Jumat, 21 Agustus 2009

SEUNTAI SYUKUR


SEUNTAI SYUKUR
(Saiful Ahyar)

Kumandang azan melepas Sya’ban sekaligus menyambut Ramadhan. Marhaban yaa Ramadhan. Aroma amal shaleh dan peluang kebaikan menelisik dada-dada yang penuh iman. Pekat maksiat seakan redup menghilang, setidaknya untuk sementara. Kerinduan jiwa-jiwa yang mulai letih berjuang terpuaskan sudah. Setelah sebelas bulan lalu menyelesaikan tarbiyahnya di Ramadhan tahun lalu. Saatnya mentarbiyah kembali. Menghangatkan kembali kerinduan akan syurga dan kehidupan yang sejahtera.

Letih jiwa melalui jalanan yang ditaburi maksiat mulai terobati. Dan semua itu hanya karena kesempatan dari sang Maha Kuasa, Allah swt. Desah zikir melantun dan melesat menuju angkasa. Ungkapkan rasa syukur yang dalam kepada sang Pencipta. Gema asma-Nya membahana. Suasana subuh menjadi berarti dan lebih hidup. Para hamba mulai belajar merendahkan diri, sujud di pagi hari. Setelah lalai di waktu yang lalu. Mulailah Masjid-masjid bertambah ramai. Semakin banyak kepala yang tersungkur mengakui kelemahan diri. Meneduhkan jiwa dan membakar ghirah.

‘Terima kasih duhai Rabbi! Engkau izinkan kaki yang berlumur lumpur hitam dosa melangkah perlahan menapaki bulan ampunan-Mu. Masih Engkau bebaskan tangan yang penuh bercak dosa mengangkatkan takbir dalam taraweh. Engkau berikan peluang mata yang mulai tertutupi maksiat mengikuti tadarus qur’an. Izinkan suara ini yaa Rabb untuk selalu melantunkan ayat-ayat-Mu dan meneriakkan kebenaran. Segala puji untuk-Mu yang membiarkan tempatku aman tanpa suara dentum peluru yamg mematikan, seperti yang dialami saudaraku di Palestina, Afghanistan, Irak, Chechniya dan yang lainnya. Duhai Allah jangan lalaikan aku dengan keamanan ini sehingga lelap dalam tidur panjang tanpa mampu mengisi masa Ramadhan yang tak panjang. Yang belum tentu usiaku akan melampaui Ramadhan kali ini’.

‘Diri ini sungguh lemah. Tak mampu untuk berpisah dari-Mu Yaa Rabbi. Tak sedetik pun tau bahkan lebih singkat dari itu yang jiwa ini mampu lepas dari bantuan-Mu. Bahkan untuk sekedar menghirup udara berkah Ramadhan-Mu. Duhai sesembahanku! Berikan kekuatan jiwa ini untuk selalu merangkai doa panjang dan tunduk di pangkuan-Mu. Izinkan seluruh tubuh ini; kepala, mata, lisan, mulut, hidung, dada, tangan, perut, kaki dan semuanya Rabb, bergerak teratur melarutkan pekat dosa yang melingkupi jiwa. Curahkan cahaya taubat nashuha ke dalam hati ini wahai penguasa jiwaku! Duhai yang maha kuasa dan maha perkasa! Berikanlah keringanan gerak dan langkah ntuk diri ini beramal shalih. Biarkan peluh bahkan darah mengaliri tubuh ini karena perjuanganku di jalan-Mu. Jadikan peluh itu peluntur dosaku. Bangkitkan semangatku untuk terus bertahan tanpa kenal letih untuk senantiasa berkarya dalam menegakkan agama-Mu’.

‘Wahai pemilik segala harta dan kekuasaan! Hilangkan rasa bakhil dan tamak dari hati yang bernoda ini. Limpahkan karunia yang aku merasa cukup dengannya. Jangan engkau biarkan hati ini merasa bergantung pada selain-Mu. Cukuplah Engkau yang menjadi harapanku. Cukupkan aku dengan-Mu yaa Rabbi’.

Sungguh kata dan tinta telah habis untuk mengurai nikmat Tuhan semesta alam. Namun, yang diuraikan belum mencapai setitis air di tengah lautan. Bahkan belum sampai seperti sebutir pasir di pantai. Maha agung Engkau yaa Allah!

Saatnya sudah menjalani lautan berkah dan ampunan. Biarkan masa lalu seperti itu. Tatap ia. Lihatlah. Seperti apapun ia, biarkanlah. Karena ia tak akan mungkin dirubah. Jadikan sisa perjalan hidup sebagai masa untuk menggoreskan tinta emas. Bangkitkan potensi yang diberikan Allah untuk berkarya dalam bingkai ibadah kepada-Nya. Yakinlah rahmat Allah lebih luas dan sangat luas untuk mengampuni dosa siapapun!!

Tidak ada komentar :

Posting Komentar