakni tahapan satu organisasi media massa yang diwakili wartawannya mulai mengumpulkan berita.<br />2. News Editing. Hal ini adalah proses lanjutan dari sistem pemberitaan, yakni tahapan satu organisasi media massa yang diwakili oleh para redaktur melakukan penyuntingan berita.<br />3. News Distributing. Hal ini adalah proses akhir dari sistem pemberitan, yakni tahapan satu organisasi media massa menyebarkan berita kepada publiknya.<br />4. News Evaluating. Hal ini banyak berkaitan dengan sistem media massa yang senantiasa berupaya mengembangkan mutu -bukan hanya jumlah-beritanya, sehingga menerapkan pola analisa isi (contents analysist) yang biasanya dilakukan oleh satu unit/divisi khusus dalam manajemen keredaksian. Dari tahapan evaluasi tersebut, maka media massa berupaya pula mengadakan perbaikan mutu isi karya jurnalistiknya melalui “editorial clinic” dan pendidikan berkelanjutan (continuing education).<br /><br />Manjemen sebuah keredaksian pada dasarnya dibuat berdasarkan kebutuhan institusi pers yang bersangkutan. Untuk sebuah penerbitan koordinator liputan penting, namun bagi yang lain tidak. Begitu juga sebaliknya. Tujuan utamanya bagaimana agar institusi keredaksian bisa berjalan dengan baik dan sesuai dengan perencanaan.<br /><br /><br />Sumber:<br /><br />http://tonz94.wordpress.com/2009/05/02/manajemen-media-massa/<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />MANAJAMEN MEDIA MASSA<br /><br />Perusahaan Media Masa baik cetak dan elektronik pada prinsipnya merupakan industri yang bergerak di dalam bidang informasi. Sebagai industri, maka sama halnya dengan industri-industri di bidang lain, media massa baik cetak maupun elektronik haruslah dikelola sesuai dengan asas-asas manajemen yang umum. Secara umum, dunia manajemen menggunakan prinsip P.O.A.C. atau Planning, Organizing, Actuating, dan Controlling. Prinsip manajemen ini banyak dianut oleh perusahaan media massa dewasa ini.<br /><br />Planning<br />Rencana awal atau tujuan membuat sebuah media massa haruslah jelas terlebih dahulu. Ada pepatah “Gagal merencanakan, sama dengan merencanakan gagal”. Dari tahapan planning inilah,<br />oleh tim yang membidangi lahirnya sebuah media massa. merumuskan visi-misi media massa tersebut. Misalnya mencakup format media massa. Yang dimaksud format, jika media cetak apakah berbentuk koran, majalah, tabloid, newsletter atau jurnal. Kemudian rincian mengenai kertas yang digunakan, mencakup jenis kertas, spesifikasi lengkap kertas, menyangkut bobot dan ukuran. Setelah itu rincian tentang segmentasi produk media cetak itu sendiri mencakup, segmentasi harga, segmentasi pembaca, dan segmentasi iklan.<br /><br />Setelah itu barulah perencanaan dari segi operasional yang mencakup susunan awak redaksi, susunan awak bagian-bagian lain yang mendukung proses produksi, seperti bagian pemasaran, administrasi, iklan, dan sirkulasi. Selanjutnya adalah perencanaan dalam membuat estimasi atau perkiraan neraca rugi laba di tahun pertama, tahun kedua dan seterusnya. Perencanaan media massa memanglah sama<br />rumitnya dengan feasibility study bisnis lain, namun lebih baik merencanakan secara bagus dan benar semenjak awal daripada menyesal kemudian.<br /><br />Organizing<br />Setelah proses planning dijalankan maka susunan organisasi yang telah menduduki posnya masing-masing haruslah mengerti tupoksi atau tugas pokok dan fungsi masing-masing bagian.<br />Seorang pimpinan media massa haruslah mampu menggerakkan roda organisasinya.<br /><br />Actuating <br />Tindakan yang diambil oleh pimpinan media massa sangatlah strategis dan melibatkan semua bagian secara keseluruhan.<br /><br />Controlling<br /> Untuk mengawasi jalannya roda sebuah media massa, seorang manajer atau pimpinan haruslah mengerti terlebih dahulu semua permasalahan yang dihadapi oleh semua pimpinan bagian. Apabila P.O.A.C telah dilaksanakan maka kelangsungan hidup, laba, perluasan, prestasi, dan tanggung jawab sosial perusahaan media massa dapat dicapai. Mengapa harus dipikirkan tentang tanggung jawab sosial perusahaan media massa? Karena media massa adalah produk yang hadir, 100% untuk publik atau masyarakat semata-mata. Maka itu tanggung jawab sosial perusahaan media massa tidak berhenti saat menelurkan produk, tetapi sampai waktu produk itu direspon oleh publik-pun harus tetap diperhatikan secara kontinyu. Sebagai penyedia jasa informasi, kebutuhan informasi bagi masyarakat merupakan hal yang vital, karena menyangkut kepercayaan masyarakat secara keseluruhan. <br /><br /><br /><br />Delapan Hal Pokok Saat Mulainya Produk Media Massa<br />Menurut Suwidi Tono seorang praktisi dalam dunia media massa dalam bukunya: “Generasi Baru Wartawan & Dunia Pers Indonesia“, terbitan Vision, Jakarta tahun 2003, menyatakan, proses awal dalam manajemen media massa yang paling menentukan adalah saat planning, karena planning mencakup 8 hal pokok yakni:<br /><br />1. Latar Belakang<br />Tujuan dibuatnya produk mencakup latar belakang idealisme, latar belakang filososfi serta visi dan misi. Pada bagian ini perlu diketengahkan secara umum gagasan untuk menerbitkan sebuah media massa. Latar belakang dapat dimulai dari perkembangan lingkungan global, selanjutnya sampai ke perkembangan tingkat nasional, perkembangan wilayah regional dan bahkan bila produk media massa tersebut adalah media komunitas, maka sampai ke tingkat kepentingan yang lebih mikro yakni perkembangan komunitas lokal. <br /><br />2. Konsep Produk<br />Konsep Produk adalah karakteristik dasar sebuah produk, yakni menu apa yang akan diketengahkan, bagaimana pembagian rubrikasinya, dan apa yang menjadi andalan media massa tersebut.<br /><br />3. Posisi Produk (ProductPositioning)<br />Posisi Produk: Perlu dibidik dengan jelas publik yang hendak dituju, menyangkut demografi penduduk. Siapa yang menjadi sasaran publiknya, berapa tingkat pendapatannya, tingkat pendidikan, gender, hobi dan lain-lain aspek yang menunjang pada posisi atau level mana produk akan bermain di pasar, yang<br />dimaksud pasar di sini adalah publik dan iklan.<br /><br />4. Strategi Pemasaran <br />Strategi Pemasaran: Srategi pemasaran mencakup sirkulasi, iklan yang akan ditargetkan dan kemampuan redaksi. Karena dengan kekuatan redaksi yang bagus maka berita yang dihasilkan bisa menjual dan laku di pasaran.<br /><br />5. Manajemen dan Kepemilikan (Ownership and Management)<br /> Manajemen Kepemilikan: Mencakup sistem dan hierarki pemegang saham, siapa saja yang menjadi pemiliknya. Dan sistem apa kepemilikannya, apakah full ownnership, (kepemilikan tunggal), atau peseroan, firma, atau perusahaan terbuka yang karyawannya pun dapat memiliki sahamnya.<br /><br />6. Aspek keuangan dan asumsi-asumsi keuangan dasar<br />Hal ini mencakup prakiraan rugi-laba, dan keseimbangan neraca.Aspek keuangan dan Asumsi Dasar Biaya: Menguraikan secara terperinci dengan lengkap berupa penyusunan anggaran, asumsi dasar mulai dari aspek biaya produksi, perhitungan harga pokok, dan asumsi-asumsi untuk pos-pos biaya lainnya.<br /><br />7. Area Resiko (Risk Area)<br /> Area Resiko dan upaya antisipasinya: Gagasan atau ide media secemerlang apapun haruslah tetap memperhitungkan faktor- faktor resikonya. Sedapat mungkin resiko haruslah dapat diperhitungkan (calculated risk).<br /><br />8. Jadwal dan Pembiayaan Pra-Operasional serta Pasca-Operasional. <br />Salah satu tahap penting yang dilaksanakan agar produk siap dan matang sebelum diluncurkan ke pasar dalam hal ini publik, adalah tahap tahap pra- operasi. Tahap ini mencakup time table atau jadwal kerja setiap kegiatan yang disusun untuk membuat produk. Masa pra-operasi juga membutuhkan biaya besar terutama menyangkut investasi awal berupa infrastruktur perlengkapan kantor, biaya recruitmen, honor<br />karyawan bulan pertama, dan biaya promosi awal. Begitulah tahap planning memegang peranan penting dalam memulai sebuah produk media massa.<br /><br />Sumber : <br /> <br />http://tonz94.wordpress.com/2009/05/01/manajamen-media-massa-dengan-p-o-a-c/Saiful A. Ritongahttp://www.blogger.com/profile/18224646366203620872noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5667707626430986830.post-25194097283229479712009-10-30T20:06:00.000-07:002009-10-30T20:06:26.434-07:00Masya Allah syirik…<a href="http://khu24.multiply.com/journal/item/25/25">Masya Allah syirik…</a>Saiful A. Ritongahttp://www.blogger.com/profile/18224646366203620872noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5667707626430986830.post-28742201589428925712009-10-26T01:41:00.000-07:002009-10-26T01:44:53.093-07:00Pasangan JiwaAndri telah beranjak dewasa. Sudah saatnya ia mencari gadis yang baik<br /> untuk dijadikan istri. Tapi sampai saat ini, ia belum juga berhasil.<br /> Bukan suatu hal yang aneh. Ia memang terlalu mempertimbangkan<br /> bibit-bebet-bobot calon istrinya. Maka, saat Musim panas mulai<br /> bertiup, Andri melakukan perjalanan ke Yogya. Di tengah perjalanan, Andri<br /> memutuskan untuk beristirahat di sebuah Rumah penginapan yang berada<br /> di Sekitar Malioboro. Kebetulan ia bertemu dengan teman sekolahnya dulu.