Minggu, 25 Juli 2010

Adab Malam Pertama (Zafaf)

Oleh Fir'adi Abu Ja'far, Lc

Khalid bin Walid pernah bertutur, "Ada dua hal yang paling aku sukai dalam hidupku: mengayunkan pedang di medan perang dan menghabiskan malam pengantin bersama istriku."

Ingatkah anda saat-saat melewati malam pengantin (zafaf) dahulu? Sesudah akad nikah terlaksana dan disaksikan oleh karib kerabat, keluarga dekat, para tamu dan undangan, maka kita telah memasuki saat yang paling peka. Hari itu seorang remaja yang melepas keperjakaannya menjadi seorang suami. Seorang gadis telah menutup masa lajangnya dan membuka lembaran hidup baru dengan corak dan mode yang serba baru. Iapun menjadi seorang istri pendamping sang suami. Teman setia dalam pelayaran hidup di dunia ini. Perasaan keduanya sangat sensitif ketika pertama kali bertemu dan berdekatan. Ada salah tingkah, tapi ada perasaan ingin selalu merapat. Hati berbunga-bunga, namun rasa gugup juga tak terkira. Ada rasa getar tapi penasaran juga tak terbendung.

Ada keindahan-keindahan yang mengalir deras dari salah tingkah di malam itu. Salah satunya adalah pasangan suami-istri (pasutri) saling menerima dan tidak saling menuntut ketika pertama kali biduk rumah tangga berlayar di malam zafaf. Yang terpikirkan saat itu adalah bagaimana seorang suami dapat memberikan bunga hati kepada istrinya. Juga sebaliknya seorang istri berpikir maksimal untuk memberikan pelayanan yang paripurna kepada pasangannya. Maka salah tingkah tak perlu ditakuti oleh pasangan baru, tetapi semestinya ia disyukuri hingga sampai ke dasar hati.

Adapun rambu-rambu pelayaran jangan diabaikan. Ingat, kekecewaan dan kegagalan di malam itu, menjadi lampu kuning bagi kehidupan selanjutnya. Dan bahkan bisa menjadi prahara dan bencana dahsyat dalam rumah tangga, yang lebih dahsyat dari gempa bumi biasa. Menikmati pelayaran dengan sentuhan perasaan yang dalam sangat membantu keduanya untuk bergandengan tangan, berjalan seiring menuju keluarga yang penuh berkah. Keindahan malam itu menjadi jalan untuk saling menerima, saling memberi dan saling mempercayai yang dibingkai kerinduan-kerinduan halus yang menggema, memenuhi lorong-lorong hati. Adapun salah tingkah dan canggung menjadi warna tersendiri dan bahkan menambah indahnya suasana. Begitulah cara Allah SWT menaburkan rahmat-Nya bagi hamba-hamba-Nya.

Malam pengantin sangat membekas di sanubari. Ia menjadi memori paling berkesan dan memberikan makna yang paling dalam menembus lorong-lorong hati. Ternyata hal inilah yang menjadi rahasia berbinarnya kedua mata Khalid bin Walid RA saat mengenang keindahan malam pengantin, menjelang detik-detik terakhir kepulangannya menghadap Sang Pemberi Cinta. Ia masih sempat menyuarakan gemericik hatinya, "Tiada kenangan yang lebih indah dalam hidupku, dari pada malam pengantin yang amat mendebarkan hati bersama bidadariku tercinta, terlebih suasana bertambah syahdu, ketika Allah SWT mengguyur bumi ini dengan tetesan-tetesan air hujan perlambang turunnya rahmat dan kasih sayang-Nya."

Ada waktu-waktu untuk menikmati keindahan. Ada saat-saat untuk menghayati kebesaran Sang Maha pencipta, yang sangat luas kasih sayang-Nya kepada kita. Alangkah semerbaknya, bila malam pengantin ini diawali dengan shalat sunnah bersama dua raka'at. Memulai kehidupan sebagai pasutri dengan menyebut Asma-Nya dan bersimpuh pasrah di hadapan-Nya. Karena Dia-lah yang telah mengaruniakan kepada kita teman sejati, penyayang, pelindung, pengasih, dan pemberi ketentraman dan kedamaian. Dengan shalat dua raka'at, mudah-mudahan keburukan akan menjauh, berganti dengan rahmat Allah SWT. Shalat dua raka'at ini merupakan warisan generasi para sahabat kepada kita yang sepatutnya kita teladani. Karena menapak tilasi kehidupan orang-orang shalih, akan menetaskan kebahagiaan dan keberuntungan dalam hidup.

