Selasa, 16 Juni 2009

USIA

Semua terdiam. Hanya ada suara napas tertahan. Mulai terdengar tangisan. Isak tangis tertahan dan tersedu. Kembali suara parau itu berseru. Ikhwah.. di mana amal unggulan kita. apa yang patut dibanggakan di hadapan Allah. Kalau tiba saatnya Antum meninggal kini, sudah siap? Siap dengan pertanggungjawaban yang diminta-Nya?

Kapan? Kapan antum menyenandungkan alquran penuh penghayatan? Berapa lama tilawah antum dibanding tertawa antum?
kapan? kapan sedekah antum begitu banyak? kapan sedekah antum sama dengan biaya makan antum satu hari saja? kapankah antum tersenyum saat ada cobaan dan teguran dari-Nya? bukankah lebih banyak keluh kesah dari syukur yang hadir di bibir antum?

Ikhwah.... seberapa bangga antum hafal al quran daripada nasyid atau sekedar lagu dangdut?
seberapa cinta antum pada nabi Muhammad sehingga termotivasi menghafal hadisnya?
dimana cinta yang terucap dibibir antum?

kenapa bahasan ikhwan atau akhwat lebih sering antum bahas ketimbang nasib gerakan dakwah? kenapa antum merasa ada yang berubah dari kebiasaan dakwah tapi tak pernah mau mengobati? cukupkah hanya komentar? begitukah kesungguhan di jalan dakwah? begitukah wujud cinta pada Allah, Rasul dan JIhad? begitukah perilaku pendamba syahid? adakah mujahid yang takut menjadi syahid?

Ikhwah.. terlalu mahalkah dunia ini sehingga harus ditukar dengan kebahagiaan yang abadi?

perjalanan usia antum telah terbentang. tak pasti, mungkin sudah setengahnya atau sepertiganya atau...... entahlah. Mujahid! tak cukup isak tangis untuk itu semua. Masa lalu tidak mungkin dihapus. Masa lalu tak akan berubah. manfaatkan sisa waktu yang tersedia. jangan siakan sedetikpun. sebab tidak pasti apakah detik yang akan datang menjadi milik kita ataukah di detik itu sesosok mayat telah terbujur dan itulah kita. siapkah kita menghadap Rabb semesta alam dengan amal yang kita punya kini? renungkanlah

Tidak ada komentar :

Posting Komentar