<br /> Maka Andri tak segan untuk menceritakan maksud perjalanannya itu.<br /> Seperti gayung bersambut, temannya menyarankan Andri untuk mencoba<br /> melamar anak gadis keluarga Surya. Menurut temannya itu, keluarga Surya<br /> adalah keluarga yang status sosial ekonominya sederajat dengan Andri.<br /> Lagipula, gadis itu sangat cantik dan terpelajar. Andri girang bukan<br /> main.Sebelum berpisah, teman Andri berjanji untuk mempertemukannya<br /> dengan'Pak Comblang' dari keluarga Surya , esok pagi. Pak Comblang<br /> inilah yang akan meneruskan data pribadi Andri kepada gadis tersebut.<br /> Bila keluarga itu berkenan menerimanya, maka Andri akan segera<br /> berkenalan, sebelum lamaran resmi atau khitbah diajukan. <br /> <br /> Kegembiraan yang meluap-luap memenuhi rongga dada Andri. <br /> Dibentangkannya sajadah, lalu ia mulai sholat istikhoroh. <br /> Baru kali ini Andri merasa melakukannya dengan sepenuh hati, <br /> dengan kepasrahan yang murni ... Ah. Tak terasa air mata Andri berjatuhan. <br /> Diam-diam menyelinap suatu penyesalan. Mengapa ia baru bisa khusyu' dan dapat merasakan ikatan yang erat dengan Allah, ketika ada masalah berat dan serius yang harus ia hadapi? Waktu subuh belum<br /> lama berlalu, namun Andri telah bersiap untuk pergi menemui Pak<br /> Comblang. Makin cepat makin baik, pikirnya. Di bawah sinar bulan sabit<br /> yang kepucatan, Andri bergegas menuju tempat itu. Fajar belum juga<br /> merekah ketika Andri sampai di tempat yang dijanjikan. Sepi sekali.<br /> Nyanyian jangkrik perlahan menghilang. Andri benar-benar sendirian. Di<br /> tengah kegamangan hatinya, Andri mencoba mengitari bangunan itu.<br /> Seperti sebuah musholla kecil. Cahaya lilin yang memantul di sela-sela kaca<br /> jendela, membangkitkan rasa ingin tahunya. Andri berjingkat ke arah<br /> jendela. Ditempelkan matanya ke celah-celah ... <br /> <br /> "Hei, masuklah!"<br /> "Jangan mengintip seperti itu!"<br /> Andri tersentak. Rasa malu, kaget dan takut berbaur menjadi satu.<br /> "Ayo, masuklah. Jangan takut!"<br /> Suaranya lebih lembut namun tetap berwibawa. Andri ragu-ragu. Tetapi<br /> Rasa ingin tahu sedemikian menyerbunya. Akhirnya ia memberanikan diri<br /> melangkah ke dalam.<br /> "Kemarilah!" ajaknya tanpa melihat muka Andri. Andri memperhatikan<br /> dengan penuh seksama. Laki-laki itu belum terlalu tua, tapi wajahnya<br /> memancarkan kebaikan yang seolah-olah bersumber dari seluruh aliran<br /> darahnya. Bijak, arif, lembut namun tegas. Tentulah ia pengemban<br /> amanah yang luar biasa, pikir Andri. Laki-laki itu duduk di atas permadani<br /> sambil membaca sebuah buku. Lalu ia berkata perlahan: "Belum saatnya<br /> Andri .... Belum saatnya."Andri menatap wajahnya dengan penuh<br /> kebingungan. <br /> <br /> Lalu laki-laki itu kembali melanjutkan. Kali ini ditatapnya Andri<br /> dengan ketajaman jiwa. "Kau tahu? Semenjak seseorang ada dalam kandungan<br /> ibunya, Allah Ta'ala telah menetapkan 3 hal untuknya. Kau sudah tahu<br /> bukan! Salah satu di antaranya adalah jodohnya.. pasangan hidupnya."<br /> "Hmmmm..... seperti benang sutera." "Ya, seperti benang sutera yang<br /> diikatkan di antara mereka berdua. Kepada kaki laki-laki atau bayi<br /> perempuan yang lahir dan ditakdirkan berjodohan satu dengan yang<br /> lainnya. Begitu simpul diikatkan, maka tak ada suatu hal pun yang<br /> dapat memisahkan mereka." "Salah seorang diantara mereka mungkin saja<br /> berasal dari keluarga yang miskin, sedang yang lainnya dari keluarga yang<br /> kaya. Atau mereka terpisah bermil-mil jaraknya, bahkan mungkin ada yang<br /> berasal dari dua keluarga yang saling bermusuhan. Tapi pada akhirnya,<br /> bila saatnya telah tiba, mereka akan menjadi suami istri. Tak ada<br /> suatu hal pun yang dapat mengubah takdir itu." Laki-laki itu terdiam sesaat.<br /> Andri kini sudah sepenuhnya duduk terpekur di hadapannya. Kalimat demi<br /> kalimat disimaknya dengan seksama. <br /> <br /> "Jodoh adalah masalah yang paling ajaib dan paling gaib. Suatu rahasia<br /> kehidupan yang tak akan pernah tuntas untuk dimengerti. Bayangkan. Dua<br /> anak yang berbeda, tumbuh di lingkungannya masing-masing. Sebagian<br /> besar mungkin tidak menyadari kehadiran satu dengan lainnya. Tapi bila<br /> saatnya tiba, mereka akan bertemu dan mengekalkan ikatannya dalam tali<br /> pernikahan. "Kalau ada wanita atau laki-laki lain yang muncul diantara<br /> keduanya, ia akan terjatuh. la tak akan mampu melewati bentangan tali<br /> sutera yang telah diikatkan pada mereka. Ah, kau pasti pernah melihat<br /> orang yang patah hati bukan? Hhh, sebagian orang yang bodoh dan tak<br /> kuat menahan cobaan, memilih mati daripada patah hati. Bukan takdir yang<br /> memilihnya untuk bunuh diri. Itu pilihannya sendiri, ia cuma tak sabar<br /> menanti saat pertemuan itu datang. <br /> <br /> "Ketahuilah, Andri. Masalah jodoh adalah rahasia Allah. <br /> Kau harus dapat berdamai dengan takdirmu. "Bagaimana dengan aku!" sela Andri. <br /> "Apakah aku akan berhasil menikah dengan anak gadis dari keluarga Surya? <br /> Apakah ia takdirku?"<br /> tanyanya tak sabaran. Laki-laki itu tersenyum. "Belum saatnya Andri.<br /> Belum saatnya. Suatu saat nanti, kau akan menikah dengan seorang gadis<br /> shalihat, cantik dan pintar. Pun dari keluarga yang terhormat. Kelak,<br /> setelah menikah, kalian akan mempunyai anak laki-laki. Dan anakmu akan<br /> menjadi pedagang yang terpelajar. Ia dermakan kekayaannya untuk agama<br /> Allah. la juga akan menjadi anak yang senantiasa memelihara kedua<br /> orang tuanya. Meskipun kalian sudah tua renta nanti. Hal ini tak lepas dari<br /> peranan ibunya dalam mendidik anak itu." "Tapi itu nanti. Bila calon<br /> istrimu telah mencapai usia 17 tahun. Sayangnya, saat ini dia masih<br /> berumur 7 tahun." "Hah!" Andri kebingungan. "Jadi saya harus membujang<br /> selama 10 tahun ?!" Andri menatap tak percaya. Ia berharap semua hanya<br /> kemungkinan karena ia salah dengar saja. Andri mencari kesungguhan di<br /> sana. Tapi semua sia- sia. Air muka laki-laki itu tak berubah sedikit<br /> pun. Dan Andri menyadari semua adalah kebenaran.<br /> "Kalau begitu, di mana dia sekarang? Dimana saya dapat menemui calon<br /> istri saya? Tolonglah?!" Andri memohon padanya. "Oh, gadis itu tinggal<br /> dengan wanita penjual sayur. Tak jauh dari sini. Setiap pagi, wanita itu<br /> datang ke pasar dan menjajakan sayurannya di sebelah kios ikan."<br /> <br /> Kukuruyukkkkk... !! <br /> Suara nyaring ayam jantan memecah keheningan. Andri tersentak.<br /> Kukuruyukkkkk...! ! <br /> Kokok nyaring ayam jantan membangunkan Andri dari<br /> tidurnya. Ah, rupa-rupanya ia tertidur di atas sajadah. Alhamdulillah,<br /> waktu subuh belum habis. Andri bersegera mengambil wudhu. Sehabis<br /> sholat subuh,Andri kembali teringat mimpinya. Seolah semua menjadi teka-teki.<br /> Andri belum tahu apakah harus menganggapnya sebagai jawaban atas<br /> sholat istikhorohnya atau tidak. Untuk menyingkap tabir mimpi itu, cuma ada<br /> satu cara yang bisa dilakukannya: mencari gadis kecil yang katanya<br /> calon istrinya itu! <br /> <br /> Lalu Andri pun bergegas ke pasar terdekat. Sepanjang jalan ia berdoa<br /> dan berjanji. Berdoa agar calon istrinya memang benar-benar baik bibit,<br /> bebet dan bobotnya. Sebagaimana telah diisyaratkan dalam mimpi. Dan<br /> berjanji untuk menerima takdirnya dan berusaha menjadi muslim yang<br /> baik. Lebih baik dari kualitasnya sekarang. Fajar telah lama merekah saat<br /> Andri tiba di sana. Orang-orang mulai melakukan kegiatannya. Pembeli<br /> mulai berdatangan. Ramai. Namun belum seramai satu jam yang akan<br /> datang. Maka Andri lebih leluasa untuk mengamati sekitarnya. Matanya<br /> berkeliling mengitari pasar, lalu tertumbuk pada sosok kecil di samping kios ikan. Wanita itu tua, kotor, lusuh. Kumal. Rambutnya telah keabu-abuan.<br /> Dengan sebelah mata tertutup lapisan katarak, ia duduk di selembar alas<br /> sambil menggendong bocah kecil di dadanya. "Oh, tidak!! Bagaimana mungkin?!<br /> Ini pasti kekeliruan!"Andri menatap kembali bocah terlantar yang kurus<br /> kering itu. Hatinya hancur. Ah, mimpi semalam benar-benar hanya bunga<br /> tidur. Andri kembali ke penginapannya dengan hati lesu. Kali ini bukan<br /> saja ia kecewa karena calon istrinya ternyata hanya seorang bocah<br /> gelandangan, tapi juga karena 'Pak Comblang' dari keluarga Surya tidak<br /> datang pada pertemuan yang ia janjikan. Tanpa suatu penjelasan apapun.<br /> Ah, sudah jatuh dari tangga, tertimpa genteng pula!<br /> Saya adalah seorang yang terpelajar. Sudah selayaknya saya mendapatkan<br /> seorang gadis dari keluarga terhormat. Semakin lama Andri memikirkan<br /> hal tersebut, semakin jijik ia membayangkan kemungkinan menikahi bocah<br /> kumal itu. Benar-benar menggelikan. Andri khawatir hal tersebut benar-benar<br /> akan terjadi. Dan ia tidak dapat tidur semalaman.