Setelah melaksanakan shalat dua raka'at bersama, maka suami memegang ubun-ubun istrinya seraya berdo'a, "Ya Allah sesungguhnya aku mohon kepada-Mu kecantikan dan keelokan perangainya, dan aku mohon perlindungan-Mu dari kejelekan dan keburukan perangainya." Hendaknya suami bersikap lemah lembut dan mengajak istrinya berbicara dari hati ke hati dengan tutur kata yang halus, lemah lembut dan menyenangkan. Karena yang demikian itu akan mencairkan segala kebekuan dan kekakuan. Walaupun wajah masih gugup dan tangan masih bergetar hebat, namun rasa cinta dan kedamaian berada di dekat suami mulai mengalir di hati, mulai terasa denyutnya di dada. Segelas susu dan beberapa butir kurma di awal pertemuan dapat mencairkan suasana dan menghadirkan keasyikan. Ada kemesraan dan kelembutan yang tumbuh. Ada jalinan perasaan yang mulai terajut. Ada sikap kikuk yang mencair perlahan-lahan seiring dengan susu yang diminum berdua dari gelas yang sama.

Janganlah tergesa-gesa. Ajaklah istri anda bercanda dan bergurau terlebih dahulu sebelum anda mengajaknya berlayar di samudera cinta, agar cintanya kepada anda mengembang dan perasaannya terbangkitkan. Ia bisa lebih terbuka dan tidak terhalang oleh gumpalan awan rasa malunya. Setelah mendaki ke puncak kenikmatan dan urat-uratpun telah melemah, tunggulah istri anda menemukan dirinya setelah beberapa saat melayang-layang di awan jingga. Jangan tinggalkan dirinya, ingatlah masih ada usapan pelan yang mesra dan kecupan lembut di kening, masih ada yang diharapkannya.

Setelah itu dekatkan telinga hati anda dalam pelukannya. Dengarkanlah suara hatinya. Rabalah perasaannya, kebahagiaannya, harapan-harapannya. Dan mungkin juga sedikit kekhawatirannya sekaligus keinginannya untuk mendapatkan suami yang memberikan perlindungan, rasa aman, ketentraman, ikatan bathin dan penerimaan. Masih ada kehangatan yang tersisa menuju peraduan malam yang indah. Kerlingan mata dan pembicaraan singkat dan sederhana bisa mengantarkan pasutri ke peraduan sebelum menutup malam zafaf dengan do'a dan memanjatkan rasa syukur kepada Allah SWT. Setelah melantunkan do'a, terkatuplah mata perlahan-lahan. Sedangkan tangan pasutri masih saling menggenggam erat. Ada ketentraman di sana. Seolah-olah keduanya tak ingin dipisahkan lagi. Lakukanlah mandi janabah bersama, guna melengkapi kemesraan di malam zafaf, seperti yang dicontohkan Rasulullah SAW bersama istri tercintanya Aisyah RA. Semoga ikatan hati semakin kuat, dan jalinan perasaan (al 'athifah) semakin tumbuh. Masih ada gurauan-gurauan kecil sewaktu mandi bersama.

Malam pengantin sejatinya bukan hanya sekadar milik pasangan baru. Tapi semestinya ia tetap lestari, subur dan tak boleh luntur meskipun usia pernikahan telah uzur. Tentunya dengan format, resep dan menu yang berbeda. Umur pernikahan boleh lapuk namun cinta dan kasih dalam keluarga tetap harus dipupuk. Di saat bahtera rumah tangga sedang dihantam badai konflik, kemelut yang cukup menegangkan persendian, maka mengenang keindahan malam-malam pengantin adalah satu solusi jitu untuk mengembalikan rumah tangga pada iramanya yang tenang. Agar kicauan burung-burung kembali terdengar, menyanyi dan bersenandung merdu. Di kala bunga-bunga cinta yang tumbuh di hati mulai kering dan layu, segeralah alirkan memori indah malam pengantin syahdu yang mendayu-dayu, agar ia bisa menjadi musim semi dalam taman rumah tangga. Kehadiran anak dalam rumah tangga, tidak menghalangi pasutri untuk menghidupkan kembali malam-malam pengantinnya, tentunya dengan mengatur tempat dan waktu yang tepat.

Bagi pasutri yang belum memiliki keturunan, jadikanlah malam-malam di awal musim panas ini menjadi malam-malam pengantin yang menyejukan hati dengan bumbu-bumbu yang serba baru. Belum hadirnya anak dalam rumah tangga, anggaplah sebagai bulan madu yang terus diperpanjang. Dan bagi yang masih hidup menyendiri, isilah malam-malam yang panjang dengan dzikir dan shalat malam. Perbanyaklah do'a di hadapan-Nya, agar sang bidadari atau sang arjuna yang dinanti dan didamba segera hadir menjelma di alam nyata. Jangan anda habiskan waktu luang untuk menghayalkan malam pengantin yang saatnya belum tentu. Karena keindahan yang anda bayangkan justru membuat anda semakin meradang dan menjerit pilu. Allahu A'lam bishawab.

silahkan lihat di: http://www.pks-arabsaudi.org/pip/?pilih=lihat&id=232

Tidak ada komentar :

Posting Komentar