<br /> <br /> Keesokan harinya. Andri pergi ke pasar bersama dengan pelayan<br /> setianya. Andri menjanjikan imbalan yang sangat besar apabila ia berhasil<br /> membunuh bocah kumal itu. Andri dan pelayannya berdiri di belakang pembeli.<br /> Begitu kesempatan datang, pelayan Andri menikamkan pisaunya ke arah si<br /> anak, lalu mereka kabur. Bocah kecil itu menangis dan wanita buta yang<br /> menggendongnya berteriak-teriak: "Pembunuh! Pembunuh!" Kegemparan<br /> segera menyebar ke seluruh penjuru pasar. Sementara itu, Andri dan pelayannya<br /> telah lenyap dari tempat kejadian. "Kau berhasil membunuh dia?" tanya<br /> Andri terengah-engah. "Tidak," jawab pelayannya. "Begitu saya<br /> menghunjamkan pisau ke arahnya, anak itu berbalik secara tiba-tiba.<br /> Saya rasa saya hanya melukai mukanya. Dekat alisnya." Andri segera<br /> meninggalkan penginapan. Kejadian itu dengan segera terlupakan oleh<br /> masyarakat sekitar. Ia kemudian pergi ke arah Barat menuju ibukota.<br /> Karena kecewa dengan kegagalan pernikahannya, Andri memutuskan untuk<br /> berhenti memikirkan perkawinan. <br /> <br /> Tiga tahun kemudian Andri dijodohkan dengan gadis yang mempunyai reputasi baik yang berasal dari keluarga Hartono. Sebuah keluarga yang cukup terkenal di masyarakat sekitar. Anak gadisnya terpelajar dan sangat cantik. Semua orang memberi selamat pada Andri. Persiapan pernikahan tengah dilangsungkan, ketika suatu pagi Andri menerima berita yang menyakitkan. Calon istrinya melarikan diri<br /> dengan laki-laki yang dicintainya. Mereka berdua telah menikah di kota<br /> lain. Selama dua tahun Andri berhenti memikirkan pernikahan. Saat itu<br /> ia berusia dua puluh delapan tahun. Ia berubah pikiran tentang mencari<br /> pasangan dari masyarakat yang sekelas dengannya; seorang gadis kota<br /> terpelajar. Maka Andri pergi ke pedesaan, mencari suasana baru. Di<br /> desa, Andri menghabiskan waktu dengan mempelajari buku-buku. Suatu<br /> hari ia membawa bukunya ke sungai di dekat ladang, agar lebih nyaman<br /> membacanya. Tanpa sengaja ia melihat gadis desa yang sedang memanen<br /> kentang. Andri jatuh hati padanya dan bersegera menemui orang tua<br /> gadis itu. Gayung bersambut, gadis itu menerima lamarannya. Maka Andri<br /> bergegas ke kota untuk membeli perhiasan dan baju sutera serta segala<br /> persiapan pernikahan. Selama beberapa hari, Andri berkeliling<br /> mengunjungi saudara-saudaranya untuk mengabarkan berita gembira itu.<br /> Seminggu kemudian ia kembali ke desa. Tapi yang ditemuinya hanya kabar<br /> buruk tentang sakitnya sang calon. Andri bersedia menunggu sampai ia<br /> sembuh. Sampai setahun hampir berlalu, penyakit calon istrinya malah<br /> semakin parah. Gadis itu kehilangan seluruh rambutnya dan menjadi<br /> buta.Ia menolak menikahi Andri dan berpesan pada orang tuanya untuk meminta<br /> Andri melupakan dia. Ia mohon agar Andri mencari gadis lain yang layak<br /> untuk dijadikan istri.<br /> <br /> Tahun demi tahun berlalu, sampai akhirnya Andri<br /> mendapatkan calon yang sempurna. Bukan saja ia cantik dan masih muda,<br /> tapi juga pencinta buku dan seni. Tak ada rintangan, khitbah pun<br /> segera dilangsungkan. Tiga hari sebelum pernikahan, gadis itu terjatuh dari<br /> tangga dan mati. Sepertinya nasib mengolok-olokkan Andri. Andri Ku<br /> menjadi fatalis. Ia tidak lagi peduli pada wanita, ia hanya bekerja<br /> dan bekerja. Sekarang ia bekerja di kantor pemerintahan di Yogya.<br /> Mengabdikan diri pada tugas dan sama sekali berhenti memikirkan<br /> pernikahan. Tapi ia bekerja dengan sangat baik, sehingga atasannya,<br /> Hakim Sulaiman, terkesan pada dedikasi dan kesungguhannya. Lalu<br /> mengusulkan Andri untuk menikahi keponakannya. Pembicaraan itu sangat<br /> menyakitkan Andri. "Mengapa Tuan mau menikahkan keponakan Tuan pada<br /> saya! Saya terlalu tua untuk menikah." Pejabat itu menasehati Andri<br /> tentang keburukan membujang. Lagipula menikah adalah sunnah<br /> Rasulullah. Maka Andri menyetujuinya, meskipun ia sama sekali tidak antusias.<br /> Andri benar-benar tidak melihat istrinya sampai pernikahan benar-benar<br /> selesai dilangsungkan. <br /> <br /> Istrinya ternyata masih muda, Andri lega melihatnya.<br /> Tingkah lakunya sangat baik dan Andri harus mengakui bahwa ia adalah<br /> istri yang sangat baik. Taat, sholihat dan selalu menyenangkan. Sama<br /> sekali tidak ada alasan untuk tidak menyukainya. Bila di rumah,<br /> istrinya selalu menata rambut dengan cara yang khas, sehingga menutupi pelipis<br /> kanannya. Menurut Andri, dengan tata rambut seperti itu istrinya<br /> kelihatan sangat cantik, tetapi ia agak heran. Tak kurang dari satu<br /> bulan, Andri telah benar-benar jatuh cinta kepadanya. Suatu saat ia<br /> bertanya, "Mengapa dinda tidak mengganti gaya rambut sekali-kali?<br /> Maksudku, mengapa dinda selalu menyisirnya ke satu arah?" Istri Andri<br /> menyibakkan rambutnya dan berkata, "Lihatlah!" Ia menunjuk ke luka di<br /> pelipis kanannya. "Bagaimana bisa begitu?" "Aku mendapatkannya saat<br /> berumur tujuh tahun. Ayahku meninggal di kantornya, sedangkan ibu dan<br /> abangku meninggal dunia pada tahun yang sama. Kemudian aku dirawat<br /> oleh ibu susuku. Kami mempunyai rumah di dekat Gerbang Selatan Yogya, dekat<br /> kantor ayahku. Suatu hari, seorang pencuri tanpa alasan apa pun,<br /> mencoba membunuhku. Kami sama sekali tidak mengerti, kami tidak pernah punya<br /> musuh. Ia tidak berhasil, tapi ia meninggalkan luka di kepala sebelah<br /> kananku. Karena itulah aku selalu menutupinya darimu." "Apakah ibu<br /> susumu hampir buta?" "Ya. Kok tahu?" "Akulah pencuri itu. Ah, tapi<br /> bagaimana mungkin! Semua begitu aneh. Semua terjadi, seperti ada yang<br /> telah mentakdirkan."Andri kemudian menceritakan semuanya. Bermula<br /> dari mimpinya setelah ia sholat istikhoroh, sekitar sepuluh tahun yang<br /> lalu. Istrinya juga bercerita, ketika ia berusia sembilan atau sepuluh<br /> tahun, pamannya menemukan ia di Sung-Cheng dan mengambilnya untuk tinggal<br /> bersama keluarganya di Shiang-Chow. <br /> <br /> Akhirnya mereka menyadari bahwa pernikahan mereka adalah sebuah takdir yang telah digariskan Allah Ta'ala. Andri menangis. Ia malu pada Penciptanya. Malu pada kesombongannya untuk menentang takdir. Ah ... pada saat itulah, Andri<br /> menyerahkan segala urusannya kepada Allah. Tapi kenapa ketika ia<br /> mendapatkan petunjuk, ia malah mengingkarinya ? Saat itu juga, Andri<br /> melakukan sholat taubat. Untuk menjadi mukmin yang baik. Begitulah,<br /> kasih sayang di antara mereka kian tumbuh subur. Setahun kemudian<br /> lahirlah anak laki-laki. Istri Andri mendidiknya dengan sangat baik.<br /> Setelah dewasa, ia menjadi seorang yang terpelajar. Usahanya di bidang<br /> perdagangan maju pesat. Ia sangat penyantun dan terkenal<br /> kedermawanannya. Ketika sang anak menjadi gubernur, Andri telah lanjut<br /> usia. Anak dan istrinya tetap setia memelihara dan mencintainya. Di<br /> tempat mereka pertama kali bertemu, empat belas tahun sebelum<br /> pernikahan, anak Andri membangun tempat peristirahatan untuknya. <br /> <br /> "Dan segala sesuatu kami jadikan berjodoh-jodohan, agar sekalian kamu<br /> berpikir." (QS 51 : 49). <br /> <br /> "Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu<br /> isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa<br /> tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan<br /> sayang.Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat<br /> tanda-tanda bagi kaum yang berpikir." (QS. 30:21)Saiful A. Ritongahttp://www.blogger.com/profile/18224646366203620872noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5667707626430986830.post-80797717489423543832009-10-26T00:56:00.000-07:002009-10-26T00:59:47.392-07:00Menjadi Apapun Dirimu.....Publikasi: 20/10/2003 13:09 WIB<br />eramuslim - Menjadi karang-lah, meski tidak mudah. Sebab ia ‘kan menahan sengat binar mentari yang garang. Sebab ia ‘kan kukuh halangi deru ombak yang kuat menerpa tanpa kenal lelah. Sebab ia ‘kan melawan bayu yang keras menghembus dan menerpa dengan dingin yang coba membekukan. Sebab ia ‘kan menahan hempas badai yang datang menggerus terus-menerus dan coba melemahkan keteguhannya. Sebab ia ‘kan kokohkan diri agar tak mudah hancur dan terbawa arus.Sebab ia ‘kan berdiri tegak berhari-hari, bertahun-tahun, berabad-abad, tanpa rasa jemu dan bosan. <br />Menjadi pohon-lah yang tinggi menjulang, meski itu tidak mudah. Sebab ia ‘kan tatap tegar bara mentari yang terus menyala setiap siangnya. Sebab ia ‘kan meliuk halangi angin yang bertiup kasar. Sebab ia ‘kan terus menjejak bumi hadapi gemuruh sang petir. Sebab ia ‘kan hujamkan akar yang kuat untuk menopang. Sebab ia ‘kan menahan gempita hujan yang coba merubuhkan. Sebab ia ‘kan senantiasa berikan bebuahan yang manis dan mengenyangkan. Sebab ia ‘kan berikan tempat bernaung bagi burung-burung yang singgah di dahannya. Sebab ia ‘kan berikan tempat berlindung dengan rindang daun-daunnya.<br />Menjadi paus-lah, meski itu tak mudah. Sebab dengan sedikit kecipaknya, ia akan menggetarkan ujung samudera. Sebab besar tubuhnya ‘kan menakutkan musuh yang coba mengganggu. Sebab sikap diamnya akan membuat tenang laut dan seisinya. <br />Menjadi elang-lah, dengan segala kejantanannya, meski itu juga tidak mudah. Sebab ia harus melayang tinggi menembus birunya langit. Sebab ia harus melanglang buana untuk mengenal medannya. Sebab ia harus melawan angin yang menerpa dari segala penjuru. Sebab ia harus mengangkasa jauh tanpa takut jatuh. Sebab ia harus kembali ke sarang dengan makanan di paruhnya. Sebab ia harus menukik tajam mencengkeram mangsa. Sebab ia harus menjelajah cakrawala dengan kepak sayap yang membentang gagah. <br />Menjadi melati-lah, meski tampak tak bermakna. Sebab ia ‘kan tebar harum wewangian tanpa meminta balasan. Sebab ia begitu putih, seolah tanpa cacat. Sebab ia tak takut hadapi angin dengan mungil tubuhnya. Sebab ia tak ragu hadapi hujan yang membuatnya basah. Sebab ia tak pernah iri melihat mawar yang merekah segar. Sebab ia tak pernah malu pada bunga matahari yang menjulang tinggi. Sebab ia tak pernah rendah diri pada anggrek yang anggun. Sebab ia tak pernah dengki pada tulip yang berwarna-warni. Sebab ia tak gentar layu karena pahami hakikat hidupnya. <br />Menjadi mutiara-lah, meski itu tak mudah. Sebab ia berada di dasar samudera yang dalam. Sebab ia begitu sulit dijangkau oleh tangan-tangan manusia. Sebab ia begitu berharga. Sebab ia begitu indah dipandang mata. Sebab ia tetap bersinar meski tenggelam di kubangan yang hitam. <br />Menjadi kupu-kupulah, meski itu tak mudah pula. Sebab ia harus melewati proses-proses sulit sebelum dirinya saat ini. Sebab ia lalui semedi panjang tanpa rasa bosan. Sebab ia bersembunyi dan menahan diri dari segala yang menyenangkan, hingga kemudian tiba saat untuk keluar.<br />Karang akan hadapi hujan, terik sinar mentari, badai, juga gelombang. Elang akan menembus lapis langit, mengangkasa jauh, melayang tinggi dan tak pernah lelah untuk terus mengembara dengan bentangan sayapnya. Paus akan menggetarkan samudera hanya dengan sedikit gerakan. Pohon akan hadapi petir, deras hujan, silau matahari, namun selalu berusaha menaungi. Melati ikhlas ‘tuk selalu menerima keadaannya, meski tak terhitung pula bunga-bunga lain dengan segala kecantikannya. Kupu-kupu berusaha bertahan, meski saat-saat diam adalah kejenuhan. Mutiara tak memudar kelam, meski pekat lingkungan mengepungnya di kiri-kanan, depan dan belakang. <br />Tapi karang menjadi kokoh dengan segala ujian. Elang menjadi tangguh, tak hiraukan lelah tatkala terbang melintasi bermilyar kilo bentang cakrawala. Paus menjadi kuat dengan besar tubuhnya dalam luas samudera. Pohon tetap menjadi naungan meski ia hadapi beribu gangguan. Melati menjadi bijak dengan dada yang lapang, dan justru terlihat indah dengan segala kesederhanaan. Mutiara tetap bersinar dimanapun ia terletak, dimanapun ia berada. Kupu-kupu hadapi cerah dunia meskipun lalui perjuangan panjang dalam kesendirian. <br />Menjadi apapun dirimu…, bersyukurlah selalu. Sebab kau yang paling tahu siapa dirimu. Sebab kau yakini kekuatanmu. Sebab kau sadari kelemahanmu. <br />Jadilah karang yang kokoh, elang yang perkasa, paus yang besar, pohon yang menjulang dengan akar menghujam, melati yang senantiasa mewangi, mutiara yang indah, kupu-kupu, atau apapun yang kau mau. Tapi, tetaplah sadari kehambaanmu. <br /><br />Oct 17, 2003. 15.32 wib.<br />SebuahTaushiyahUntukDiriSendiri<br />fathy_farahat@yahoo.comSaiful A. Ritongahttp://www.blogger.com/profile/18224646366203620872noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5667707626430986830.post-63217022813102965212009-10-26T00:55:00.000-07:002009-10-26T00:56:53.523-07:00Ketika Mas Gagah PergiMas gagah berubah! <br />Ya, sudah beberapa bulan belakangan ini Masku, sekaligus saudara kandungku satu-satunya itu benar-benar berubah !<br />Mas Gagah Perwira Pratama, masih kuliah di Teknik Sipil UI semester tujuh. Ia seorang kakak yang sangat baik, cerdas, periang dan tentu saja... ganteng! Mas Gagah juga sudah mampu membiayai kuliahnnya sendiri dari hasil mengajar privat untuk anak-anak SMA.<br />Sejak kecil aku sangat dekat dengannya. Tak ada rahasia di antara kami. Ia selalu mengajakku kemana ia pergi. Ia yang menolong di saat aku butuh pertolongan. Ia menghibur dan membujuk di saat aku bersedih. Membawakan oleh-oleh sepulang sekolah dan mengajariku mengaji. Pendek kata, ia selalu melakukan hal-hal yang baik, menyenangkan dan berarti banyak untukku.<br />Saat memasuki usia dewasa kami jadi makin dekat. Kalau ada saja sedikit waktu kosong, maka kami akan menghabiskannya bersama. Jalan-jalan, nonton film atau konser musik atau sekedar bercanda bersama teman-teman. Mas Gagah yang humoris itu akan membuat lelucon-lelucon santai hingga aku dan teman-temanku tertawa terbahak-bahak. Dengan sedan putihnya ia berkeliling mengantar teman-temanku pulang usai kami latihan teater. Kadang kami mampir dan makan dulu di restoran, atau bergembira ria di Dufan, Ancol. <br />Tak ada yang tak menyukai Mas Gagah. Jangankan keluarga atau tetangga, nenek-kakek, orang tua dan adik kakak teman-temanku menyukai sosoknya !<br />"Kakak kamu itu keren, cute, macho dan humoris. Masih kosong nggak sih ?"<br />"Git, gara-gara kamu bawa Mas Gagah ke rumah, sekarang orang serumahku sering membanding-bandingkan teman cowokku sama Mas Gagah lho ! Gila, berabe khan ?"<br />"Gimana ya Git, agar Mas Gagah suka padaku ?"<br />Dan masih banyak lontaran-lontaran senada yang mampir ke kupingku. Aku cuma mesam-mesem. Bangga.<br />Pernah kutanyakan pada Mas Gagah mengapa ia belum punya pacar. Apa jawabnya ? <br />"Mas belum minat tuh ! Kan lagi konsentrasi kuliah. Lagian kalau Mas pacaran..., banyak anggaran. Banyak juga yang patah hati ! He...he...he.." kata Mas Gagah pura-pura serius.<br />Mas Gagah dalam pandanganku adalah sosok ideal. Ia serba segalanya. Ia punya rancangan masa depan, tapi tak takut menikmati hidup. Ia moderat tapi tak pernah meninggalkan sholat !<br />Itulah Mas Gagah!<br />Tetapi seperti yang telah kukatakan, entah mengapa beberapa bulan belakangan ini ia berubah ! Drastis ! Dan aku seolah tak mengenal dirinya lagi. Aku sedih. Aku kehilangan. Mas Gagah yang kubanggakan kini entah kemana... <br />--=oOo=--<br /><br />"Mas Gagah ! Mas Gagaaaaaahhh!" teriakku kesal sambil mengetuk pintu kamar Mas Gagah keras-keras. <br />Tak ada jawaban. Padahal kata mama Mas Gagah ada di kamarnya. Kulihat stiker metalik di depan pintu kamar Mas Gagah. Tulisan berbahasa arab gundul. Tak bisa kubaca. Tapi aku bisa membaca artinya : Jangan masuk sebelum memberi salam!<br />"Assalaamuálaikuuum!" seruku.<br />Pintu kamar terbuka dan kulihat senyum lembut Mas Gagah. <br />"Wa’alaikumussalam warahmatullahi wabarakaatuh. Ada apa Gita ? Kok teriak-teriak seperti itu ?" tanyanya.<br />"Matiin kasetnya !" kataku sewot. <br />"Lho emang kenapa ?"<br />"Gita kesel bin sebel dengerin kasetnya Mas Gagah ! Memangnya kita orang Arab... , masangnya kok lagu-lagu Arab gitu!" aku cemberut. <br />"Ini nasyid. Bukan sekedar nyanyian Arab tapi dzikir, Gita !"<br />"Bodo !"<br />"Lho, kamar ini kan daerah kekuasaannya Mas. Boleh dong Mas melakukan hal-hal yang Mas sukai dan Mas anggap baik di kamar sendiri," kata Mas Gagah sabar. "Kemarin waktu Mas pasang di ruang tamu, Gita ngambek..., mama bingung. Jadinya ya, di pasang di kamar."<br />"Tapi kuping Gita terganggu Mas! Lagi asyik dengerin kaset Air Supply yang baru..., eh tiba-tiba terdengar suara aneh dari kamar Mas!"<br />"Mas kan pasang kasetnya pelan-pelan..."<br />"Pokoknya kedengaran!" <br />"Ya, wis. Kalau begitu Mas ganti aja dengan nasyid yang bahasa Indonesia atau bahasa Inggris. Bagus, lho !"<br />"Ndak, pokoknya Gita nggak mau denger!" aku ngloyor pergi sambil membanting pintu kamar Mas Gagah.<br />Heran. Aku benar-benar tak habis pikir mengapa selera musik Mas Gagah jadi begitu. Kemana kaset-kaset Scorpion, Wham!, Elton John, Queen, Bon Jovi, Dewa, Jamrud atau Giginya ?<br />"Wah, ini nggak seperti itu, Gita ! Dengerin Scorpion atau si Eric Clapton itu belum tentu mendatangkan manfaat, apalagi pahala. Lain lah ya dengan senandung nasyid Islami. Gita mau denger ? Ambil aja di kamar. Mas punya banyak kok !" begitu kata Mas Gagah. <br />Oalaa ! <br />--=oOo=--<br /><br />Sebenarnya perubahan Mas Gagah nggak cuma itu. Banyak. Terlalu banyak malah! Meski aku cuma ‘adik kecil’nya yang baru kelas dua SMA, aku cukup jeli mengamati perubahan-perubahan itu. Walau bingung untuk mencernanya. <br />Di satu sisi kuakui Mas Gagah tambah alim. Sholat tepat waktu, berjama’ah di Masjid, ngomongnya soal agama terus. Kalau aku iseng mengintip di lubang kunci, ia pasti lagi ngaji atau baca buku Islam. Dan kalau aku mampir di kamarnya, ia dengan senang hati menguraikan isi buku yang dibacanya, atau malah menceramahiku. Ujung-ujungnya,"Ayo dong Gita, lebih feminin. Kalau kamu pakai rok atau baju panjang, Mas rela deh pecahin celengan buat beliin kamu rok atau baju panjang. Muslimah kan harus anggun. Coba Dik manis, ngapain sih rambut ditrondolin gitu !"<br />Uh. Padahal dulu Mas Gagah oke-oke saja melihat penampilanku yang tomboy. Dia tahu aku cuma punya dua rok! Ya rok seragam sekolah itu saja! Mas Gagah juga nggak pernah keberatan kalau aku meminjam kaos atau kemejanya. Ia sendiri dulu sering memanggilku Gito, bukan Gita ! Eh, sekarang pakai manggil Dik Manis segala! <br />Hal lain yang nyebelin, penampilan Mas Gagah jadi aneh. Sering juga mama menegurnya.<br />"Penampilanmu kok sekarang lain, Gah ?’<br />"Lain gimana, Ma ?"<br />"Ya, nggak semodis dulu. Nggak dandy lagi. Biasanya kamu yang paling sibuk dengan penampilan kamu yang kayak cover boy itu..." <br />Mas Gagah cuma senyum. "Suka begini, Ma. Bersih, rapi meski sederhana. Kelihatannya juga lebih santun."<br />Ya, dalam penglihatanku Mas Gagah jadi lebih kuno dengan kemeja lengan panjang atau baju koko yang dipadu dengan celana panjang semi baggy-nya. "Jadi mirip Pak Gino," komentarku menyamakannya dengan sopir kami. "Untung saja masih lebih ganteng." <br />Mas Gagah cuma tertawa. Mengacak-acak rambutku dan berlalu. <br />Mas Gagah lebih pendiam ? Itu juga sangat kurasakan. Sekarang Mas Gagah nggak kocak seperti dulu. Kayaknya dia juga males banget ngobrol lama atau becanda sama perempuan. Teman-temanku bertanya-tanya. Thera, peragawati sebelah rumah, kebingungan. <br />Dan...yang paling gawat, Mas Gagah emoh salaman sama perempuan!! Kupikir apa sih maunya Mas Gagah? <br />"Sok kece banget sih Mas? Masak nggak mau salaman sama Tresye? Dia tuh cewek paling beken di Sanggar Gita tahu?" tegurku suatu hari. "Jangan gitu dong. Sama aja nggak menghargai orang !" <br />"Justru karena Mas menghargai dia makanya Mas begitu," dalihnya, lagi-lagi dengan nada amat sabar. "Gita lihat khan orang Sunda salaman? Santun meski nggak sentuhan. Itu yang lebih benar!"<br />Huh. Nggak mau salaman. Ngomong nunduk melulu..., sekarang bawa-bawa orang Sunda. Apa hubungannya ? <br />Mas Gagah membawa sebuah buku dan menyorongkannya padaku. "Baca!" <br />Kubaca keras-keras. "Dari ‘Aisyah ra. Demi Allah, demi Allah, demi Allah. Rasulullah saw tidak pernah berjabat tangan dengan wanita kecuali dengan mahromnya. Hadits Bukhari Muslim!"<br />Si Mas tersenyum.<br />"Tapi Kyai Anwar mau salaman sama mama. Haji Kari, Haji Toto, Ustadz Ali...," kataku.<br />"Bukankah Rasulullah uswatun hasanah? Teladan terbaik?" kata Mas Gagah sambil mengusap kepalaku. "Coba untuk mengeti ya, Dik Manis !?"<br />Dik manis? Coba untuk mengerti? Huh! Dan seperti biasa aku ngeloyor pergi dari kamar Mas Gagah dengan mangkel. Menurutku Mas Gagah terlalu fanatik ! Aku jadi khawatir. Apa dia lagi nuntut ‘ilmu putih’? Ah, aku juga takut kalau dia terbawa oleh orang-orang sok agamis tapi ngawur. Namun..., akhirnya aku nggak berani menduga demikian. Mas-ku itu orangnya cerdas sekali! Jenius malah! Umurnya baru dua puluh satu tahun tapi sudah tingkat empat di FTUI! Dan aku yakin mata batinnya jernih dan tajam. Hanya..., yaaa akhir-akhir ini ia berubah. Itu saja. Kutarik napas dalam-dalam. <br />--=oOo=--<br /><br />"Mau kemana, Git!?"<br />"Nonton sama teman-teman." Kataku sambil mengenakan sepatu. "Habis Mas Gagah kalau diajak nonton sekarang kebanyakan nolaknya!’<br />"Ikut Mas aja, yuk!"<br />"Kemana? Ke tempat yang waktu itu lagi? Ogah! Gita kayak orang bego di sana!"<br />Aku masih ingat jelas. Beberapa waktu yang lalu Mas Gagah mengajakku ke rumah temannya. Ada pengajian. Terus pernah juga aku diajak menghadiri tabligh akbar di suatu tempat. Bayangin, berapa kali aku dilihatin sama cewek-cewek lain yang kebanyakan berjilbab itu. Pasalnya, aku kesana memakai kemeja lengan pendek, jeans belel dan ransel kumalku. Belum lagi rambut trondol yang nggak bisa aku sembunyiin. Sebenarnya Mas Gagah menyuruhku memakai baju panjang dan kerudung yang biasa mama pakai ngaji. Aku nolak sambil ngancam nggak mau ikut.<br />"Assalaamu’alaikum!" terdengar suara beberapa lelaki.<br />Mas Gagah menjawab salam itu. Tak lama kulihat Mas Gagah dan teman-temannya di ruang tamu. Aku sudah hafal dengan teman-teman si Mas ini. Masuk, lewat, nunduk-nunduk, nggak ngelirik aku..., persis kelakuannya Mas Gagah. <br />"Lewat aja nih, Mas? Gita nggak dikenalin?" tanyaku iseng. <br />Dulu nggak ada deh teman Mas Gagah yang tak akrab denganku. Tapi sekarang, Mas Gagah nggak memperkenalkan mereka padaku. Padahal teman-temannya lumayan handsome! <br />Mas Gagah menempelkan telunjuknya di bibir. "Ssssttt !" <br />Seperti biasa, aku bisa menebak kegiatan mereka. Pasti ngomongin soal-soal ke-Islaman, diskusi, belajar baca Al-Quran atau bahasa Arab..., yaaa begitu deh!!<br />--=oOo=--<br /><br />"Subhanallah, berarti kakak kamu ikhwan dong!" seru Tika setengah histeris mendengar ceritaku. Teman akrabku ini memang sudah sebulan ini berjilbab rapi. Memusiumkan semua jeans dan baju-baju you can see-nya.<br />"Ikhwan?" ulangku. "Makanan apaan tuh? Saudaranya bakwan atau tekwan?" suaraku yang keras membuat beberapa makhluk di kantin sekolah melirik kami.<br />"Huss! Untuk laki-laki ikhwan, untuk perempuan akhwat. Artinya saudara. Biasa dipakai untuk menyapa saudara seiman kita," ujar Tika sambil menghirup es kelapa mudanya. "Kamu tahu Hendra atau Isa, kan? Aktivis Rohis kita itu contoh ikhwan paling nyata di sekolah ini."<br />Aku manggut-manggut. Lagak Isa dan Hendra memang mirip Mas Gagah. <br />"Udah deh, Git. Nggak usah bingung. Banyak baca buku Islam. Ngaji! Insya Allah kamu akan tahu meyeluruh tentang dien kita. Orang-orang seperti Hendra, Isa, atau Mas Gagah bukanlah orang-orang yang eror. Mereka hanya berusaha mengamalkan Islam dengan baik dan benar. Kitanya saja yang mungkin belum mengerti dan sering salah paham." <br />Aku diam. Kulihat kesungguhan di wajah bening Tika, sobat dekatku yang dulu tukang ngocol ini. Tiba-tiba di mataku menjelma begitu dewasa. <br />"Eh, kapan main ke rumahku? Mama udah kangen tuh! Aku ingin kita tetap dekat, Gita..., meski kita kini punya pandangan yang berbeda," ujar Tika tiba-tiba. <br />"Tik, aku kehilangan kamu. Aku juga kehilangan Mas Gagah...," kataku jujur. "Selama ini aku pura-pura cuek tak peduli. Aku sedih..."<br />Tika menepuk pundakku. Jilbab putihnya bergerak ditiup angin. "Aku senang kamu mau membicarakan hal ini denganku. Nginap di rumah, yuk. Biar kita bisa cerita banyak. Sekalian kukenalkan pada Mbak Ana." <br />"Mbak Ana ?" <br />"Sepupuku yang kuliah di Amerika! Lucu deh, pulang dari Amrik malah pakai jilbab! Itulah hidayah!"<br />"Hidayah ?" <br />"Nginap, ya ! Kita ngobrol sampai malam sama Mbak Ana!" <br />--=oOo=--<br /><br />"Assalaamu’alaikum, Mas Ikhwan..., eh Mas Gagah !" tegurku ramah. <br />"Eh adik Mas Gagah! Dari mana aja? Bubar sekolah bukannya langsung pulang!" kata Mas Gagah pura-pura marah, usai menjawab salamku. <br />"Dari rumah Tika, teman sekolah," jawabku pendek. "Lagi ngapain, Mas?" tanyaku sambil mengintari kamarnya. Kuamati beberapa poster, kaligrafi, ganbar-gambar pejuang Palestina, Kashmir dan Bosnia. Puisi-puisi sufistik yang tertempel rapi di dinding kamar. Lalu dua rak koleksi buku ke-Islaman..<br />"Cuman lagi baca !"<br />"Buku apa ?" <br />"Tumben kamu pengin tahu?"<br />"Tunjukin dong, Mas...buku apa sih?" desakku. <br />"Eit..., Eiiit !" Mas Gagah berusaha menyembunyikan bukunya. <br />Kugelitik kakinya, dia tertawa dan menyerah. "Nih!" serunya memperlihatkan buku yang sedang dibacanya dengan wajah setengah memerah. <br />"Nah yaaaa!" aku tertawa. Mas Gagah juga. Akhirnya kami bersama-sama membaca buku ‘Memilih Jodoh dan Tata Cara Meminang dalam Islam’ itu.<br />"Maaaas..." <br />"Apa Dik manis ?"<br />"Gita akhwat bukan sih ?" <br />"Memangnya kenapa ?"<br />"Gita akhwat apa bukan ? Ayo jawab...," tanyaku manja. <br />Mas Gagah tertawa. Sore itu dengan sabar dan panjang lebar, ia berbicara kepadaku. Tentang Allah, Rasulullah. Tentang ajaran Islam yang diabaikan dan tak dipahami ummatnya. Tentang kaum Muslimin di dunia yang selalu jadi sasaran fitnah serta pembantaian dan tentang hal-hal lainnya. Dan untuk petamakalinya setelah sekian lama, aku merasa kembali menemukan Mas Gagahku yang dulu. <br />Mas Gagah dengan semangat terus berbicara. Terkadang ia tersenyum, sesaat sambil menitikkan air mata. Hal yang tak pernah kulihat sebelumnya!!<br />"Mas kok nangis?"<br />"Mas sedih karena Allah, Rasul dan Al Islam kini sering dianggap remeh. Sedih karena ummat yang banyak meninggalkan Al-Quran dan Sunnah, juga berpecah belah. Sedih karena saat Mas bersenang-senang dan bisa beribadah dengan tenang, saudara-saudara seiman di Belahan bumi lainnya sedang digorok lehernya, mengais-ngais makanan di jalan, dan tidur beratap langit..." <br />Sesaat kami terdiam. Ah, Masku yang gagah dan tegar ini ternyata sangat perasa. Sangat peduli...<br />"Kok...tumben Gita mau dengerin Mas ngomong?" tanya Mas Gagah tiba-tiba. <br />"Gita capek marahan sama Mas Gagah !" Ujarku sekenanya. <br />"Emangnya Gita ngerti yang Mas katakan?"<br />"Tenang aja, Gita nyambung kok!" kataku jujur. Ya, Mbak Ana juga pernah menerangkan hal demikian. Aku ngerti deh meski nggak mendalam. <br />Malam itu aku tidur ditemani tumpukan buku-buku Islam milik Mas Gagah. Kayaknya aku dapat hidayah!<br />--=oOo=--<br /><br />Hari-hari berlalu. Aku dan Mas Gagah mulai dekat lagi sepeti dulu. Meski aktifitas yang kami lakukan berbeda dengan yang dahulu. <br />Kini tiap Minggu kami ke Sunda Kelapa atau Wali Songo, mendengarkan ceramah umum. Atau ke tempat-tempat tabligh Akbar digelar. Kadang cuma aku dan Mas Gagah, kadang-kadang bila sedikit kupaksa Mama Papa juga ikut. <br />"Masa sekali aja nggak bisa, Pa…, tiap minggu rutin ngunjungin relasi ini itu. Kebutuhan rohaninya kapan?" tegurku.<br />Biasanya papa hanya mencubit pipiku sambil menyahut, "Iya deh, iya!"<br />Pernah juga Mas Gagah mengajakku ke acara pernikahan temannya. Aku sempat bingung juga. Soalnya pengantinnya nggak bersanding tapi terpisah! Tempat acaranya juga gitu. Dipisah antara lelaki dan perempuan. Terus bersama souvenir, para tamu dibagikan risalah nikah juga. Di sana ada dalil-dalil mengapa walimah mereka dilaksanakan seperti itu. Dalam perjalanan pulang, baru Mas Gagah memberi tahu bagaimana hakikat acara pernikahan dalam Islam. Acara itu tak boleh menjadi ajang kemaksiatan dan kemubaziran, harus Islami dan semacamnya. Ia juga wanti-wanti agar aku tak mengulangi ulah mengintip tempat cowok dari tempat cewek!<br />Aku nyengir kuda.<br />Tampaknya Mas Gagah mulai senang pergi denganku. Soalnya aku mulai bisa diatur. Pakai baju yang sopan, pakai rok panjang, ketawa nggak cekakaan. <br />"Nyoba pakai jilbab, Git !" pinta Mas Gagah suatu ketika. <br />"Lho, rambut Gita kan udah nggak trondol! Lagian belum mau deh jreng!" <br />Mas Gagah tersenyum. "Gita lebih anggun kalau pakai jilbab dan lebih dicintai Allah. Kayak Mama".<br />Memang sudah beberapa hari ini mama berjilbab. Gara-garanya dinasehatin terus sama si Mas, di beliin buku-buku tentang wanita, juga dikomporin sama teman-teman pengajian beliau.<br />"Gita mau, tapi nggak sekarang...," kataku. Aku memikirkan bagaimana dengan seabreg aktifitasku kini, prospek masa depan (ceila) dan semacamnya. <br />"Itu bukan halangan." Ujar Mas Gagah seolah mengerti jalan pikiranku. <br />Aku menggelengkan kepala. Heran, Mama yang wanita karier itu kok cepat sekali terpengaruh sama Mas Gagah!<br />"Ini hidayah, Gita!" kata Mama. Papa yang duduk di samping beliau senyum-senyum. <br />"Hidayah? Perasaan Gita duluan deh yang dapat hidayah baru Mama! Gita pakai rok aja udah hidayah!"<br />"Lho?" Mas Gagah bengong.<br />--=oOo=--<br /><br />Dengan penuh kebanggaan, kutatap lekat wajah Mas Gagah. Gimana nggak bangga? Dalam acara Studi Tentang Islam yang diadakan FTUI untuk umum ini, Mas Gagah menjadi salah satu pembicaranya! Aku yang berada di antara ratusan peserta ini rasa-rasanya ingin berteriak,"Hei, itu kan Mas Gagah-ku !" <br />Mas Gagah tampil tenang. Gaya penyampaiannya bagus, materi yang dibawakannya menarik dan retorikanya luar biasa! Semua hening mendengar ia bicara. Aku juga. Mas Gagah fasih mengeluarkan ayat-ayat Al-Quran dan Hadits Rasul. Menjawab semua pertanyaan dengan baik dan tuntas. Aku sempat bingung lho, kok Mas Gagah bisa sih? Bahkan materi yang disampaikannya jauh lebih bagus daripada yamh dibawakan oleh kyai-kyai kondang atau ustadz tenar yang biasa kudengar!<br />Pada kesempatan itu juga Mas Gagah berbicara tentang muslimah masa kini dan tantangannya dalam era globalisasi. <br />"Betapa Islam yang jelas-jelas mengangkat harkat dan martabat wanita, dituduh mengekang wanita hanya karena mensyariatkan jilbab. Jilbab sebagai busana taqwa, sebagai identitas muslimah, diragukan bahkan oleh para muslimah kita, oleh orang Islam sendiri," kata Mas Gagah. <br />Mas Gagah terus bicara. Tiap katanya kucatat di hati ini.<br />--=oOo=--<br /><br />Lusa ulang tahunku. Dan hari ini sepulang sekolah, aku mampir ke rumah Tika. Minta diajarkan memakai jilbab yang rapi. Tuh anak sempat histeris juga. Mbak Ana senang dan berulang kali mengucap hamdalah.<br />Aku mau ngasih kejutan buat Mas Gagah! Mama bisa dikompakin. Nanti sore aku akan mengejutkan Mas Gagah. Aku akan datang ke kamarnya memakai jilbab putihku. Kemudian mengajaknya jalan-jalan untuk persiapan tasyakuran ultah ketujuh belasku. <br />Kubayangkan ia akan terkejut gembira, memelukku. Apalagi aku ingin Mas Gagah yang memberikan ceramah pada acara tasyakuran yang insya Allah mengundang teman-teman dan anak-anak panti yatim piatu dekat rumah kami.<br />"Mas Ikhwan!! Mas Gagaaaaah! Maaasss! Assalaamu’alaikum!" kuketuk pintu kamar Mas Gagah dengan riang.<br />"Mas Gagah belum pulang," kata Mama. <br />"Yaaaaa, kemana sih, Ma??!" keluhku. <br /><br />"Kan diundang ceramah di Bogor. Katanya langsung berangkat dari kampus..."<br />"Jangan-jangan nginep, Ma. Biasanya malam minggu kan suka nginep di rumah temannya, atau di Masjid."<br />"Insya Allah nggak. Kan Mas Gagah inget ada janji sama Gita hari ini," hibur mama menepis gelisahku.<br />Kugaruk-garuk kepalaku yang tak gatal. Entah mengapa aku kangen sekali dengan Mas Gagah. <br />"Eh, jilbab Gita mencong-mencong tuh !" Mama tertawa. <br />Tanganku sibuk merapikan jilbab yang kupakai. Tersenyum pada Mama.<br />--=oOo=--<br /><br />Sudah lepas Isya. Mas Gagah belum pulang juga. <br />"Mungkin dalam perjalanan. Bogor kan lumayan jauh..." hibur Mama lagi.<br />Tetapi detik demi detik, menit demi menit berlalu. Sampai jam sepuluh malam, Mas Gagah belum pulang juga. <br />"Nginap barangkali, Ma?" duga Papa. <br />Mama menggeleng. "Kalau mau nginap Gagah selalu bilang, Pa!" <br />Aku menghela napas panjang. Menguap. Ngantuk. Jilbab putih itu belum juga kulepaskan. Aku berharap Mas Gagah segera pulang dan melihatku memakainya.<br />"Kriiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiinggg !!" Telpon berdering. <br />Papa mengangkat telepon. "Halo, ya betul. Apa? Gagah???" <br />"Ada apa , Pa?" tanya Mama cemas. <br />"Gagah..., kecelakaan..., Rumah Sakit… Islam...," suara Papa lemah. <br />"Mas Gagaaaaaahhh!!!" Air mataku tumpah. Tubuhku lemas. <br />Tak lama kami sudah dalam perjalanan menuju Cempaka Putih. Aku dan Mama menangis berangkulan. Jilbab kami basah.<br />--=oOo=--<br /><br />Dari luar kamar kaca, kulihat tubuh Mas Gagah terbaring lemah. Tangan, kaki, kepalanya penuh perban. Informasi yang kudengar, sebuah truk menghantam mobil yang dikendarai Mas Gagah. Dua teman Mas Gagah tewas seketika, sedang kondisi Mas Gagah kritis. <br />Dokter melarang kami untuk masuk ke dalam ruangan.<br />"Tapi saya Gita, adiknya, Dok! Mas Gagah pasti mau lihat saya pakai jilbab iniii!" kataku emosi pada dokter dan suster di depanku. <br />Mama dengan lebih tenang merangkulku, "Sabar, Sayang..., sabar." <br />Di pojok ruangan papa tampak serius berbicara dengan dokter yang khusus menangani Mas Gagah. Wajah mereka suram. <br />"Suster, Mas Gagah akan hidup terus kan, suster? Dokter? Ma?" tanyaku. "Papa, Mas Gagah bisa ceramah pada syukuran Gita kan?" air mataku terus mengalir. <br />Tapi tak ada yang menjawab pertanyaanku kecuali kebisuan dinding putih rumah sakit. Dan dari kamar kaca kulihat tubuh yang biasa gagah enerjik itu bahkan tak bergerak!<br />"Mas Gagah, sembuh ya, Mas..., Mas...Gagah..., Gita udah jadi adik Mas yang manis. Mas...Gagah...," bisikku. <br />Tiga jam kemudian kami masih berada di rumah sakit.. Sekitar ruang ICU kini telah sepi. Tinggal kami dan seorang bapak paruh baya yang menunggui anaknya yang juga dalam kondisi kritis. Aku berdoa dan terus berdoa. Ya Allah, selamatkan Mas Gagah..., Gita, Mama dan Papa butuh Mas Gagah..., umat juga." <br />Tak lama dokter Joko yang menangani Mas Gagah menghampiri kami. "Ia sudah sadar dan memanggil nama ibu, bapak, dan Gi..." <br />"Gita.." suaraku serak menahan tangis.<br />"Pergunakan waktu yang ada untuk mendampinginya seperti permintaannya. Sukar baginya untuk bertahan. Maafkan saya..., lukanya terlalu parah," perkataan terakhir dokter Joko mengguncang perasaan, menghempaskan harapanku! <br />"Mas..., ini Gita, Mas...," sapaku berbisik. <br />Tubuh Mas Gagah bergerak sedikit. Bibirnya seolah ingin mengucapkan sesuatu. <br />Kudekatkan wajahku kepadanya. "Gita sudah pakai.. jilbab," lirihku. Ujung jilbabku yang basah kusentuhkan pada tangannya. <br />Tubuh Mas Gagah bergerak lagi.<br />"Dzikir..., Mas,’ suaraku bergetar. Kupandang lekat-lekat wajah Mas Gagah yang separuhnya tertutup perban. Wajah itu begitu tenang... <br />"Gi...ta..." <br />Kudengar suara Mas Gagah! Ya Allah, pelan sekali!<br />"Gita di sini, Mas..." <br />Perlahan kelopak matamya terbuka. <br />Aku tersenyum. "Gita... udah pakai... jilbab...," kutahan isakku. <br />Memandangku lembut, Mas Gagah tersenyum. Bibirnya seolah mengucapkan sesuatu seperti hamdalah.<br />"Jangan ngomong apa-apa dulu, Mas...," ujarku pelan ketika kulihat ia berusaha lagi untuk mengatakan sesuatu. <br />Mama dan Papa memberi isyarat untuk gantian. Ruang ICU memang tak bisa dimasuki beramai-ramai. Dengan sedih aku keluar. Ya Allah..., sesaat kulihat Mas Gagah tersenyum. Tulus sekali! <br />Tak lama aku bisa menemui Mas Gagah lagi. Dokter mengatakan Mas Gagah tampaknya menginginkan kami semua berkumpul.<br />Kian lama kurasakan tubuh Mas Gagah semakin pucat. Tapi sebentar-sebentar masih tampak bergerak. Tampaknya ia juga masih bisa mendengar apa yang kami katakan meski hanya bisa membalasnya dengan senyuman dan isyarat mata. <br />Kuusap setitik lagi airmata yang jatuh. "Sebut nama Allah banyak-banyak..., Mas," kataku sambil menggenggam tangannya. Aku sudah pasrah pada Allah. Aku sangat menginginkan Mas Gagah terus hidup. Tapi sebagai insan beriman, seperti juga yang diajarkan Mas Gagah, aku pasrah pada ketentuan Allah. Allah tentu tahu apa yang terbaik bagi Mas Gagah. <br />"Laa...ilaaha...illa...llah..., Muham...mad...Ra...sul...Al...lah...," suara Mas Gagah pelan, namun tak terlalu pelan untuk kami dengar. <br />Mas Gagah telah kembali pada Allah. Tenang sekali. Seulas senyum menghiasi wajahnya. <br />Aku memeluk tubuh yang terbujur kaku dan dingin itu kuat-kuat. Mama dan Papa juga. Isak kami bersahutan walau kami rela dia pergi.<br />Selamat jalan, Mas Gagah !<br /><br />Epilog<br />Buat ukhti manis Gita Ayu Pratiwi,<br />Semoga memperoleh umur yang berkah,<br />Dan jadilah muslimah sejati<br />Agar Allah selalu besertamu.<br />Sun Sayang,<br />Mas Ikhwan, eh Mas Gagah !<br /><br />Kubaca berulang kali kartu ucapan Mas Gagah. Keharuan memenuhi rongga-rongga dadaku. <br />Gamis dan jilbab hijau muda, manis sekali. Akh, ternyata Mas Gagah telah mempersiapkan kado untuk hari ulang tahunku. Aku tersenyum miris.<br />Kupandangi kamar Mas Gagah yang kini lengang. Aku rindu panggilan dik manis, Aku rindu suara nasyid. Rindu diskusi-diskusi di kamar ini. Rindu suara merdu Mas Gagah melantunkan kalam Ilahi yang selamanya tiada kudengar lagi. Hanya wajah para Mujahid di dinding kamar yang menatapku. Puisi-puisi sufistik yang seolah bergema di ruang ini... <br />Setitik air mataku jatuh lagi.<br />"Mas, Gita akhwat bukan sih?"<br />"Ya, Insya Allah akhwat!"<br />"Yang bener?’<br />"Iya, dik manis!"<br />"Kalau ikhwan itu harus ada jenggotnya, ya?!"<br />"Kok nanya gitu?"<br />"Lha, Mas Gagah ada jenggotnya!’<br />"Ganteng kan?"<br />"Uuu! Eh, Mas, kita kudu jihad, ya? Jihad itu apa sih?"<br />"Ya always dong ! Jihad itu... "<br /><br />Setetes, dua tetes, air mataku kian menganak sungai. <br />Kumatikan lampu. Kututup pintu kamarnya pelan-pelan.<br />Selamat jalan, Mas Ikhwan ! Selamat jalan, Mas Gagah !<br /><br />Tulisan Mba Helvi Tiana Rosa dititipin ke 13304077Saiful A. Ritongahttp://www.blogger.com/profile/18224646366203620872noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5667707626430986830.post-33511283413313914462009-10-23T21:03:00.000-07:002009-10-23T21:54:37.234-07:00Memang Begitu MenggodaTarikan pemenuhan lintasan hati sangat kuat. Menggetarkan dawai-dawai hati yang coba didiamkan. Kehadirannya membuat jantung tak menentu. Berdebar dan tak teratur dalam ritmenya. Bahkan sering menghadirkan peluh yang mengundang gelisah. Sungguh tak sedap.<br /><br />Tarikan hasrat menghentakkan alam kesadaran sehingga sering terlupa. Diam dalam perenungan sesaat mampu menetralkan. Namun seketika dapat meluap-lupa bahkan mengalahkan kobaran api yang paling dahsyat. Sering ia membakar bangunan kenyamanan dan ketenangan di hati. Dia memang begitu indah walaupun dia memiliki sisi sulit. Ia memang kebutuhan tapi butuh tanggung jawab yang bukan main-main. <br /><br />Bayangan kenikmatannya menepis keangjuhan jiwa. Namun ia terbantahkan murni di alam logika dan alam nyata. Dia sering melintas bahkan hampir sesering lintasan udara yang masuk ke paru-paru. Terkadang teriakan dan nyanyian juga memicu dia untuk bereaksi. Bahkan tulisan dan gambar juga memberikan kontribusi. Sungguh dawai hati lebih sering bergetar karena hembusan udaranya. <br /><br />Memang ia begitu menggoda. Ia adalah hasrat yang terkadang berbingkai syahwat, ia adalah bisikan hati yang sering bermandikan desahan tak menentu. ia adalah asa yang sering tersusupi angan. Sangat indah dan sulit untuk didapati sebagai pemberontak. Bukan hal yang luar biasa karena ia terjadi pada insan biasa, ya semua insan.<br /><br />Ia akan menjadi luar biasa hanya dalam kondisi penanganan yang kurang tepat. Semoga bimbingan-Nya mengantarkan jiwa ini tak bergeming meski godaan itu menerpa seperti kencangnya badai yang paling kencang.Saiful A. Ritongahttp://www.blogger.com/profile/18224646366203620872noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5667707626430986830.post-88259256327263208532009-10-15T09:44:00.000-07:002009-10-15T09:52:30.863-07:00The Science of a Good MarriageWhy the best marriages are based on deep friendship.<br /><br />By: Camille Chatterjee<br /><br />If anyone understands the chemistry of a good marriage, it's John Gottman, Ph.D. For over three decades, Gottman has interviewed almost 700 couples, recording their interactions and monitoring their heart rate and stress levels in his "Love Lab" -- an apartment outfitted with video cameras and sensors. The co-director of the Seattle Marital and Family Institute (with wife and fellow psychologist Julie, also a Ph.D.), Gottman has compiled his well-studied strategies for beating breakups in a new book, The Seven Principles for Making Marriage Work (Crown, 1999).<br /><br />"At the heart of my program," writes Gottman, a University of Washington psychology professor, "is the simple truth that happy marriages are based on deep friendship. By this I mean a mutual respect for each other's company," plus an intimate knowledge of each other's quirks, likes and dislikes. This explains his surprising finding that frequent fighting is not a sign of a bad marriage (unless, of course, it becomes physical abuse). Because while all couples argue, it is the spouses who are friends first who have the advantage.<br /><br />Amicable partners are less combative during shouting matches than spouses who don't understand each other. And couples who don't respect or have little connection with one another engage in "negative sentiment override" -- they interpret statements more pessimistically and take comments more personally than other pairs, leading to dissatisfaction.<br /><br />Spouses who are friends also make more "repair attempts" during a spat; they say or do things -- like make a silly face or bring up a private joke -- that keeps anger from escalating out of control. The key point, Gottman reports, is that partners who know each other better know best what will relieve tension in sticky situations -- so the fighting stops and the marriage goes on (perhaps) happily ever after.Saiful A. Ritongahttp://www.blogger.com/profile/18224646366203620872noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5667707626430986830.post-61464859535055329012009-10-15T09:37:00.000-07:002009-10-15T09:44:14.953-07:00Tiga Tips untuk Menghindari KemalasanRasanya banyak diantara kita yang punya “penyakit” suka menunda-nunda pekerjaan. Penyakit ini, yang sebetulnya adalah kebiasaan, seringkali disebabkan karena kita malas mengerjakan sesuatu. Malas bangun dari tempat tidur, malas pergi olahraga, malas menyelesaikan tugas kantor, dll.<br /><br />Menurut penelitian, kebiasaan malas merupakan penyakit mental yang timbul karena kita takut menghadapi konsekuensi masa depan. Yang dimaksud dengan masa depan ini bukan hanya satu atau dua tahun kedepan tetapi satu atau dua menit dari sekarang. Contohnya saja ketika Anda malas dari bangun, Anda akan berkata dalam hati: “Satu menit lagi saya akan bangun”, tetapi kenyataannya barangkali Anda akan berlama-lama di tempat tidur sampai akhirnya memang waktunya tiba untuk siap-siap pergi ke kantor.<br /><br />Kebiasaan malas timbul karena kita cenderung mengaitkan masa depan dengan persepsi negatif. Anda menunda-nunda pekerjaan karena cenderung membayangkan setumpuk tugas yang harus dilakukan di kantor. Belum lagi berhubungan dengan orang-orang yang Anda tidak sukai, misalnya.<br /><br />Sayangnya, menunda-nunda pekerjaan pada akhirnya akan mengundang stress karena mau tidak mau satu saat Anda harus mengerjakannya. Di waktu yang sama Anda juga mungkin punya banyak pekerjaan lain.<br /><br />Dalam beberapa hal, Anda pun mungkin akan kehilangan momen untuk berkembang ketika Anda mengatakan “tidak” terhadap sebuah kesempatan –Anda malas bertindak karena bayangan negatif tentang hal-hal yang memberatkan didepan.<br /><br />Di artikel ini saya ingin memberikan beberapa tips untuk mengatasi rasa malas. Tips ini bisa Anda praktekkan di tempat kerja ataupun lingkungan keluarga:<br /><br />Ganti “Kapan Selesainya” dengan “Saya Mulai Sekarang”<br /><br />Apabila Anda dihadapkan pada satu tugas besar atau proyek, Anda sebaiknya JANGAN berpikir mengenai rumitnya tugas tersebut dan membayangkan kapan bisa diselesaikan. Sebaliknya, fokuslah pada pikiran positif dengan membagi tugas besar tersebut menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dan menyelesaikannya satu demi satu.<br /><br />Katakan setiap kali Anda bekerja: “Saya mulai sekarang”.<br />Cara pandang ini akan menghindarkan Anda dari perasaan terbebani, stress, dan kesulitan. Anda membuat sederhana tugas didepan Anda dengan bertindak positif. Fokus Anda hanya pada satu hal pada satu waktu, bukan banyak hal pada saat yang sama.<br /><br />Ganti “Saya Harus” dengan “Saya Ingin”<br /><br />Berpikir bahwa Anda harus mengerjakan sesuatu secara otomatis akan mengundang perasaan terbebani dan Anda menjadi malas mengerjakannya. Anda akan mencari seribu alasan untuk menghindari tugas tersebut.<br /><br />Satu tip yang bisa Anda gunakan adalah mengganti “saya harus mengerjakannya” dengan “saya ingin mengerjakannya”. Cara pikir seperti ini akan menghilangkan mental blok dengan menerima bahwa Anda tidak harus melakukan pekerjaan yang Anda tidak mau.<br /><br />Anda mau mengerjakan tugas karena memang Anda ingin mengerjakannya, bukan karena paksaan pihak lain. Anda selalu punya pilihan dalam kehidupan ini. Tentunya pilihan Anda sebaiknya dibuat dengan sadar dan tidak merugikan orang lain. Intinya adalah tidak ada seorang pun di dunia ini yang memaksa Anda melakukan apa saja yang Anda tidak mau lakukan.<br /><br />Anda Bukan Manusia Sempurna<br /><br />Berpikir bahwa Anda harus menyelesaikan pekerjaan sesempurna mungkin akan membawa Anda dalam kondisi mental tertekan. Akibatnya Anda mungkin akan malas memulainya. Anda harus bisa menerima bahwa Anda pun bisa berbuat salah dan tidak semua harus sempurna.<br /><br />Dalam konteks pekerjaan, Anda punya kesempatan untuk melakukan perbaikan berulang kali. Anda selalu bisa negosiasi dengan boss Anda untuk meminta waktu tambahan dengan alasan yang masuk akal. Mulai pekerjaan dari hal yang kecil dan sederhana, kemudian tingkatkan seiring dengan waktu. Berpikir bahwa pekerjaan harus diselesaikan secara sempurna akan membuat Anda memandang pekerjaan tersebut dari hal yang besar dan rumit.<br /><br />Saya harap tulisan ini berguna. Kemalasan merupakan sesuatu yang normal dalam hidup Anda. Karena dia normal maka dia pun bisa diatasi. Tiga tips diatas bisa menjadi awal untuk berpikir dan bertindak berbeda dari biasanya sehingga Anda tidak menyia-nyiakan kesempatan yang datang hanya karena malas mengerjakannya.Saiful A. Ritongahttp://www.blogger.com/profile/18224646366203620872noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5667707626430986830.post-74315314794176552782009-10-15T09:26:00.000-07:002009-10-15T09:28:18.275-07:00cinta totalitasDetik-detik Rasulullah SAW menjelang sakratul maut<br /> <br />Ada sebuah kisah tentang totalitas cinta yang dicontohkan Allah lewat kehidupan Rasul-Nya. Pagi itu, meski langit telah mulai menguning,burung-burung gurun enggan mengepakkan sayap.<br /><br />Pagi itu, Rasulullah dengan suara terbata memberikan petuah, "Wahai umatku, kita semua ada dalam kekuasaan Allah dan cinta kasih-Nya. Maka taati dan bertakwalah kepada-Nya. Kuwariskan dua hal pada kalian, sunnah dan Al Qur'an. Barang siapa mencintai sunnahku, berati mencintai aku dan kelak orang-orang yang mencintaiku, akan bersama-sama masuk surga bersama aku."<br /><br />Khutbah singkat itu diakhiri dengan pandangan mata Rasulullah yang teduh menatap sahabatnya satu persatu. Abu Bakar menatap mata itu dengan berkaca-kaca, Umar dadanya naik turun menahan napas dan tangisnya. Ustman menghela napas panjang dan Ali menundukkan kepalanya dalam-dalam. Isyarat itu telah datang, saatnya sudah tiba.<br /><br />"Rasulullah akan meninggalkan kita semua," desah hati semua sahabat kala itu.Manusia tercinta itu, hampir usai menunaikan tugasnya di dunia. Tanda-tanda itu semakin kuat, tatkala Ali dan Fadhal dengan sigap menangkap Rasulullah yang limbung saat turun dari mimbar.<br /><br />Saat itu, seluruh sahabat yang hadir di sana pasti akan menahan detik-detik berlalu, kalau bisa. Matahari kian tinggi, tapi pintu Rasulullah masih tertutup. Sedang di dalamnya, Rasulullah sedang terbaring lemah dengan keningnya yang berkeringat dan membasahi pelepah kurma yang menjadi alas tidurnya.<br /><br />Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan salam. "Bolehkah saya masuk?" tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk, "Maafkanlah, ayahku sedang demam," kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu.<br /><br />Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah, "Siapakah itu wahai anakku?" "Tak tahulah aku ayah, sepertinya ia baru sekali ini aku melihatnya," tutur Fatimah lembut.<br /><br />Lalu, Rasulullah menatap putrinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Satu-satu bagian wajahnya seolah hendak di kenang. "Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malakul maut," kata Rasulullah, Fatimah pun menahan ledakkan tangisnya.<br /><br />Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tak ikut menyertai. Kemudian dipanggilah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap diatas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini.<br /><br />"Jibril, jelaskan apa hakku nanti dihadapan Allah?" Tanya Rasululllah dengan suara yang amat lemah. "Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu. Semua surga terbuka lebar menanti kedatanganmu," kata jibril.<br /><br />Tapi itu ternyata tak membuat Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan. "Engkau tidak senang mendengar kabar ini?" Tanya Jibril lagi. "Kabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?"<br /><br />"Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: 'Kuharamkan surga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada didalamnya," kata Jibril.<br /><br />Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan ruh Rasulullah ditarik Tampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang. "Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini."<br /><br />Lirih Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang di sampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril membuang muka. "Jijikkah kau melihatku, hingga kaupalingkan wajahmu Jibril?" Tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu. "Siapakah yang tega, melihat kekasih Allah direnggut ajal," kata Jibril.<br /><br />Sebentar kemudian terdengar Rasulullah memekik, karena sakit yang tak tertahankan lagi. "Ya Allah, dahsyat niat maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku." Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tak bergerak lagi. Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali segera mendekatkan telinganya. "Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanuku, peliharalah shalat dan santuni orang-orang lemah di antaramu."<br /><br />Di luar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan.Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan. "Ummatii, ummatii, ummatiii?" - "Umatku, umatku, umatku"<br /><br />Dan, pupuslah kembang hidup manusia mulia itu. Kini, mampukah kita mencinta sepertinya? Allahumma sholli 'ala Muhammad wa baarik wa salim 'alaihi<br /><br />* * *<br />Betapa cintanya Rasulullah kepada kita. Kirimkan kepada sahabat-2 muslim lainnya agar timbul kesadaran untuk mencintai Allah dan RasulNya, seperti Allah dan Rasulnya mencinta kita. Karena sesungguhnya selain daripada itu hanyalah fana belaka.Saiful A. Ritongahttp://www.blogger.com/profile/18224646366203620872noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5667707626430986830.post-70185915791512744072009-09-14T19:35:00.000-07:002009-09-14T19:54:45.779-07:00LEBARAN TIBA<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgTFcEFENISSoR4Xj3E9bs_om6EGh4SoTu8FMySzI30RLlIciozT7rFwaiszG5BkeBzKqcG9amn09pHWd8x5P9YKnODql4UEB1zCMk-Qw_MMQbpwAGytLRdoiQoJvJoe779j1e2yYOSJoQ/s1600-h/Red+Tulips.jpg"><img style="float:right; margin:0 0 10px 10px;cursor:pointer; cursor:hand;width: 320px; height: 240px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgTFcEFENISSoR4Xj3E9bs_om6EGh4SoTu8FMySzI30RLlIciozT7rFwaiszG5BkeBzKqcG9amn09pHWd8x5P9YKnODql4UEB1zCMk-Qw_MMQbpwAGytLRdoiQoJvJoe779j1e2yYOSJoQ/s320/Red+Tulips.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5381520126323251554" /></a><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />SEMOGA ALLAH MEMBERI KEMUDAHAN BAGI DIRI DAN JIWA YANG INGIN MENJADI TERBAIK. TIADA DAYA DAN UPAYA TANPA PERTOLONGAN ALLAH SWT.<br />DUHAI ALLAH, JADIKAN DIRI SEBAGIA HAMBAMU YANG TAAT DAN BERIKANLAH KEKUATAN UNTUK SENANTIASA BERKARYA DAN MEMBERIKAN MANFAAT BAGI SEMUANYA YANG BERADA DI SEKITAR HAMBA. <br />BIMBING HAMBA MENJADI ALUMNI RAMADHAN 1430 H TERBAIK. LEKATKAN SEMUA KEBAIKAN AMAL DI BULAN RAMADHAN DI HATIKU. AGAR DIRI MENJADI PRIBADI YANG BERUBAH SETELAH DIBINA DI MADRASAH RAMADHAN.<br /><br />SELAMAT IDUL FITRI 1430H. MAAFKAN KESALAHAN KATA DAN SIKAP SERTA SEGALA KHILAF YANG DISENGAJA MAUPUN TIDAK DISENGAJA.Saiful A. Ritongahttp://www.blogger.com/profile/18224646366203620872noreply@blogger.com0